NovelToon NovelToon
Kapten Merlin Sang Penakluk

Kapten Merlin Sang Penakluk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action
Popularitas:297
Nilai: 5
Nama Author: aldi malin

seorang kapten polisi yang memberantas kejahatan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aldi malin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

karyawan yang takut

Ponsel di meja samping tempat tidur bergetar keras. Nama RENO menyala di layar berkali-kali.

Merlin masih tertidur pulas, tubuhnya terbungkus selimut tipis di rumah dinasnya. Matanya sedikit bergerak, gelisah, tapi belum cukup sadar. Reno mengirim pesan suara setelah panggilannya tak dijawab.

> “buk Merlin... aku sudah dapet semuanya. Log server. Bukti transfer. Rekaman Leo. Semua ngarah ke Komandan Zen. Kita harus segera bertindak sebelum dia bersih-bersih jejak.”

Ponsel tetap sunyi. Reno menggertakkan gigi, menatap layar komputernya yang masih terbuka penuh file rahasia.

> “Ayolah, bangun... sebelum semuanya terlambat,” gumam Reno, mulai gelisah.

Di tempat lain, seseorang mengamati rumah dinas Merlin dari kejauhan. Ia memegang handy-talkie.

> “Target masih di lokasi. Masih tertidur Instruksi selanjutnya?”

Sementara itu, dalam mimpinya, Merlin merasa dirinya sedang dikejar... Tapi belum sadar bahwa saat ia tertidur, musuh mulai bergerak.

Reno memasuki rumah dinasnya dengan langkah cepat. Setelah mengirim semua bukti ke email Merlin, ia hanya ingin mandi dan istirahat sebentar.

Tapi matanya menangkap sesuatu.

Sebuah kantong plastik tergantung rapi di pagar rumah dinas. Di dalamnya ada makanan dan dua botol minuman dingin. Di luar kantong itu, selembar kertas terlipat, ditulis tangan:

> "Jangan lupa dimakan. Ntar kamu sakit.

—Dari Kapten Merlin"

Reno tersenyum kecil. “Wah, kebetulan banget... perut juga udah nyanyi,” gumamnya sambil membawa kantong itu ke dalam.

Sesampainya di ruang tamu, ia meletakkan kantong itu di meja. Baru saja duduk, ponselnya berdering nyaring. Nama KAPTEN MERLIN muncul di layar.

Reno mendadak menegang.

> “Halo, Reno...” suara Merlin terdengar serak, baru bangun tidur.

> “Eh, Buk... barusan aku liat makanan di pagar. Makasih ya—”

> “Apa? Aku gak kirim apa-apa,” potong Merlin cepat.

Detik itu juga, Reno menatap kantong plastik di hadapannya. Matanya melebar. Ia langsung berdiri, meraih kantong itu dan mendekatkannya ke hidung.

Bau menyengat.

Ada zat kimia yang menyamar dalam aroma makanan.

> “Buk... ini jebakan. Seseorang tahu aku di sini... mereka tahu aku udah pegang bukti,” ucap Reno pelan, penuh ketegangan.

Suara langkah kaki dan mobil yang berhenti di depan rumah dinas Reno membuat bulu kuduknya berdiri. Ia mengintip dari balik gorden—beberapa pria bersenjata berpakaian preman turun dari mobil, sebagian lagi mengenakan seragam polisi.

Dari luar terdengar teriakan:

> “RENO! ANDA DITAHAN ATAS DUGAAN PENCURIAN FILE KOMANDAN. KELUAR DENGAN TANGAN DI ATAS KEPALA!”

Tanpa pikir panjang, Reno mengunci pintu dan berlari ke arah dapur. Suara tembakan membahana—jendela ruang tamu pecah berhamburan.

> “SIAL!” maki Reno, lalu memanjat kusen dapur dan melompat keluar dari jendela belakang.

Dengan napas terengah, ia berlari membelah semak-semak, menembus gang sempit, dan akhirnya sampai di rumah dinas Kapten Merlin.

Merlin membuka pintu dengan wajah cemas.

> “Mereka tahu, Buk. Rumahku diserbu. Bukan cuma orang bayaran Chen, tapi juga polisi—aku yakin mereka anak buah Komandan.”

> “Sial... kita harus pergi. Cepat,” kata Merlin sambil mengambil pistol dan jaketnya. “Kita gak aman di sini.”

> “Bagaimana kalau kita ke tempat Leo? Rumah kosong itu masih dijaga anak buah intel bersih, kan?”

> “Ya, itu tempat paling aman untuk saat ini.”

Tanpa menunggu lebih lama, mereka menyusup ke mobil tua milik Merlin dan meluncur ke lokasi penyekapan Leo—sebuah rumah kosong di pinggir kota, yang hanya diketahui oleh segelintir orang yang bisa dipercaya.

Malam makin larut. Tapi perjuangan mereka baru dimulai.

Merlin memasuki ruang pengamanan sementara, tempat Leo bersembunyi di bawah perlindungan intelijen yang masih bersih. Matanya menyapu ruangan kecil dan pengap itu, melihat Leo duduk gelisah dengan tatapan kosong.

"Aku akan bersaksi," ucap Leo pelan, "tapi kalian harus tahu... setelah aku buka suara, mereka tak akan membiarkanku hidup."

"Siapa mereka?" tanya Merlin serius.

Leo menunduk. "Ada seseorang... kami menyebutnya 'Bayangan'. Dia bukan orang biasa. Tak ada jejak. Tak ada rekaman. Dia muncul hanya untuk satu hal—membungkam."

Reno yang ikut hadir memandang Leo dengan sorot tajam. "Eksekutor?"

Leo mengangguk. "Dia tidak bekerja untuk uang. Dia menjaga rahasia. Begitu seseorang mengancam untuk membocorkan sesuatu tentang Chen atau Komandan Zen... dia datang."

Merlin menatap Reno. "Kita harus bergerak cepat sebelum ‘Bayangan’ bergerak lebih dulu."

Leo menggenggam erat tangannya yang mulai gemetar. "Kalian tak mengerti... kalau dia tahu aku sudah bicara... aku sudah mati."

Di ruang tahanan sementara, suasana lengang. Hanya suara kipas angin tua yang berderit pelan. Pak Jaka dan Rendi datang sore itu untuk menjenguk Dika.

Petugas jaga mengangguk saat melihat mereka. “Silakan, kalian punya lima belas menit.”

Dika duduk di sudut sel, wajahnya kusam tapi matanya tetap tajam. Ia menatap dua tamunya dengan raut bingung sekaligus lega.

"Pak Jaka? Rendi? Kalian ngapain ke sini?"

Pak Jaka duduk di bangku besi kecil di luar sel. "Kami dengar kamu ditahan. Jadi kami datang"

Rendi ikut bersuara, "Kita nggak percaya kamu pelakunya mas tapi keadaan sekarang... sulit. Banyak yang kelihatannya diatur."

Dika menarik napas panjang. "Gue juga ngerasa dijebak. Tapi entah kenapa, buk Merlin percaya sama gue. Dia... bahkan ngelakuin hal yang di luar logika."

Pak Jaka saling pandang dengan Rendi. "Kapten Merlin itu punya insting tajam. Kalau dia percaya kamu nggak bersalah, berarti kamu memang penting dalam teka-teki ini."

"Yang penting sekarang," tambah Rendi, "kamu tetap kuat mas. Kami dengar pak Reno dan buk Merlin mulai gali sisi lain kasus ini."

Dika menatap lantai, lalu perlahan tersenyum. .

Rendi duduk di samping Dika, ekspresinya serius.

“Ada satu hal yang masih aku ingat jelas sebelum Buk Merlin diculik,” katanya pelan. “Waktu itu aku dapat orderan—antar makanan ke alamatnya Buk Merlin. Tapi belum sampai tujuan, motor aku mendadak rusak. Aneh banget, padahal baru diservis."

Pak Jaka ikut menyimak dengan dahi berkerut.

“Nah, pas aku bingung di pinggir jalan, penumpang yang bareng aku itu nawarin bantuan. Katanya dia bisa lanjutkan nganter makanannya ke alamat itu. Kalau nggak salah namanya... Frenki,” lanjut Rendi.

Dika langsung menegakkan tubuhnya. “Frenki?” ulangnya dengan mata membelalak. “Itu teman satu ojek dulu di kampung. Tapi dia ilang tiba-tiba, ngilang kayak ditelan bumi. Jangan-jangan... dia yang nyamar dan nyusupin dataku ke sistem judol.”

Pak Jaka menyela dengan suara tegas namun tenang, “Kalau begitu, kamu harus segera kasih tahu Buk Merlin. Dia harus tahu soal Frenki. Siapa tahu, informasi ini bisa bantu ngebongkar semua kasus yang menjerat kamu, Dika.”

Dika mengangguk pelan. “Iya, Pak... aku bakal bilang. Selama ini aku cuma bisa diam karena nggak punya bukti kuat. Tapi kalau Rendi juga lihat Frenki, ini bisa jadi titik terang.”

Rendi menambahkan, “Aku siap bersaksi. Selama ini aku juga nggak tenang. Kayaknya semuanya memang sudah dirancang dari awal untuk ngejebak Dika.”

Pak Jaka berdiri. “Kita nggak bisa buang waktu lagi. Aku akan coba hubungi Buk Merlin sekarang juga.”

1
aldi malin
terima kasih semoga ikutin episode berikutnya
Lalula09
Dahsyat, author kita hebat banget bikin cerita yang fresh!
うacacia╰︶
Aku sangat penasaran! Kapan Thor akan update lagi?
aldi malin: oke ...dintunggu ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!