Sebelum membaca perhatikan umur, ya!
21+
Mantan Tapi Menikah??
Kok bisa?
Meskipun hubungan asmara Marvel dan Celine sudah berakhir, tapi mereka memutuskan tetap menikah. Marvel terpaksa menikahi Celine hanya karena mewujudkan permintaan nenek. Tidak ada yang tahu kalau Marvel dan Celine menikah di atas perjanjian yang tidak tertulis. Hanya satu tahun, sebab Marvel masih menunggu wanita lain yaitu Jeny.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon violla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MTM- Alzheimer
18
Tenggorokan Celine mendadak kering, bibirnya terasa keluh untuk berucap, mata terasa panas, sepanas cuaca yang terasa membakar hatinya saat ini. Jika boleh jujur Celine sedang terbakar api cemburu.
Jeny .... Nama yang sering kali disebut Marvel waktu itu. Nama yang membuat ia penasaran seperti apa rupa dan paras wanita itu, nama yang sangat sulit ia singkirkan dari hati Marvel. Nama yang terkadang mengusik pikirannya. Ntah seperti apa perasaannya kali ini ketika harus masuk ke dalam masa lalu calon suami yang tidak menginginkan dirinya.
"Celine, kau tetap mau melanjutkan obrolan kita?" tanya Natan, melihat ekspresi wajah Celine saat ini membuat ia agak ragu untuk membahas Jeny.
Celine mengangguk kecil. "Bicaralah, aku tak apa."Sudut bibirnya ia tarik hingga membentuk sebuah senyuman.
Sebelum bicara, Natan menyeruput kofe late yang ada di atas meja, ia berharap bisa membuatnya sedikit rileks untuk mulai mengenang Jeny.
"Wanita itu sangat mencintai Marvel," ucap Natan lirih, tangannya masih memegang tangkai gelas yang baru saja ia kembalikan di tempat semula. Celine masih setia mendengarnya.
"Dan Marvel pun begitu, dia sangat mencintai Jeny." Ditatapnya wajah Celine kali ini. Celine tetap bergeming di posisi semula. Hembusan angin yang menyibak sebagian rambut sampai menyentuh wajah Celine seolah tidak menghalangi pandangan wanita itu untuk melihtnya.
Celine semakin tersenyum lebar, tapi sudut matanya sudah mulai basah. Ah, sepertinya dia semakin mengasihani dirinya sendiri. Bagaimana bisa sudah bertahun-tahun berlalu, tapi Marvel masih belum bisa melupakan Jeny. Sungguh cinta yang langka dari seorang pria seperti Marvel. Sedangkan di sisi lain dirinya yang mengejar cinta Marvel.
"Lalu?" Hanya kata itu yang mampu ia lontarkan.
"Lalu apa lagi? Aku masuk begitu saja diantara mereka." Natan tergelak sendiri, ia tertawa seakan ada peristiwa lucu sudah terjadi di depan mata.
"Natan, aku serius. Kenapa kau malah tertawa?" Celine bersedekap dada. "Kau mau lanjutkan ceritamu atau aku pergi sekarang!" ancamnya sambil melototkan mata.
"Iya, Nona, ampun .... Tapi, berjanjilah kau tidak akan menikah dengan Marvel. Aku tidak mau kita patah hati. Aku patah hati karena kau menikah dengannya, dan kau patah hati karena suamimu masih mencintai wanita lain. Bayangkan pernikahan seperti apa yang akan kalian jalani nanti?" Wajah Natan sudah lebih serius dari sebelumnya. Ditatapnya Celine dalam-dalam.
"Marvel dan Jeny saling mencintai. Aku tahu itu karena kami bertiga memang berteman baik. Jeny merupakan cinta pertama bagi Marvel. Tapi, terkadang keras kepala Marvel sering menyakiti Jeny. Hari itu Jeny menemuiku dalam keadaan menangis, dia cerita banyak hal padaku. Termasuk kondisi kesehatannya yang mulai terganggu, aku tahu Jeny tidak sedang baik-baik saja. Semenjak saat itu kami sering menghabiskan waktu bersama sampai akhirnya aku mulai jatuh cinta padanya. Dan kau tau Celine...."
Natan menjeda kalimatnya, mengusap wajah dengan gusar seolah ada beban berat yang sedang ia pikul.
"Kami menjalin hubungan secara diam-diam. Sampai akhirnya ketahuan Marvel, dia marah dan menghajarku habis-habisan, sejak saat itu kami pun bermusuhan."
Celine mulai paham kenapa Marvel tidak menyukai Natan, bahkan pria itu sempat memeringatkan dirinya untuk tidak dekat dengan Natan. Ternyata masa lalu Marvel menyedihkan juga. Mungkin dikhianati orang terdekat yang sudah membuat sikapnya keras kepala dan berhati dingin seperti sekarang.
"Marvel mencintai tapi tidak bisa memiliki." Celine teringat doa yang kemarin ia ucapkan. "Ternyata dia sudah lebih dulu merasakan kehilangan," gumamnya. Ntah Celine harus kasihan atau tetap mengutuk Marvel.
"Lalu Jeny? Ada di mana dia sekarang?"
Natan mengangkat bahu. "Ntahlah, dia seperti menghilang di telan bumi. Aku sudah berusaha mencarinya, tapi sampai sekarang aku tidak berhasil menemukan dia."
"Kau mau mencarinya untukku?" tanya Celine tiba-tiba. Dia tidak akan menikah dengan Marvel kalau Jeny ada di sini 'kan?
"Maksudmu, kau ingin berkenalan dengannya, begitu?"
"Mungkin, mereka bisa bersatu lagi." Celine tersenyum masam. "Kita bisa menyatukan mereka berdua'kan?"
Natan tidak mengerti jalan pikiran Celine. "Apa itu artinya kau tidak akan menikah dengan Marvel?" Dia menjadi semangat. "Kalau memang begitu aku akan berusaha membawa Jeny kembali ke sini. Setelah itu, berjanjilah kau akan menerimaku."
Celine terdiam, bagaimana dengan nenek?
"Kalau kau ragu menikah dengan Marvel, kenapa dari awal kau tidak menolaknya?"
"Aku tidak mau mengecewakan nenek. Pertama kali aku bertemu dengan nenek keadaannya sangat memprihatinkan. Nenek tidak sadarkan diri di jalanan. Sampai akhirnya aku tahu kalau nenek menderita penyakit Alzheimer. Sejak saat itu aku berjanji untuk merawat nenek. Dari nenek juga aku seperti merasakan kasih sayang dari seorang ibu yang sudah lama tidak aku dapatkan. Sampai akhirnya perlahan ingatan nenek kembali lagi dan tidak kusangka nenek melamarku untuk cucunya. Aku bisa apa? Jika aku menolak nenek pasti sangat kecewa. Apalagi dokter sudah mendiagnosa hidupnya tidak lama lagi. Aku tidak bisa memberikan kenangan buruk untuk nenek. Aku tidak mau menyakiti perasaannya. Sampai akhirnya aku dan Marvel bertunangan, tapi ternyata aku yang lebih dulu jatuh cinta padanya. Sedangkan Marvel, sampai sekarang dia masih mencintai dan menunggu Jeny."
Katakanlah Celine bodoh, tapi hanya dia yang mengerti perasaannya kali ini. Tidak apa berkorban asalkan pria yang ia cintai bisa bahagia dengan wanita yang dicintainya.
Kali ini Natan berusaha memaklumi sikap dan keputusan Celien.
"Jeny, aku berjanji akan mencarinya untukmu. Tapi, kau pun harus berjanji mau membuka hatimu untukku," ucap Natan.
Celine tersenyum lalu menganggukkan kepala.
***
Jam makan siang seperti ini memaksa Marvel keluar untuk mencari makanan. Dia lebih suka makan di luar daripada di kantin perusahaanya. Karena masih kesal dengan Harry, ia mengemudikan mobilnya sendiri. Handpone Marvel berdering bertepatan dengan mobilnya terjebak lampu merah.
"Elma?!" Pikiran Marvel semakin kusut mengingat kondisi nenek. Elma saat ini menjaga nenek di rumah sakit sekarang sepupunya itu menghubunginya.
"Nenek baik-baik saja 'kan?" tanya Marvel saat sudah terhubung dengan Elma.
"Nenek sangat baik malah."
"Lalu kenapa kau menghubungiku?" Terdengar helaan nafas panjang dari Elma.
"Nenek memintaku menemani kakak dan calon istri kakak memilih busana pengantin untuk pernikahan kalian. Dan aku sudah cukup lama menunggu di butik, tapi kakak belum datang juga."
Elma menahan kesal, bahkan ia enggan menyebut nama Celine.
"Kau pulanglah, aku tidak akan datang!" jawab Marvel sambil mengedarkan pandangan ke luar jendela.
"Tidak mau, ehm maksudku aku akan tetap menunggu di sini. Sepertinya ini permintaan nenek untuk yang terakhir kali. "
"Beraninya kau bicara seperti itu! Apa kau menyumpahi nenekmu?" sentak Marvel.
"Bukan begitu maksudku, pokoknya jangan lupa bawa calon istri kakak!" Elma mengakhiri percakapan mereka.
"Akkhhhhh!" Marvel memukur stir, bukan hanya Elma yang membuatnya marah, melihat dua orang sedang berbincang dan tertawa di salah satu kafe itupun membuat ia naik darah.
"Teman tapi mesra?" katanya.