Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Matahari kembali dari peraduanya. Cahayanya yang gagah mulai menyinari bumi yang semula gelap karna tidak ada cahaya bulan yang m3ngantikan tugasnya.
Semalam hujan turun dengan derasnya hingga pagi baru berhenti. Di luar jalanan basah dan ada sebagian warga yang rumahnya kebanjiran.
Seperti biasanya Ira sudah bangun sebelum subuh dan melakukan tugasnya seperti biasanya. Sementara kedua orang putranya dan suaminya juga sudah bersiap mau ke mesjid untuk sholat subuh berjamaah.
Saat suami dan anaknya pulang sarapan sudah tersedia. Walau sederhana tapi begitu nikmat karna di baut dengan penuh cinta.
"Bu aku berangkat dulu." ujar Dafa setelah menghabiskan sarapannya.
"Kok cepat sangat berangkatnya?" tanya Ira pada putra sulungnya.
"Mau diapain bahan - bahan buat ujian praktek, bu. Takut nanti ada yang kurang kan masih ada waktu untuk mempersiapkan." Dafa mencium punggung tangan ayah dan ibunya sebelum berangkat kesekolah.
"Nanti kamu tunggu masa aja, biar mas yang antar kerumah bu hj." ucap Haris.
"Iya, mas."
Ibu semangat, adek yakin ibu pasti bisa." putra bungsunya memberinya semangat. Hati Ira menghangat mendapat supportnya dari putranya.
"Bu aku berangkat dulu." pamit Dhani mencium tangan ibunya bari berangkat dengan ayahnya.
Setelah semua pergi Ira kembali melanjutkan pekerjaan ruamh yang sudah menunggunya. Ia mesti membereskan semuanya sebelum dirinya pergi bekerja nantinya.
Jam berputar begitu cepat terasa oleh Ira. Ia sudah rapi dengan penampilannya. Ia duduk menanti kepulangan suaminya.
"Assalamualaikum, dek. Sudah siap?" Ira mencium tangan suaminya yang nampak lelah.
"Waalaikumsalam, mau makan atau minum dulu ga mas?" tanya Ira.
"Ga usah, mas masih kenyang. Kita berangkat sekrang aja biar ga terlambat. Ga enak terlambat di hari pertama, pasti mereka akan menganggap kita tidak disiplin. Lebih baik menunggu dari pada di tunggu."
Ira memakai helm yang di sodorkan suaminya lalu bergegas naik di jok belakang.
"Pintu semuanya sudah di kunci?"ta Ya Haris sebelum berangkat.
"Sudah, mas."
"Pegangan ya, kita jalan sekarang. Bismillah. " motor Haris berjalan perlahan membelah jalan yang tidak pernah lenggang. Selalu saja macet disana sini. Lima belas menit berlalu, akhirnya motor Haris samapi juga kembali di rumah yang bangunannya begitu mewah dengan pagar tinggi menjulang.
Seperti biasanya Haris akan meminta satpam membuka pintu melalui mikropon kecil yang ada di pasar.
Haris membawa motornya masuk setelah pintu terbuka. Baik Ira maupun Haris mengangguk pada satpam yang berdiri di samping pos satpam.
"Permisi, pak." sapa Ira sopan.
"Mari bu, silahkan bu hj sudah menunggu di dalam." ucap satpam tak kalah ramah.
Ini untuk kalo keduanya bagi Ira menginjakkan kaki di rumah ini. Matanya masih saja menganggumi betapa indahnya dekorasi rumah ini. Dna ia sempat berandai jika saja ia juga bisa punya rumah seperti ini, apa kata saudaranya terutama bude dan kak Mia.
Di sofa ruang tamu namun mewah nampak bu hj duduk menunggu kedatangan mereka.
"Assalamualaikum bu hj." sapa Ira sambil mencium tangan wanita tua itu dengan takzim begitu juga dengan suaminya.
"Waalaikumsalam, sudah siap. Mari kita ke kamar cucu saya." Bu hj membawa Ira menuju kamar cucunya sementara Haris duduk menunggu di ruang tamu.
...****************...
Assalamualaikum kk, thor tunggu saran dan komennya serta vote yang banyak dari kk semua agar thor makin semangat melanjutkan bab berikutnya😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik