Pengorbanan seorang istri demi kebahagiaan sang suami, mengharuskan Hanum berbagi bukan cuma raga tapi juga hati. "Saya terima nikah dan kawinnya Amalia binti Ahmad dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai."
"Sah.... sah"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🕊R⃟🥀Suzy.ೃ࿐, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
Di tempat lain, Ilham pergi membawa istri keduanya jalan-jalan. Memenuhi apa yang diinginkan nya sebagai bentuk tanda permintaan maaf atas sikap nya tadi.
Ilham dan Amel berjalan bergandengan layak nya sepasang kekasih, melupakan pertikaian yang sempat terjadi sebelumnya.
Sesampainya di tempat yang dituju wajah Amel menampakan aura kebahagiaan, keinginannya untuk membeli kalung berlian yang selama ini ia idamkan terwujud sekarang.
Tak ingin membuang banyak waktu, Amel mendekati pegawai toko yang menyambut nya di pintu masuk. "Selamat siang Kak, ada yang bisa kami bantu?" tanyanya sopan.
"Mbak aku pengen lihat dong kalung berlian yang kemarin di pajang di etalase sebelah sini?" tunjuk Amel.
"Yang mana ya Kak?" tanya pramuniaga nya.
"Kalung berlian bermata safir itu lho Mbak!" geram Amel.
"Oh yang itu bukan kak?" tanya pegawainya.
Amel mengangguk seraya mendekati kalung yang terletak di kotak, tapi saat ingin menyentuh kalung nya, ada tangan lain yang lebih cepat mengambil kalung tersebut.
Tak Terima karena kalah cepat secara spontan Amel berteriak, "Heiii, itu punya saya."
Tak ayal teriakan Amel mengundang semua perhatian pembeli yang ada di toko tersebut. Memandang dengan heran dan aneh bagaimana mungkin di toko berlian ada orang yang berteriak tak sopan seperti itu.
"Maaf?" ucap lelaki itu heran.
"Itu punya saya! saya duluan yang melihat nya?" ucap Amel menahan amarah.
"Bukan masalah siapa yang melihat duluan nona, tapi siapa yang membayar terlebih dulu. Bahkan sebelum anda melihat, kalung ini sudah saya bayar," ucapnya santai
"Tapi itu tidak adil." geram Amel.
"Dimana tidak adilnya nona?" tanya nya sarkas.
Ilham yang melihat perdebatan istrinya dengan pembeli lain, terpaksa menghampiri. "Maafkan sikap istri saya Pak?" ucap Ilham menengahi.
"Oh ini istri anda, tolong diajari sopan santun Pak, biar bisa berbicara lebih sopan sama orang lain, dan ya jangan panggil saya Bapak karena saya belum menikah." ucapnya sambil berlalu.
Hufft, Ilham menghembuskan nafas kasar.
"Kamu kenapa sih? malu tau di lihat banyak orang." hardik Ilham.
"Kok mas jadi nyalahin aku sih, dianya aja yang aneh! kalung itu kan aku duluan yang melihatnya." sungut Amel.
"Ya walaupun kamu duluan yang melihat nya, tapi kalo dia yang bayar lebih dulu kita bisa apa?" ucap Ilham.
Tak ingin berlarut dalam pertengkaran lagi, Ilham memutuskan memanggil pegawai tokonya. "Mbak kalung yang seperti tadi ada lagi gak?"
"Oh kalung tadi sudah tidak ada lagi Pak! itu cuma diproduksi satu-satunya." ucap pegawai toko.
"Tuh kan Mas gak ada lagi jadi gimana dong?" sungut Amel.
"Ya sudah kamu pilih yang lain sih kan masih ada banyak?" tawar Ilham.
"Gak mau sudah gak mood aku nya, kita pulang saja?" ajak Amel.
"Lho beneran kamu gak beli, jarang-jarang lho kita punya waktu untuk keluar seperti ini."
"Iya, kita belanja di bawah aja aku mau beli baju, tas, sepatu dan alat make up tapi Mas yang bayarin ya?" bujuk Amel.
Ilham hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Amel, jauh kalau dibandingkan dengan hanum. Hanum nya belum pernah membuatnya malu di depan umum seperti ini. Hufft, ilham menarik nafas panjang, "Ya sudah ayo kita pergi beli yang kamu mau?" ajak Ilham.
Dan Amel dengan wajah yang tadi nya di tekuk, kini cerah kembali mendengar keinginannya dipenuhi oleh suaminya.
Sesampainya di bawah Amel memilih semua yang dia inginkan, berjalan kesana kemari, Ilham menggelengkan kepalanya sambil berkata, " Aku tunggu disini ya kamu pilih saja yang kamu inginkan.
Ilham duduk di area ruang tunggu sembari menunggu Amel, Ilham mengeluarkan kotak cincin yang ada di saku jas nya. Cincin bermata safir itu menarik perhatian Ilham, warna biru cerahnya mengingatkan Ilham dengan bidadari hatinya. Sudah berapa lama ia tak memberi kejutan berbentuk hadiah seperti ini kepada Hanum.
Dan saat melihat cincin itu ia seakan terpesona, membayangkan betapa cantik jemari istrinya jika memakai cincin itu, dan karena lamunannya itu, Ilham tak sadar saat Amel memanggil dirinya, sampai tepukan di bahu menyadarkan dirinya.
"Mas."
"Iy … iya, kenapa kamu sudah selesai belanjanya?"
Amel tertegun sejenak menatap curiga ke arah Ilham. "Mas kenapa kok kaget gitu waktu aku panggil?"
"Mas gak kenapa-kenapa, hanya melihat baju di sana kelihatan nya bagus." kilah Ilham sambil berusaha menyembunyikan cincin di saku jas nya.
"Oh, aku pikir Mas Ilham sedang mikirin Mbak Hanum lagi," rajut Amel.
"Kamu sudah selesai belanjanya? kalo sudah ayo kita pulang Mas lelah." ucap Ilham mengalihkan pembicaraan.
"Iya sudah Mas, yuk bayar." ajak Amel.
Setelah menyelesaikan semua pembayaran Ilham memilih untuk pulang, selain lelah ia juga ingin segera bertemu dengan Hanum di rumah ibunya.
"Mas, kita mau pergi kemana lagi?" tanya Amel sesaat setelah mereka keluar dari area perbelanjaan, dan mulai berjalan ke arah mobil yang terparkir di lantai bawah.
Dan tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang melihat bahkan mengikuti saat mereka mulai masuk ke dalam pusat perbelanjaan, sampai selesai berbelanja dan tanpa sadar ia mengepalkan kedua tangannya.
"Mas lelah setelah menemani mu berbelanja seharian, Mas ingin istirahat dirumah."
"Jadi malam ini mas tidak menginap di tempat Amel?"
"Mas gak bisa malam ini, Mas harus menjemput Hanum, di rumah ibu."
"Ya sudah tapi besok saat berangkat ke kantor, Mas Ilham jemput Amel ya kita berangkat bersama."
"Hmm."
Mobil melaju membelah jalan raya. Ilham melirik arloji pergelangan tangan nya dan jam masih menunjukan pukul tiga sore saat Ilham selesai mengantar Amel sampai kerumah. Mobil yang dikendarai Ilham berputar arah menuju rumah sang mertua, guna menjemput sang bidadari hatinya.
Setibanya di rumah mertua, Ilham tak melihat seorangpun yang keluar untuk menyambutnya. Karena penasaran Ilham masuk dan mengetuk pintu rumah.
Tok … tok … tok
Assalamu'alaikum
Sunyi tak ada sahutan dari dalam, "Kemana semua orang?" tanya Ilham dalam hati, tapi tak lama seorang tetangga datang menghampiri Ilham.
"Mas Ilham nyari Mbak Hanum ya?"
"Eh, iya Bude saya mau menjemput Hanum cuma belum bilang."
"Oh tadi bu Surti Ardi dan Hanum pergi Mas!"
"Pergi kemana ya bu?"
"Ke Panti Asuhan yang ada di ujung jalan itu lho Mas, mereka kan rajin kesana untuk berbagi."
"Oh, iya terima kasih Bu kalau begitu saya langsung kesana saja." pamit Ilham.
"Iya Mas sama-sama."
Ilham masuk kembali kedalam mobil dan langsung melaju ke alamat yang tadi tetangga Hanum bilang.
Sesampainya disana Ilham sedikit terkejut! karena Hanum tak hanya bersama dengan keluarganya, tapi juga ada seorang pria yang Ilham tak kenal itu siapa? dengan langkah tergesa Ilham keluar dari dalam mobil dan lekas menghampiri Hanum yang terlihat bahagia berbicara dengan pria tersebut.
"Assalamualaikum," ucap Ilham di tengah-tengah semua orang.
"Waalaikumsalam," jawab mereka serentak.
Hanum menoleh dan sedikit terkejut mendapati suaminya berada di antara mereka semua. "Mas." Hanum lantas berdiri menyambut kedatangan sang suami.
"Mas, kok tau Hanum disini?" ucap Hanum heran.
"Tadi Mas kerumah tapi kosong gak ada orang, lalu tetangga bilang kalian kemari."
"Iya Hanum kesini sama ibu juga Ardi untuk berbagi sama anak-anak yatim."
"Iya Mas bisa lihat itu sayang, kamu masih lama di sini."
"Gak Mas ini sudah selesai, hanya sedikit berbicara sama pengurus panti setelah itu pulang."
"Ya sudah kalau begitu langsung pulang yuk, Mas lelah."
"Iya Hanum panggil Ardi sama ibu dulu ya Mas." Hanum berlalu pergi untuk berpamitan kepada ibu dan adik nya.
Tak lama setelah itu Hanum kembali bersama dengan keluarganya.
"Sudah lama Nak Ilham?" sapa Bu Surti di ikuti Ardi yang mencium takzim tangan Ilham.
"Baru saja datang Bu."
"Menjemput Mbak Hanum mas?" tanya Ardi.
Ilham mengangguk menjawab pertanyaan Ardi.
"Nak Ilham gak ingin menginap, Ibu masih kangen sama Hanum."
"Ilham masih kerja Bu, tapi InsyaAllah akhir pekan ini Ilham akan menginap bareng sama Hanum." janji Ilham.
"Ya sudah Ibu tak bisa melarang tapi janji ya nak Ilham akhir pekan menginap."
"Iya Bu, kalau begitu kami pamit ya bu?"
Ilham mencium takzim tangan ibu mertua nya begitu juga dengan Hanum, saat Hanum ingin masuk kedalam mobil terdengar suara seseorang memanggil.
"Mbak Hanum tunggu sebentar!"
Ilham dan Hanum sontak menengok ke arah panggilan itu.
"Maaf, saya cuma mau memberikan ini, sapu tangan Mbak Hanum ketinggalan." ucapnya sembari mengangsurkan sapu tangan milik Hanum.
"Oh iya Mas terima kasih."
"Ehemm, kalau sudah kami pamit dulu." ketus Ilham.
Hanum yang merasa tak enak dengan sikap Ilham kembali mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf. Setelah nya Hanum masuk kedalam mobil dan mobil melaju kembali ke arah pulang.
***
Terima kasih semua untuk dukungannya, maaf kemarin gak bisa up🙏 Hanum lelah tapi hari ini Hanum up dobel dengan kata yang sedikit lebih panjang. Happy Reading 😘
itu anak siapa?