Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Mengapa Tidak
Beberapa hari yang lalu...
"Jadi...aku harus sakit dulu, kau baru datang sayang?" Adrian terkejut mendengar suara perempuan paruh baya yang disayanginya itu.
Padahal ia baru saja masuk, dan sang ibu rupanya segera turun dari kamarnya setelah mendengar dari kepala pelayan kalau Tuan Muda mereka yang merupakan anak lelaki satu-satunya itu datang berkunjung.
"Mom..mommy baik-baik saja?"
"Seperti yang kau lihat, apa kau benar-benar sangat sibuk sampai melupakan mommy dan Dani hemm? hingga harus bersandiwara seperti ini" Mommy Lina menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Menatap sinis ke anak lelakinya yang entahlah kapan kali terakhir mengunjunginya.
Adrian tersenyum getir. Selama ini dia hanya menghindar dari ibunya yang setiap kali bertemu, ataupun menelpon selalu menanyakan hal yang sama, tentang pasangan hidup.
Lelaki itu memang menduda sudah cukup lama, namun ia trauma karena terakhir kali ketika ia memperkenalkan calonnya kepada sang anak malah ditolak mentah-mentah. Sedangkan selama ini, Adrian tidak mempunyai teman wanita atau lebih tepatnya ia susah dekat dengan wanita sejak perpisahannya dengan mantan istrinya.
"Mommm...aku hanya_"
"Sibuk, banyak pekerjaan yang harus diurus, banyak pertemuan dengan klien di luar negeri?...Ohhhh ayolah sayang kau pewaris tunggal, tidak bekerja satu atau dua hari tidak masalah, bahkan kalau kau tidak ke kantor selama yang kau inginkan pun tidak ada yang memecatmu" mommy Lina memutar bola matanya, sebelum Adrian memberikan alasan panjang kali lebar, ia lebih dulu menyindir putra kesayangannya itu.
"Maafkan aku mom.." lelaki itu menunduk, tidak sanggup berkata apa-apa lagi, yang ada hanya akan menambah kecewa ibunya.
"Duduklah, mommy masih cukup kuat untuk memukulmu seperti saat kau bandel waktu kecil dulu..awas saja kalau kau melakukannya lagi, tidak akan ada ampun bahkan mommy bisa melepas gelar CEO mu itu !" mommy Lina mengancam, putranya itu memang harus diberi pelajaran.
Adrian duduk di sofa ruang santai dan disusul oleh sang ibu di sampingnya. Diraihnya tangan sang ibu kemudian dikecupnya punggung tangan itu, ditatapnya manik mata sang ibu yang sedetik kemudian malah melarikan pandangannya ke arah lain.
"Maafkan aku mom" mengulang permintaan maafnya lagi. "Aku...sedikit tidak bisa menata hatiku" ditatapnya mata sendu sang putra, seolah mencari kebenaran akan pernyataannya.
"Kau masih tidak bisa melupakannya?"
"Hemmm...mungkin,tapi entahlah mom"
"Banyak wanita lain yang lebih baik dari Laura sayang, kau tidak akan kehabisan wanita" sang ibu mengernyit heran, putranya itu tampan bahkan sangat tampan namun mencari satu wanita saja sebagai pendamping hidup mengapa susah sekali.
Wanita paruh baya itu tahu, Adrian bukan orang yang mudah didekati wanita. Jika ada seorang wanita yang berada didekatnya itu berarti atas seizinnya. Dan selama lelaki itu menduda, hanya Laura lah wanita yang masuk dalam hidupnya setelah kepergian sang mantan istri, Andina.
"Kau mengkhawatirkan anakmu?" tanya sang ibu menelisik. "Kau takut dia menolaknya lagi?" dan dijawab oleh anggukan pelan Adrian yang membenarkan.
"Tahukah sayang, sebenarnya mommy juga tidak begitu suka dengan Laura. Dan penilaian mommy sama seperti Dani. Hanya...mommy lebih bisa mengendalikan diri" ucap sang ibu melanjutkan, yang kemudian membuat Adrian sedikit kaget karena sang ibu tidak pernah menceritakannya.
"Tapi mommy tidak mengatakannya padaku? mungkin mommy belum mengenal Laura saja jadi mommy berpikiran seperti itu" sang ibu tersenyum sinis.
"Mommy mengenal Laura sebelum kamu Add" ditatapnya sang putra yang kaget atas pernyataan tiba-tiba sang ibu. "Ya, mommy tahu betul siapa Laura dan keluarganya".
"Maksud mommy?"
"Ibu Laura adalah teman baik mommy... awalnya" menghela napas dalam, mencoba membuka lembar demi lembar masa lalu yang sudah disimpannya rapat bertahun-tahun lamanya. Menatap nanar sang putra, menahan sesak yang tiba-tiba saja terasa menusuk, hingga napasnya seperti tertahan.
"Namun..sebuah kejadian telah memporak-porandakan hubungan kami sebagai sahabat, dan setelahnya hanya ada kebencian yang mengakar hingga bertahun-tahun sesudahnya"
"Momm...mommy bisa berhenti, jangan dipaksakan" yang dijawab senyum hambar oleh sang ibu yang dengan sekuat tenaga menahan butiran air mata yang berdesakan untuk jatuh kepangkuan.
"I'm okay boy..kamu harus tahu rahasia ini" segera diambilnya tissu dari meja kemudian mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata sang ibu.
"Ayah Laura adalah tunangan mommy, yang pada malam setelah tunangan kami tertangkap telah berada di apartemen dengan Elis, ibu Laura" wanita yang usianya lebih dari limapuluh tahun itu menunduk. Mengusap mata yang semakin basah setelah apa yang baru saja ia ungkapkan.
Adrian masih setia menggenggam jemari sang ibu, sesekali mengeratkan dan sekali waktu merenggangkan. Memberi kehangatan lewat sentuhan yang menguatkan. Kemudian pula dielusnya punggung tangan itu dengan lembut. Untuk memberi kepercayaan pada sang ibu, bahwa semua akan baik-baik saja.
"Mommy kecewa Ad, bagaimana mungkin tunangan mommy dan sahabat baik mommy bermain dibelakang mommy. Dan tahukah mereka melakukan secara sadar, suka sama suka. Setelahnya mommy tidak ingin mengingat segala sesuatu tentang mereka berdua, mommy pergi ke kota lain yang sangat jauh hingga bertemu daddymu" memandang sang putra dengan tatapan penuh cinta. "Daddymu lelaki terbaik yang pernah mommy kenal, dia segalanya untuk mommy".
"Mengapa mommy tidak cerita saat aku mengenalkan Laura pada mommy? itu pasti menyakiti mommy"
Senyum tipis terbit di bibir Lina. "Mommy berpikir, mommy akan menyakitimu jika kamu tahu tentang kejadian itu, jadi mommy berusaha berdamai" diusap punggung sang ibu oleh Adrian. Setiap ibu adalah ratu dihati para putranya, selalu memikirkan kebahagiaan sang putra melebihi kebahagiaannya sendiri.
"Mommm..."
"Gadis itu...ah mommy tidak menuntut harus seorang gadis. Baiklah kita sebut saja wanita itu, dia harus benar-benar menyayangi Dani Ad, bukan hanya seorang istri untukmu. Dan...lebih baik kau mencari wanita biasa saja, maksud mommy selama ini wanitamu orang-orang yang setara dengan kita tapi.. mereka sama sekali tidak menghargai kita. Tidak menghargai hubungan yang tercipta" dikencangkan genggaman erat sang putra.
Apa yang diungkapkan sang ibu berhasil membuat Adrian sedikit gelisah. Bagaimana tidak, dirinya tidak memiliki kandidat calon pendamping, pun tidak sedang dekat dengan wanita manapun.
"Tenanglah mom...jangan terlalu memikirkanku. Mommy harus menjaga kesehatan mommy, aku tidak mau mommy sakit sungguhan"
Plakkk!
Sontak membuat Adrian kaget, sang ibu memukul lengannya. "Dasar anak nakal! kau mendoakanku sakit sungguhan ha?" dan hal itu membuat Adrian sedikit menarik tubuhnya kebelakang.
Adrian terkekeh. "Hahahah...tidak mom, mana mungkin aku berani, mommy wanita terbaik dalam hidupku, tentu aku sangat mengkhawatirkanmu" akhirnya obrolan penuh haru hari itu sedikit demi sedikit mencair.
"Makanya carikan aku menantu yang menyayangiku dan Dani, pasti aku tidak akan mengganggumu lagi heeuhh"
Adrian memutar bola matanya. 'Andai semudah itu, aku pasti akan membawanya kemari dari dulu' ucap Adrian dalam hati.
"Bagaimana? aku memberi waktu sampai ulang tahunmu, jika sampai waktu itu kau belum bisa membawa satu wanitapun ke hadapan mommy, kau tamat, heeuuk" sang ibu mengancam dengan menggesekkan tangan kanan kelehernya.
"Oh Tuhan...please mom, mommy seperti sedang bernegosiasi dengan preman saja" Adrian memijat pelipisnya, kemudian membuang mukanya kearah lain.
"Mommy bisa menjadi preman, kalau kau bersikap seperti ini"
"Baiklah...baiklah aku pasti akan membawanya saat ulangtahun nanti" janji Adrian yang diikuti anggukan kepala serta senyum lebar sang ibu.
Setelahnya malah Adrian yang terdiam karena kalut akan tingkah ibunya. Entah wanita mana yang akan ia bawa ke hadapan sang ibu. Apalagi ulangtahunnya jatuh tepat dua minggu lagi. Waktu yang teramat singkat, sangat singkat malah untuk mencari seseorang, bahkan untuk sekedar formlitas sekalipun.
Dan tiba-tiba, bayangan Ara terlintas dibenak Adrian. Wanita itu..sepertinya boleh juga. Apalagi hanya sandiwara. Senyum licik mengembang di kedua sudut bibirnya. Bukankah dia harus dimanfaatkan keberadaannya.
grazie..amore mio💜💜💜💜💜💜
terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏