KONTEN INI AREA DEWASA‼️
Lima tahun cinta Shannara dan Sergio hancur karena penolakan lamaran dan kesalah pahaman fatal. Bertahun-tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka kembali di atas kapal pesiar. Sebuah insiden tak terduga memaksa mereka berhubungan kembali. Masalahnya, Sergio kini sudah beristri, namun hatinya masih mencintai Shannara. Pertemuan di tengah laut lepas ini menguji batas janji pernikahan, cinta lama, dan dilema antara masa lalu dan kenyataan pahit.
Kisah tentang kesempatan kedua, cinta terlarang, dan perjuangan melawan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RYN♉, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GTTS chapter 18
Di sisi lain kota, jauh dari aura dingin vila dan skema licik keluarga kaya, Shannara duduk di ruang tamu sederhana rumah sahabatnya, Lisa. Ruangan itu penuh dengan mainan anak-anak, mencerminkan kekacauan manis sebuah rumah tangga yang ramai.
Lisa, dengan mata sembap dan napas tersengal, baru saja selesai menangis histeris. Ia bukan menangisi kesedihan, melainkan... kebobolan.
“Bagaimana, Nar, kamu bisa membayangkan?” ujar Lisa, frustrasi. “Anakku sudah tiga! Tiga, Nar! Dan ini... ini akan jadi yang keempat!”
Shannara, yang selalu berusaha tenang, terkejut. “Kok bisa, Lis? Bukannya kamu sudah pakai KB suntik?”
Lisa menghela napas berat. “Itu dia! Kata dokter, memang tidak ada yang seratus persen aman. Mungkin karena jadwalnya sedikit bergeser, atau memang lagi sial sekali aku.”
Mendengar betapa mudahnya ‘kebobolan’ terjadi, tubuh Shannara menegang. Rasa panik yang tiba-tiba dan tak beralasan menyerang dadanya. Ia refleks memegang perutnya sendiri, seolah sedang mengecek sesuatu. Bayangan singkat tentang malam-malam di kapal pesiar bersama Sergio melintas cepat di benaknya.
“Jadi, yang pakai KB saja bisa kebobolan…” gumam Shannara, suaranya sedikit tercekat. Ia menelan ludah. “Lis, aku mau tanya serius. Kalau sesudah berhubungan, kapan sih kita bisa tahu kita hamil? Gejala awalnya apa?”
Lisa, yang sibuk mengelap air matanya, langsung menghentikan gerakan itu. Ia menatap Shannara dengan tatapan penuh selidik dan curiga. “Kenapa kamu tanya-tanya soal itu, Nar? Ada apa? Kamu … ada masalah dengan seseorang?”
Shannara, merasa gugup karena ketahuan, buru-buru menenangkan diri. Ia berusaha tersenyum, meski terasa kaku di wajahnya.
“Nggak, Lis! Santai. Aku cuma penasaran saja. Kan kamu habis cerita soal kebobolan. Jadi kepikiran, bagaimana kalau itu terjadi padaku.”
Lisa tidak sepenuhnya percaya, tapi ia memilih untuk tidak mendesak.
“Oke, lupakan soal itu. Sebenarnya aku menyuruh kamu datang ke sini bukan cuma buat dengar aku mengeluh doang, Nar,” kata Lisa, nadanya berubah serius. “Aku mau menawari kamu pekerjaan.”
“Pekerjaan apa?” tanya Shannara.
“Menggantikan aku,” jawab Lisa. “Aku kan Asisten Artis. Nah, artis yang aku pegang, Karina Kusuma, dia minta aku cuti. Katanya, dia tidak mau ambil risiko dengan ibu hamil. Soalnya kerjaku ini harus gesit, lari-lari ambil properti, membawakan barang. Tidak bisa kalau perutku makin besar.”
Shannara tertegun, seluruh tubuhnya membeku. Karina Kusuma. Istri dari Sergio. Mantannya.
“Bagaimana, Nar?” Lisa memohon, menggenggam tangan Shannara erat-erat. “Mau, ya? Aku cuma percaya sama kamu buat memegang pekerjaan pentingku ini. Aku lihat kamu cekatan, gesit, dan lagi pula kamu juga belum dapat pekerjaan lagi kan, setelah dari kapal pesiar?”
Shannara menatap kosong ke lantai. Sungguh, hidup ini seperti lelucon yang buruk. Menjadi asisten istri dari pria yang baru saja membuatnya gelisah karena kemungkinan hamil?
“Tapi… aku kerja cuma sebatas di lokasi syuting, kan? Tidak akan sampai ikut ke rumah artisnya, kan?” tanya Shannara, mencari kepastian.
Lisa tertawa. “Tidak, dong. Buat apa juga kamu ikut ke rumah. Paling mentok kamu menemaninya fitting baju atau meeting di luar. Tugas utama kamu ya di lokasi syuting.”
Meskipun Lisa sudah memberi jaminan, Shannara tetap berpikir keras. Bagaimana kalau dia bertemu Sergio? Bagaimana kalau Sergio tahu? Tapi, ini hanya sementara. Dan dia benar-benar butuh pekerjaan.
Lisa terus merengek.
“Ayolah, Nar. Tolong aku. Sebentar saja.”
Akhirnya, Shannara menyerah. Ia menghela napas pasrah. “Baiklah. Aku terima. Tapi ini kan cuma sementara. Bagaimana kalau artisnya tidak cocok sama aku atau pekerjaanku?”
“Tidak akan,” janji Lisa, wajahnya langsung cerah. “Karina itu orangnya baik, kok. Profesional. Dia pasti akan mengajari kamu cara kerja yang benar. Tenang saja.”
Setelah masalah pekerjaan beres, Lisa kembali ke topik lain, matanya tampak melunak. “Oh, iya. Dilan terus menanyakan kamu, Nar.”
Mendengar nama Dilan, Shannara tersentak. Dilan. Pria baik-baik yang selalu hadir. Pria yang menyimpan rasa padanya.
“Aku tahu dia suka aku, Lis,” kata Shannara pelan. “Tapi aku memilih pura-pura tidak tahu. Aku tidak mau merusak persahabatan di antara kami berdua.”
“Iya, aku tahu,” kata Lisa. “Dia terus tanya kabarmu, tapi dia tidak berani terus-terusan menghubungi. Dia takut kamu risi.”
Shannara tersenyum tipis, rasa hangat menjalar di hatinya, kontras dengan kegelisahan yang ia rasakan beberapa menit yang lalu. Di tengah semua kekacauan hidupnya, ada Dilan yang sabar menanti. Tapi sekarang, ia harus bersiap menghadapi babak baru yang rumit: bekerja untuk Karina Kusuma, istri dari mantan kekasihnya. Sebuah takdir yang terasa sangat kejam.
BACA GUYS GAK BAKAL NYESELLLL
makin d baca makin candu pas awal awal kek bakal boring ternyata pertengahan baru ah i see
semangat author aku 🫶
ada aja kelakuan bapak ini gmesss🤭