Andra dan Trista terpaksa menikah karena dijodohkan. Padahal mereka sudah sama-sama memiliki kekasih. Pernikahan kontrak terjadi. Dimana Andra dan Trista sepakat kalau pernikahan mereka hanyalah status.
Suatu hari, Andra dan Trista mabuk bersama. Mereka melakukan cinta satu malam. Sejak saat itu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka. Trista dan Andra terpaksa menyembunyikan kedekatan mereka dari kekasih masing-masing. Terutama Trista yang kekasihnya ternyata adalah seorang bos mafia berbahaya dan penuh obsesi.
"Punya istri kok rasanya kayak selingkuhan." - Andra.
"Pssst! Diam! Nanti ada yang dengar." - Trista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 - Salah Paham
Andra akhirnya tiba lagi di kamarnya setelah perjuangan melewati sisi luar rumah yang gelap, licin, dan berangin. Tanpa suara, dia menutup jendela perlahan, saking hati-hatinya sampai hampir seperti pencuri masuk rumah sendiri. Napasnya terengah, bukan karena lelah, tapi karena deg-degan kalau tadi sempat ketahuan Tika. Begitu punggungnya menempel di dinding kamar, Andra menutup wajah dengan kedua tangan dan terkekeh kecil.
“Demi Trista,” gumamnya, masih tak percaya bahwa dirinya barusan menjalani parkour dadakan hanya untuk menemui istrinya.
Di luar, rumah sudah kembali tenang. Lampu-lampu redup dan suara Tika tidak terdengar lagi. Andra merebahkan diri di ranjang sambil memeluk bantal. Masih tercium samar aroma Trista pada baju dan tangannya. Dan dia tertawa pelan setiap kali mengingat insiden semvak tadi. “Astagaa… nyaris ketahuan.”
Sementara itu, Tika diam-diam menuruni tangga rumah setelah memastikan Trista sudah kembali tenang. Ia tidak langsung pergi ke kamarnya seperti yang diinstruksikan Trista. Ada hal lain yang harus ia lakukan.
Begitu sampai di lantai bawah, dia mengintip dari sisi tirai jendela. Jalanan depan rumah cukup gelap, tapi lampu kecil dari sebuah mobil hitam yang diparkir sekitar 20 meter dari rumah terlihat sangat jelas.
Di dalam mobil, seseorang menunggu. Tika menarik napas, merapatkan jaketnya, lalu berjalan cepat menuju mobil tersebut. Begitu pintu samping dibuka, aroma parfum maskulin langsung menyergap hidungnya.
“Bos…” sapanya pelan.
Regan, yang duduk di kursi kemudi, menoleh dengan ekspresi dingin namun sorot mata penuh rasa ingin tahu. “Bagaimana hasil pemantauanmu malam ini?” tanya Regan tanpa basa-basi.
Tika langsung duduk, menutup pintu, dan mengangguk mantap. “Lancar, Bos. Nggak ada yang mencurigakan. Mbak Trista tidur di kamarnya… sendirian.” Ia menekankan kata terakhir seolah meneguhkan bahwa tidak ada hal aneh yang terjadi.
Regan menghela napas lega. Walau ia berusaha terlihat santai, matanya jelas memancarkan kerinduan dalam. “Bagus. Aku cuma ingin memastikan dia baik-baik saja. Dia… orang yang sangat aku sayang.”
Tika mengangguk sambil menatap Regan melalui kaca mobil yang sedikit berembun. Kerinduan pria itu terlihat nyata. Namun, kemudian dia teringat sesuatu. Sesuatu yang membuatnya hampir tersedak tawa sendiri.
“Eh… tapi Bos…” Tika menggigit bibir, menahan tawa yang hendak pecah. “Aku… aku lihat sesuatu yang agak… aneh.”
Regan langsung serius. “Apa?”
“Kebiasaan kayaknya…” Tika mulai cekikikan. “Mbak Trista… kayaknya suka pakai… celana da-lam lelaki.”
Regan langsung mengerutkan dahi. “Apa?!”
Mata Regan membesar, ekspresinya antara bingung dan syok. “Celana da-lam… lelaki?”
Tika mengangguk cepat, menutup mulutnya karena hampir tertawa keras. “Iya, Bos! Aku lihat barusan. Ada semvak warna merah tergeletak di meja kamarnya!”
Regan terdiam beberapa detik. Lalu ia menarik napas panjang. Dan mengusap wajahnya dengan satu tangan sambil memejamkan mata.
“…Trista…” gumamnya frustrasi tapi penuh sayang.
Tika akhirnya meledak tertawa kecil. “Maaf Bos, tapi aku kaget banget. Aku kira itu punya tamu atau apa. Ternyata Mbak Trista sendiri yang ngaku kalau itu punyanya!”
Regan hanya menggelengkan kepala pelan. “Kalau itu benar… berarti dia memang punya kebiasaan aneh yang belum aku tahu.”
Tapi kemudian ia tersenyum kecil. “Ya sudahlah. Selama dia bahagia dan nyaman… aku terima. Aku tetap cinta dia apa adanya.”
Tika menatap Regan lama. Dalam hati dia kagum. Jarang ada pria yang sedalam itu cintanya.
“Kalau perlu aku belikan dia semvak sekardus,” tambah Regan, menatap ke arah rumah Trista yang terlihat gelap dan tenang.
Untuk beberapa detik keduanya terdiam. Hanya suara mesin mobil yang halus terdengar.
Regan kemudian kembali ke mode dingin. “Baik. Kau bisa kembali. Pastikan Trista tidur dengan aman. Jangan terlalu mengekang, jangan terlalu banyak intervensi. Tugasmu hanya mengawasi dari jauh.”
“Siap, Bos.”
“Oh, dan Tika…”
Tika memutar badan. “Iya?”
“Jangan pernah ceritakan ke siapa pun soal… kebiasaan Trista memakai celana da-lam lelaki itu. Ini rahasia kita. Oke?”
“Siap, Bos! Rahasia negara pokoknya!” Tika memberi hormat kecil sambil terkikik.
Tika berjalan kembali ke rumah sambil menahan tawa yang hampir pecah di tengah jalan. Sesampainya di dalam rumah, suasana sangat tenang. Lampu-lampu redup membuat koridor tampak romantis tapi juga menegangkan.
Tika naik ke lantai dua. Sebentar dia berhenti di depan pintu kamar Trista, memastikan tidak ada suara mencurigakan. Semuanya sunyi. Tika lalu segera pergi ke kamarnya.
Bisa jadi terkena gangguan transvestisme.
Transvestisme adalah kepuasan yang muncul ketika mengenakan pakaian yang lazim dikenakan oleh lawan jenis.
Penderita transvestisme merasa bergairah ketika mengenakan salah satu atribut pakaian, seperti celana dalam atau memakai satu set pakaian lawan jenisnya.
Agar tidak ketahuan, sebagian pria/wanita yang menderita kelainan ini akan menggunakan pakaian dalam lawan jenisnya di balik pakaian yang digunakan sehari-hari.