Perjalanan Leanor Bersama Sistem Pertanian

Dan ia juga mencoba mengalihkan pikiran nya dari putra pak kades itu, entah kenapa ia begitu penasaran dengannya laki-laki itu. Mungkin karena putra pak kades itu jenius mengingatkan dirinya pada bang Aiden suaminya, ia selalu berharap suaminya juga menyusulnya ke dunianya ini, tapi itu juga tidak mungkin karena dunia paralel lain juga banyak tersebar di dunia kecil lainnya.

"huf.! Mungkin bang Aiden tidak datang ke dunia ini, mungkin aku sulit jatuh cinta di dunia ini, karena cintaku hanya untuk bang Aiden" gumam Leanor.

"Lebih baik aku menyalin file data vita dan rekamannya kedalam laptopku, untuk berjaga-jaga, jika aku kehilangan bukti ini." Gumam Leanor lalu ia menyalin seluruh kelaptopnya.

Setelah itu ia mengunci laptopnya dengan kata sandi yang rumit, begitu pula dengan ponsel nya ia kunci dengan kata sandi yang rumit. Ia tidak menggunakan iris mata atau sidik jari, karena itu masih bisa di curi bila ia tidak sadarkan diri.

Setelah semuanya selesai Leanor bersiap-siap untuk tidur, malam sudah memasuki jam 11 malam. Leanor tidur dalam ruang dimensi karena waktu disana lebih lama dari pada disini. Waktu di dalam ruang dimensi nya 1:1 maksudnya satu jam di dunia nyata satu hari di dalam dimensinya.

Setelah sampai di kamarnya yang berada di ruang dimensi ia langsung tertidur dengan nyenyak memasuki dunia mimpinya yang indah.

Esok hari nya Leanor mempersiapkan sarapan sebanyak ukuran dua orang, setelah itu ia membangunkan Bastian untuk mandi dan sarapan.

Ia juga mandi dan mengganti seragamnya, lalu langsung turun ke bawah untuk sarapan, tapi sebelum itu ia memanggil Bastian apakah ia sudah selesai.

"Tian, apakah kamu sudah selesai pakai seragam?" Panggil Leanor dari luar kamarnya, setelah itu pintu kamarnya di buka dari dalam.

"Aku sudah selesai kak," ucap Bastian sambil membawa tasnya ia sudah berpakaian lengkap.

"Kalau ayo turun untuk sarapan, aku sudah menyiapkannya untuk kita berdua." Ajak leanor lalu ia turun dan di ikuti oleh adiknya.

Tidak lama setelah itu mereka selesai makan, Leanor menceritakan kepada pagi ia harus berangkat sendiri ke sekolah dengan menggunakan sepeda.

"Apa kamu bisa bersepeda?" Kata Leanor kepada adiknya, dia tidak bisa mengantarkan adiknya ini kesekolah.

" Bisa kak, aku sering meminjam sepeda temanku saat di desa." Ucap Bastian " kalau begitu kamu sendiri saja kesekolah hari ini dengan pakai sepeda, aku tidak bisa mengantarmu, apa kamu takut?" leanor melihat adiknya.

"Baiklah kak, aku tidak takut aku sudah besar sekolahnya juga dekat di sini." Jawab Bastian lalu berdiri " kamu harus hati-hati ambil jalan tepi-tepi, aku akan menunjukkan sepedanya padamu?" Ucap Leanor lalu ia membawa adiknya ke garasi.

"Ini sepeda untuk, apa terlalu tinggi? Cobalah!" Leanor mengeluarkan sepeda keluar dan ia berikan kepada adiknya.

"Sepedanya bagus sekali kak, aku suka tidak terlalu tinggi pas dengan ukuran ku." Ucap Bastian sambil naik ke atas sepedanya, lalu mencobanya.

" Kak, aku berangkat dulu, sepeda ini pas untuk ku, terimakasih kak!" Ucap Bastian lagi lalu ia langsung berangkat ke sekolahnya.

"Hati-hati!" Leanor berteriak keras karena adiknya sudah jauh hampir sampai di pintu pagar.

Sekarang gilirannya yang bersekolah, ia tidak perlu pakai kendaraan cukup jalan kaki saja, Leanor kembali ke dalam rumahnya untuk memakai sepatu nya, dan juga memberikan lip balm ke bibirnya. Setelah selesai ia berangkat ke sekolah sebelum itu ia mengunci seluruh pintu rumah, juga mengunci pagar.

Leanor berjalan dengan santai menuju sekolah, banyak yang memperhatikannya saat di jalan ia tidak menggunakan jaket atau hoodie apapun ia pakai seragam sekolah yang pas di badannya, mengikat rambutnya tinggi ikat ekor kuda, tanpa pakai kaca mata.

Leanor tidak menutupi lagi kecantikannya karena ia sudah terkenal saat masuk sekolah pertama kalinya. Jadi tidak perlu lagi menutupinya percuma saja.

Saat sampai di gerbang sekolah siswa-siswi lainnya sudah banyak yang datang, semuanya memandangi Leanor yang berjalan dengan santai.

"Lea! Sini.." panggil Ririn yang berada di parkiran bersama Adel juga ada Rara disana, Lea menghampiri Ririn menghampiri mereka.

"Kalian dengar dia Lea anak MIPA 3, ya ampun ternyata aslinya cantik luar biasa! Kata salah satu siswa yang mendengarkan panggilan Ririn.

"Iya tidak ada tandingannya kecantikannya di kota ini, bahkan artis pun kalah, aku jadi iri padanya." Balas teman cewek di sampingnya

"Tidak hanya cantik dia juga jenius, aku kira hanya Amanda dan Riko saja yang jenius ternyata anak Mipa 3 lebih jenius lagi,mengapa kita baru tahunya" jawab temannya

"Kabarnya dia sakit jadi belajar dirumah, karena itu kita tidak mengetahuinya" balas temannya.

Leanor mendengar bisikan-bisikan itu hanya mengabaikannya saja, lalu dengan tenang berjalan dengan temannya.

"Kalian sudah datang! Mengapa ngumpul disini?" Kata Leanor lalu ia duduk dekat Rara disana juga ada tempat duduk.

"Kita menunggu dirimu lah, juga melihat kehebohan yang kamu ciptakan, hehe" jawab Ririn " lihat sekeliling mu pada memandangi kamu baik cewek maupun cowok, mereka pada iri." Tambah Ririn lagi.

"Juga di pojok sana yang mengintip, sepertinya ia ingin merencanakannya sesuatu, Lea kamu harus hati-hati!" Kata Adel sambil menunjuk ke arah sudut, gadis yang di tunjuk mengetahui bahwa ia sudah ketahuan langsung pergi.

"Siapa?" Jawan Ririn karena ia tidak melihatnya gadis itu sudah pergi.

"Siapa lagi kalau bukan vita si penghianat!" Jawab Adel " Lea kamu dengarkan kamu harus hati-hati jangan Jauh-jauh dari kita." Kata Adel lagi.

"Iya, aku berhati-hati dan terimakasih sudah peduli padaku." Ucap Lea " ayok kita masuk kedalam kelas ngapain juga disini!" Tambah Lea sambil menggandeng Rara dan mengajaknya kedalam.

Dan di ikuti oleh Adel dan Ririn mereka berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai atas, setelah peninggalan mereka siswa-siswi kembali heboh.

"Beruntung sekali si cupu itu bisa masuk ke genk Leanor"

"Kurasa ada yang kurang dari ganknya "

"Tentu saja kurang personilnya pindah ke genk anak jenius"

"Oh anak baru di genk jenius itu, mengapa dia di terima disana dia tidak cantik amat juga tidak pintar juga"

"Dia pasti menyesalinya karena keluar dari genk Leanor"

Bisik-bisik siswa-siswi terdengar di mana-mana, vita yang masih bersembunyi di sudut mendengarkan semua yang dikatakan siswa-siswa itu, ia mengepalkan tangannya dengan kuat.

Lalu ia menenangkan dirinya lagi sambil memperbaiki penampilan ia keluar dari persembunyiannya, lalu masuk kedalam kelas.

Saat sampai di kelas Leanor di kejutkan dengan bunyi sistem.