Ketika kesalah pahaman membawanya dalam rumitnya ikatan pernikahan.
Elena Maursty, yang berniat menolong seorang wanita tak dikenalnya pada akhirnya berakhir sebagai seorang pembunuh dimata seorang laki-laki.
Edwart Emardo, seorang suami yang kehilangan istrinya bersikap gila dengan memaksakan sebuah pernikahan dengan Elena Maursty. Penikahan yang hanya bertujuan untuk membalas dendam atas kematian sang istri tercintanya.
Menutup mata juga hatinya, akankah Edwart menemukan jalannya.. ?? Jalan kebenaran akan siapa pembuhuh istrinya ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rina Listiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TC 18
Selamat datang di dunia Edwart juga Elena,
Dan semoga kalian menikmati ceritanya dan jangan lupa kalo ada apa-apa isi di kolom komentarnya 😄😄
kalau mau kirim kado sama vote juga bisa banget..😉
[ JANGAN LUPA MASUKAN CERITA INI KEDALAM FAVORIT KALIAN, AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATENYA ] 😇
---------------------------🌾-----------------------------
Malam harinya, Ed sedang menikmati makan malamnya bersama El dalam diam. Namun tiba-tiba saja ponselnya berdering, dan Ed segera membalik layar ponselnya.
Namun ponselnya tak kunjung berhenti berdering, dan penelponnyapun masih sama yaitu Tania.
"Tuan suami, apa nggak sebaiknya diangakat.." ucap El.
"Bukan urusanmu!!" Ketus Ed.
El hanya diam melanjutkan makannya, namun suara dering ponsel Edwart benar-benar mengganggu selera makannya.
"Mau kemana ???" Tanya Ed saat melihat El berdiri dari duduknya.
"Ke kamar.."
"Duduk dan habiskan makanannya !!"
"Maaf tapi saya sudah kenyang.."
"Saya bilang duduk kembali !!" Bentak Ed saat El menggeser kursinya.
Terkejut dengan suara teriakan Edwart membuat El mau tak mau kembali duduk dan menikmati makan malamnya.
Ed kembali melahap makan malamnya. Namun sebelum itu ia membuat ponselnya dalam mode senyap agar tak mengganggu makan malamnya dengan Elena.
Selesai makan malam, El mulai membersihkan meja makan dan membawa semua piring kotor kedapur. Sedangkan Ed segera beranjak dan pergi ke ruang kerjanya.
"Astaga non, biar disitu aja nanti bibi yang beresin.." seru bi Uni.
"Gpp bi, bi Uni sama bi Lastri kan udah capek kerja seharian.."
"Aduh non, itu udah tugas kita berdua.."
"Udah gpp, sekarang bibi masuk istirahat ya. Ini serahin aja sama aku .." mendorong pelan tubuh bi Uni agar pergi meninggalkan dapur.
"Non, kalo ada apa-apa panggil bibi ya .."
"Siap .."
Elena mulai mencuci semua piring bekas makan malam. Ia juga membersihkan dapur yang masih sedikit berantakan.
Selesai dengan itu, El yang tahu jika suaminya sedang berada didalam ruang kerja berinisiatif membuatkan sebuah camilan untuknya.
"Bikin apa ya ??"
Ia mulai memikirkan makanan ringan yang mampu menemani suaminya saat bekerja.
"Ah, aku bikin curros aja deh yang cepet.." putusnya.
Dengan cekatan El mulai sibuk didapur dengan kegiatannya. Sudah hampir satu jam El membuat camilan.
"Akhirnyaa jadi juga .." senangnya.
Kemudian El mulai menata curros itu diatas piring untuk dihidangkan kepada Edwart. Tak hanya itu, El juga membuatkan coklat jahe untuk Edwart.
Inilah curros buatan Elena.
*
Tania begitu geram saat tak satupun panggilannya juga pesannya direspon oleh Edwart. Tania menggila, ia menghancurkan semua isi kamarnya hanya karena Edwart.
"Akkhh, Edwart brengsek !!"
"Berani sekali mengabaikanku !!"
Tania mulai mengamuk sambil memaki-maki Edwart. Tak sampai disitu, Tania yang tak puas menenggak sebotol wine langsung dari botolnya.
"Gue pastiin bakal bikin loe tergila-gila sama gue !!"
"Gue bakal bikin loe nggak bisa menolak pesona seorang Tania !!"
Tania terus saja berteriak merancu sambil menyombongkan dirinya. Namun tiba-tiba saja ia juga menangis saat teringat jika Edwart telah mempunyai istri baru.
"Siapa dia !! Siapa dia sampai loe lebih milih dia daripada gue !" Teriak Tania sambil menangis.
"Apa lebihnya dia dari pada aku Edwart!! "
"Percuma gue berhasil nyingkirin Mimi kalau loe nggak bisa jadi milik gue !!" Amuknya membuang vas bunga disampingnya.
"Hahhaha, atau aku singkirin lagi aja istrimu itu ya .." tawa Tania yang sudah mabuk.
"Gue bakal singkirin siapapun yang menghalangi kita untuk bersama Edwart, bahkan jika itu orang tuamu.." sinisnya mengingat kedua orangtua Edwart yang tak ramah kepadanya.
Sedang dirumah sakit, kondisi Jo sudah stabil. Lukanya tak terlalu parah, hanya kakinya yang harus menerima perawatan lebih intens.
"Kalian bertiga jaga Jo, jangan biarkan dia kenapa-napa.." seru Maya pada 3 laki-laki didepannya.
"Dan pastikan kalian selalu waspada dengan semua orang yang mengunjungi Jo nantinya.." sahut Billy mengingatkan.
"Kami akan ingat pesan tuan juga nyonya.."
"Bagus! Malam ini saya mau kalian tetap bergantian menjaganya.." lanjut Maya.
"Kalau ada apa-apa kalian bisa hubungin saya atau istri saya. Kami pergi dulu.." merangkul pinggang Maya dan membawanya keluar dari dalam kamar Jo.
Didalam perjalanan pulang, Maya menceritakan tentang kedatangan Tania kerumah dan keributan yang dibuatnya.
"Mama serius !!" Kaget Billy.
"Bener pah, dan tatapan matanya itu udah kayak orang gila gitu lo pah.."
"Mah, lain kali kalau ketemu dia mama menyingkir saja. Papa curiga kalau dia terlibat dalam pembunuhan Mimi.."
"Maksud papa ..??"
"Malam itu mereka bertiga bertengkar mah, dan Tania mulai menunjukkan mintanya pada Edwart juga kan. ."
"Jadi maksud papa, Tania menyingkirkan Mimi hanya untuk bisa mendapatka Edwart ??" Tak percaya Maya.
"Itu hanya dugaan papa saja mah.,"
Maya mulai memikirkan semua kemungkinan dari apa yang dikataka oleh suaminya. Baginya tak ada salahnya jika kita waspada selama kita belum menemukan pelakunya.