STOP PLAGIAT!!
Kisah Seorang gadis 23 tahun bereinkarnasi menjadi tokoh antagonis dalam novel kesayangannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anviqi Park, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16. Ketahuan
-o0o-
Acara kembang api selesai dengan meriah, semua orang sangat menikmati setiap detiknya . Semua orang kecuali pria berwajah imut yang sejak satu jam yang lalu menekuk wajah kesal, tidak memperdulikan dua manusia di depannya sibuk tertawa menggoda dirinya.
Bagaimana tidak? Freya dan Ray memergoki dirinya sedang berbincang dengan putri sulung klan bunga, padahal mereka hanya terlibat percakapan ringan namun malah dituduh PDKT.
Jujur saja Conan merasa salah tingkah dan serba salah, pertama bagaimana bisa dirinya terpana dengan kecantikan gadis itu padahal itu pertama kalinya mereka bertemu. Entahlah, Conan merasakan hal aneh terjadi pada jantungnya dan itu sangat meresahkan, tidak pernah terjadi sebelumnya.
Tatapan mata bulat itu begitu menawan menusuk kedalam hatinya, menimbulkan sensasi hangat mengalir dari jantung ke seluruh tubuh. Aroma wangi semerbak tercium begitu saja membuat dirinya berusaha untuk tidak memeluknya.
Secepat mungkin Conan menggeleng berusaha sadar dari imajinasi bodohnya, tidak boleh. Dirinya sudah menjadi seorang selir dari Kaisar Freya bagaimana bisa memikirkan gadis lain. Bukankah itu namanya berkhianat, dia tidak mau dituduh selingkuh dari Freya.
Conan berusaha semaksimal mungkin untuk memantapkan hatinya namun niatnya buyar mendengar deretan kalimat yang bertujuan menggoda dirinya.
"Menurutku Conan kurang ahli dalam strategi". Lihatlah bagaimana bisa Freya mengatakan itu dengan santainya.
"Paman seharusnya belajar dari ayahku. Saat pesta waktu itu ayah tidak melakukan apapun tapi banyak gadis berlomba-lomba mendekatinya".
"Anak nakal, jangan bawa-bawa ayahmu di sini. Dia itu play boy cap kapak sedangkan Conan berpacaran saja belum pernah". Gemas Freya mencubit kedua pipi Ray.
"Tapi kan ayah tetap suka sama ibu, jadi ibu tenang saja". Polosnya, Freya membuang nafas pasrah tidak mau lagi meladeni kepolosan Ray bisa-bisa dia mengatakan hal yang 'mengerikan'.
Freya sejenak menoleh ke arah Conan yang hanya diam dengan wajah merona, bibirnya menggembung membuat siapa saja yang melihatnya menjadi gemas seketika.
Freya terkekeh geli sembari mengacak rambut Conan membuatnya mengangkat kepala, Freya yang berjalan di depan menampilkan ekspresi penuh kehangatan.
"Maaf ya sudah mengodamu, habisnya kau manis sekali". Freya kembali menoleh ke depan mengawasi Ray yang sibuk berjalan membawa beberapa balon miliknya.
"Yang Mulia".
"Hm?".
"Itu.. apa anda tidak marah?.. maksudku..".
"Marah? Kenapa aku harus melakukannya?".
"Itu karna- aku bersama...". Astaga Conan kesulitan mencari kalimat yang tepat, takut jika suatu saat Freya marah besar seperti sebelumnya.
"Aku tidak marah".
"Eh?".
"Buat apa aku marah, kau kan juga punya kebebasan untuk melakukan apapun termasuk hidup bersama orang yang kau cintai".
"Tapi aku kan...".
"Kau memang selirku tapi bukan berarti kau tidak boleh memiliki perasaan sendiri. Aku tidak mau mengekang orang dalam genggamanku tanpa memikirkan perasaan mereka, biarlah kebodohanku yang dulu cukup sampai disitu saja".
Freya menoleh. "Jika suatu saat kalian menemukan cinta sejati masing-masing, aku akan memberikan kebebasan itu untuk kalian".
Padat dan jelas kalimat itu keluar dari bibir mungil Freya sedetik kemudian berlalu pergi meninggalkan Conan terdiam mematung, tak lama kemudian tanpa siapapun sadari pria imut itu menampilkan senyum manisnya.
-o0o-
Pagi harinya Freya kembali bergelut dengan pekerjaannya, Elvis benar-benar menyimpan dendam padanya padahal mereka hanya berlibur sehari saja tapi tumpukan itu seperti hasil cuti selama sebulan penuh.
"Yang Mulia ini laporan dari klan bunga tentang panen lusa".
"Hmm banyak juga, bagaimana dengan fasilitas untuk pengangkutan ke pabrik?".
"Sudah tersedia semuanya, hanya saja beberapa designer meminta setengah dari panen untuk mereka beli".
"Setengah? Sejak kapan bunga-bunga itu jadi bahan pakaian manusia?".
"Itu karena beberapa waktu yang lalu mereka dirampok menyebabkan sebagian permata dan berlian hilang dalam sekejap".
"APA!!". Bentakan Freya Callista yang tertidur di atas buku tebal terlonjak setinggi lima senti.
"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?".
"Mereka yang terlambat melapor lalu--".
"Alasan macam apa itu, bukankah aku sudah menyuruh untuk mengirim prajurit berpatroli. Imperial Palace hanya memiliki lima designer saja lalu apa-apaan semua ini".
Memang benar Imperial Palace hanya memiliki lima designer dan mereka semua bukanlah amatiran namun profesional yang sudah menciptakan pakaian untuk anggota kerajaan dari generasi ke generasi. Mereka bukanlah manusia sombong dan angkuh itulah kenapa Freya selalu mengirimkan bahan terbaik selama ini dan perampokan itu benar-benar membuatnya emosi.
Bukan karena mencemaskan harta tapi sifat mereka yang tidak mau merepotkan siapapun dan milih jalan lain dalam menyelesaikan masalah.
Freya langsung mencari solusi bagaimana menemukan pelaku yang entah siapa, pastinya pelaku sangat ahli karna bisa lolos dari pengawasan para prajurit.
"Kirimkan surat panggilan pada Hugo dan Adam, suruh mereka segera kembali".
"Baik Yang Mulia".
"Chaiden!!".
Seketika pintu terbuka menampilkan sosok pria gagah berpakaian lengkap.
"Yang Mulia".
Freya perlahan bangkit membawa Callista ke pundaknya berdiri berhadapan dengan pria dua kali lebih tinggi darinya tersebut.
"Pergilah ke pusat kota cari informasi pelaku perampokan, jangan ketahuan jadi menyamarlah".
"Baik Yang Mulia".
"Kau berniat mengirim pria batu es ini pergi? orang buta saja tidak akan percaya, cari saja manusia yang bisa berbaur dengan baik bukan mengirim patung seperti dia". Gumam Callista membuat Chaiden menatapnya tajam.
"Hmm benar juga". Ucap Freya membenarkan, Chaiden memang ahli dalam bertarung tapi dia hanyalah amatir dalam misi bersosialisasi.
"Kalau begitu kau bawa 'lebah madu'-ku ke sini".
Callista mengangguk mengepakkan sayapnya keluar ruangan dan lima menit kemudian kembali membawa Conan yang hanya mengenakan handuk menggunakan kakiknya yang kuat.
"Aaaaa!!! Lepaskan aku dasar kumbang nakal~".
"Diamlah bodoh, aku ini naga bukan kumbang, cih".
Brak
Callista dengan kesal melepaskan genggamannya membuat Conan jatuh dengan bagian pinggul sebagai landasan.
"Awww".
Kedua pipi Freya seketika bersemu melihat kondisi Conan yang diluar dugaan, dia memang menyuruh Callista membawanya tapi siapa sangka gadis itu datang tanpa basa-basi seperti itu.
"Astaga Conan kau baik-baik saja?". Serunya membantu pria itu berdiri.
"Hiks Yang Mulia".
"Cup cup maaf ya, aku tidak tau kau sedang mandi". Freya memandang tajam Callista yang bersikap tidak tau apa-apa.
Setelah berhasil menenangkan pria itu akhirnya mereka kembali berbincang.
"Conan maksud ku memanggilmu menyangkut misi penangkapan pelaku perampokan, aku ingin kau pergi ke ibu kota bersama Chaiden untuk menemukan informasi dan petunjuk. Jangan segan-segan dengannya, dia tidak sedingin yang kau fikirkan".
Dengan polosnya Conan menoleh ke arah Chaiden yang berdiri tanpa ekspresi. Walaupun ini bukan kali pertama mereka bertemu namun selama berada di istana para selir memang jarang bersosialisasi satu sama lain, bahkan mereka ditempatkan di gedung yang berbeda.
"Baiklah".
"Anak pintar, kalian akan pergi besok dan selama beberapa hari tinggal di pusat kita jadi berkemaslah".
"Baik Yang Mulia". Balas mereka serempak.
"Ekhmm kalian boleh kembali, Conan sana pakai baju".
"Tapi aku...".
"Chaiden bawa dia". Seru Freya cepat saat Conan mencoba memeluknya dalam kondisi hanya mengenakan handuk.
Sedetik kemudian Chaiden mengangkat Conan layaknya membawa karung beras pergi ke luar, Freya hanya bisa melambai membalas rengekan Conan sebelum hilang di balik pintu.
"Selir-selir mu memang ajaib". Gumam Callista yang hanya di balas cengiran oleh Freya.
aku suka..
semangatt sllu yah