NovelToon NovelToon
Jodoh Tak Terduga : Ketika Gadis SMA Dan CEO Dingin Bersatu

Jodoh Tak Terduga : Ketika Gadis SMA Dan CEO Dingin Bersatu

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Yp_22

•Sinopsis

Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?

Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.

Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.

Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?

Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Di sebuah kamar dengan cahaya temaram, sepasang mata mengerjap dengan tubuh menggeliat di atas ranjang.

Tangannya terulur meraba nakas di sisi ranjang. Kemudian berdecak kesal saat gelas yang di raihnya ternyata telah kosong.

Dengan malas ia bangkit dan menyalakan lamu kamar, dilihatnya jam yang menunjukkan pukul tiga dini hari. Kebiasaannya yang sering terbangun tengah malam untuk minum sangatlah mengganggu.

Dengan sisa kantuk yang masih menggantung di kantong matanya, Michael berjalan menuju pintu dan membukanya.

Michael berjalan dengan mata satunya menahan kantuk. Namun saat ia berada tepat di atas tangga, seketika itu matanya terbelalak.

Di sana, di pertengahan tangga.. tubuh yang terlihat tak berdaya tergeletak begitu saja.

Rasa cemas menghampirinya dengan tiba-tiba.

Tanpa memperdulikan gelas yang jatuh dari tangannya dan mungkin saja pecah, Michael berjalan cepat menuruni tangga.

Setibanya ia di dekat tubuh yang tergeletak begitu saja di pertengahan tangga, ia berjongkok dan menyingkap rambut hitam legam yang menghalangi wajahnya.

Perasaan khawatirnya memuncak saat melihat wajah Viona yang tampak pucat pasi bagaikan tak ada darah yang mengaliri wajah tersebut.

Tangannya bergerak meraih tubuh Viona dan mencoba menggoyangkannya. "Viona.. bangun, jangan membuat saya khawatir."

Tak ada jawaban.

Di rasa tak ada gunanya mencoba membangunkan Viona, Michael akhirnya membawa tubuh yang terasa dingin itu ke dalam gendongannya.

Dengan langkah cepat, Ia membawa Viona ke kamarnya dan meletakkan di atas kasur miliknya.

Setelah memastikan Viona berbaring dengan benar, Tangan Michael meraih ponselnya dan menekan satu nomor yang selalu ia hubungi saat dalam kondisi darurat.

Tak butuh waktu lama untuk menunggu panggilan tersebut di jawab.

Tanpa mengucapkan basa-basi, Michael berkata dengan tegas. "Ke rumah sekarang juga! Jangan membuang-buang waktu!."

Tut.

Tanpa menunggu respon dari sebrang sana, Michael langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

Ia kembali meletakan ponsel nya di atas nakan dan berjalan ke arah ranjang.

Michael duduk di sebelah Viona dengan memandangi wajah yang terlihat pucat itu dengan tatapan bersalah.

"Maaf.. saya mengabaikan kamu saat kamu meminta tolong semalam. Saya kira tidak separah ini.." gumamnya dalam.

Tangannya terulur dan menggenggam tangan Viona yang terasa sangat dingin mencoba menyalurkan kehangatan dari sana.

Ia hanya diam dengan perasaan gelisah dan khawatir yang mengganggu.

Sekitar lima belas menit kemudian, terdengar suara mobil di depan rumahnya.

Michael segera beranjak turun ke lantai satu untuk membukakan pintu untuk seorang tamu yang sedari tadi ia tunggu.

Ceklek.

Pintu terbuka dan menampilkan seorang pria muda dengan jas dokternya, jangan lupakan rambutnya yang tidak tertata rapi karena ia tergesa-gesa untuk datang ke sini saat sang tuan rumah menelponnya di saat ia tengah tertidur pulas.

Dokter tersebut merupakan dokter kepercayaan keluarga Schumacher.

Dokter tersebut yang bernama Yazied mengernyit saat melihat Michael berdiri dengan keadaan baik-baik saja.

"Loh.. kok?"

"Periksa istri saya."

Mendengar ucapan yang di selimuti kekhawatiran tersebut, Dr. Yazied akhirnya mengangguk mengerti dan segera menyusul langkah Michael yang membawanya ke arah kamar utama rumah ini.

Sesampainya mereka di dalam kamar Michael yang terdapat Viona yang kini tengah terbaring dengan mata terpejam, mereka langsung mendekati ranjang.

Dr. Yazied segera memeriksa keadaan Viona yang tampak tak berdaya.

Wajah seriusnya sesekali mengernyit dan menatap Michael sekilas kemudian kembali melakukan pemeriksaan.

Hingga akhirnya, Dr. Yazied mengeluarkan satu botol cairan infus dan memasangkan jarum infus ke tangan Viona yang terasa dingin.

Pergerakan nya mantap tanpa ragu.

Setelah memasangkan infus dan memastikan cairan infusnya masuk ke dalam tubuh Viona, Dr. Yazied membereskan alat-alat yang di gunakan nya ke dalam tas yang di bawa olehnya tadi.

Michael menatap Dr. Yazied menunggu penjelasan tentang kondisi Viona saat ini.

"Apakah kalian pulang dari pesta?"

"Hmm."

"Bisa kita bicara di luar?"

Michael mengangguk sebagai jawaban.

Keduanya kemudian berjalan menuju ruang tamu di lantai satu.

Keduanya duduk saling berhadapan dengan Michael yang terus menatap Dr. Yazied menunggu penjelasan.

Dr. Yazied balas menatap Michael dengan tatapan serius. "Apakah istrimu meminum soda selama di pesta?"

Deg.

Seketika ingatan Michael tertuju pada saat Viona bersikeras untuk menolak meminum soda.

"Apakah ada masalah dnegan hal itu? Tapi selama fi rumah, saya sering melihatnya meminum soda.. dan keadaanya tetap baik-baik saja."

"Huh.. begini, dari hasil pemeriksaan ternyata Viona sedang datang bulan. Wanita yang sedang haid sebaiknya menghindari minuman soda karena kandungan gula dan kafein yang tinggi dapat memperburuk gejala PMS (Premenstrual Syndrome) seperti kembung, sakit kepala, dan perubahan mood. Selain itu, minuman soda juga dapat meningkatkan produksi prostaglandin yang dapat memperparah kram perut saat haid."

"Wanita yang sedang haid juga biasanya mempunyai hal yang sangat di hindari karena efeknya yang sangat kuat. Dan mungkin Viona juga tidak bisa meminum minuman bersoda karena efeknya yang akan sangat teras pada tubuhnya. Jika tidak segera meminum obat pereda nyeri haid, efeknya akan terasa semakin farah. Dan itu yang di alami Viona sekarang."

Michael terdiam menyerap penjelasan dokter kepercayaan keluarga nya.

"Harusnya kamu sebagi suami memperhatikan kebiasaan Viona. Kalian sudah tinggal serumah selama tiga bulan lebih, harusnya kamu sudah tau apa saja kebiasaan gadis yang menjadi istrimu."

Dr. Yazied menghela nafas panjang saat Michael tak mengeluarkan suaranya. Tangannya bergerak menuliskan resep obat yang harus di tebus kemudian menyodorkan nya pada Michael.

"Nanti pagi tebus obatnya ke apotek. Dan setelah cairan infusnya habis telepon saya. Atau kamu juga bisa melepaskannya, bukankah kamu sering melepaskan jarum infus saat kakek mu sedang sakit?"

Michael hanya merespon dengan anggukan.

Dr. Yazied akhirnya berpamitan untuk kembali ke rumahnya.

Selepas kepergian Dr. Yazied, Michael meraih selembar resep obat yang harus di tebusnya lagi nanti. Di pandanginya tulisan khas dokter yang tertera di sana dengan perasaan bersalah yang menggunung di hatinya.

Dengan langkah pasti, ia berjalan menuju kamarnya dan menarik kursi yang ada di pojok kamar ke sisi ranjang dekat Viona.

Di simpannya resep obat yang sedari tdi di tangannya ke atas nakas. Tanpa ragu, ia duduk di atas kursi yang di bawanya dan menggenggam tangan Viona dengan erat.

Di pandanginya wajah yang sekarang tampak tak terlalu pucat seperti tadi.

"Maaf, saya gak tau kalau kamu beneran gak bisa minum. Maaf juga semalem waktu saya denger kamu manggil saya, saya malah acuh. Saya terlalu terbawa emosi dan tidak memperhatikan keadaan kamu Viona.. saya minta maaf" gumamnya yang pasti tak akan terdengar oleh orang yang di mintai maaf nya.

Kantuk kembali menyerangnya dengan tiba-tiba. Masih dengan tangannya yang menggenggam tangan Viona, Michael menenggelamkan kepalanya pada tangan mereka yang tertaut.

Tak peduli jika saat bangun nanti badannya akan terasa luar biasa sakit karena tidur dengan posisi duduk seperti ini.

.

.

.

"Ssh.."

Suara ringisan lirih menjadi alarm bagi Michael pagi ini.

Michael segera bangun dan memperhatikan Viona yang kini berusaha membuka matanya dengan tangan yang perlahan terangkat menyentuh kepalanya.

Rasa lega langsung menghampiri, mengusir setumpuk kekhawatiran yang sempat hinggap di hati.

Di liriknya kantong infus yang tergantung di sisi lain ranjang. Sudah kosong.

"Jangan terlalu banyak gerak. Saya lepas dulu selang infusnya" peringat Michael.

Viona tak menanggapi. Rasa pusing masih ia rasakan walau tak separah semalam.

Michael berjalan ke sisi ranjang lain sambil membawa peralatan yang di butuhkan untuk melepas jarum infus pada tangan Viona yang memang sengaja di tinggalkan oleh Dr. Yazied.

Viona diam tanpa menatap Michael yang sedang melepaskan jarum infus pada lenganya.

Tak ada ringisan lirih, tak ada suara yang keluar dari mulut Viona. Yang di lakukannya hanyalah menatap langit-langit kamar sambil menunggu Michael selesai dnegan urusannya.

Setelah tak merasakan pergerakan tangan Michael pada tangannya, Viona bangkit. Di liriknya Michael yang kini tengah membenahi peralatan yang sudah di gunakannya .

Tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, Viona mencoba untuk turun dari atas ranjang. Ia ingin pergi ke kamarnya sendiri, ia tak mau berada satu ruangan dengan orang yang tidak memperdulikan kondisinya semalam. Ia marah, namun tak memiliki cukup tenaga untuk mengeluarkan segala unek-uneknya.

Michael yang sudah selesai membereskan peralatan yang tadi di gunakannya menoleh ke arah Viona yang berjalan dengan berpegangan pada dinding.

"Mau kemana?" Tanyanya.

Tanpa berniat menjawab pertanyaan Michael yang jelas mengarah padanya, Viona terus berjalan menuju pintu dengan berpegangan pada dinding.

Tubuhnya masih terasa lemas dan tak bertenaga. Namun ia memaksakan diri untuk berjalan menuju pintu keluar kamar Michael.

Michael berjalan menghampiri Viona dan hendak mengulurkan tangannya hendak membantu Viona.

Namun Viona menepisnya dengan kasar. Tak memperdulikan tanggapan Michael saat ia berlaku kasar pada suaminya itu.

"Kamu masih butuh istirahat, istirahat lah di kamar ini."

Viona tak memperdulikan Michael dan berjalan melewati tubuh tegap Michael yang ada di sampingnya.

Michael mengetatkan rahangnya dan menghela nafas berat. Tanpa aba-aba, ia menggendong Viona dan membawanya ke atas ranjang dengan paksa.

Viona membelalak dan segera berontak dari gendongan Michael.

Saat Michael menurunkannya ke atas ranjang, Viona berusaha untuk turun tanpa mengeluarkan suara.

Dengan sekuat tenaga, Michael menahan Viona yang terus berontak.

"Tetap di sini Viona! Apa susahnya sih istirahat di kamar saya? Kamu harus makan dan minum obat, setelah itu baru kamu kembali ke kamar kamu sendiri. Saya antar, tapi untuk sekarang kamu istirahat di sini dulu! Biar saya bisa ngecek kondisi kamu!"

Viona berhenti berontak dan menatap Michael dengan tajam.

"KALO UDAH BEGINI LO BARU PEDULI SAMA GUE? TERUS SEMALAM KEMANA? GUE UDAH SEK4RAT DI TENGAH-TENGAH TANGGA DAN MANGGIL-MANGGIL LO! TAPI MANA? LO GAK ADA! INI SEMUA JUGA GARA-GARA LO SI4L4N!! DAN LO MALAH NINGGALIN GUE DI SAAT GUE BUTUH BANTUAN!"

Entah darimana tenaganya datang, namun yang pasti.. sekarang ia memiliki tenaga untuk berteriak dan mengatai orang di depannya.

Michael yang mendengar teriakan penuh emosi yang di lemparkan Viona padanya terdiam. Ia melepaskan cekalan tangannya pada lengan Viona yang sedari tadi ia tahan.

"Maaf" hanya itu kata yang keluar dari mulutnya.

"Maaf? Dengan gampangnya lo bilang maaf? Lo gak ngerasain apa yang semalem gue rasain, gue nahan sakit semaleman dan lo cuman bilang maaf?" Intonasi suara nya terdengar pelan namun dalam.

Michael tak bisa menjawab, ia terdiam seribu bahasa. Ia tak bisa membalas ucapan Viona, karena memang itu kebenaran nya. Ia salah.

Viona mengalihkan tatapannya ke arah lain dan menghempaskan tubuhnya ke kepala ranjang di belakangnya.

Untuk beberapa saat, hening menyelimuti keduanya. Tak ada yang bersuara, bahkan Michael yang biasanya tak akan kalah dalam hal berargumen kini memilih untuk diam dan menunduk.

"Gue mau pulang"

1
Chipmunks
Jalan ceritanya bikin penasaran
Aono Morimiya
Aku bisa baca terus sampe malem nih, gak bosan sama sekali!
Linda Ruiz Owo
Suka sejak awal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!