NovelToon NovelToon
The Last Encore: Star Blood Universe

The Last Encore: Star Blood Universe

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir / Teen / Fantasi / Romansa Fantasi
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."

Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.

Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.

Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17 : Digital Ghost

Dunia digital adalah tempat di mana rahasia bisa terkubur selamanya, atau bangkit kembali sebagai mimpi buruk yang tidak bisa dihentikan. Bagi Jake, yang kini telah sepenuhnya beradaptasi dengan keterbatasan teknologi manusia tanpa bantuan sihir klan, layar monitor adalah medan perangnya.

"Sial," umpat Jake pelan. Jemarinya menari di atas keyboard dengan kecepatan yang membuat Jay yang berdiri di belakangnya merasa pusing. "Hoon-ah, kau harus melihat ini."

Sunghoon mendekat, masih mengenakan jaket yang baunya sudah lebih baik setelah insiden bawang putih kemarin. Di layar monitor, sebuah situs dark web menampilkan video dengan durasi sepuluh detik. Video itu diambil dengan kamera termal beresolusi tinggi, memperlihatkan sosok Sunghoon yang sedang melompat dari atap gedung dengan pedang es di tangannya kejadian tiga bulan lalu sebelum ia kehilangan kekuatannya.

"Ini bukan video amatir," ucap Sunghoon, rahangnya mengeras. "Sudut pandangnya terlalu presisi. Ini diambil dari satelit atau drone militer."

"Dan bukan itu bagian terburuknya," Jake menekan tombol enter, membuka sebuah forum anonim yang sedang ramai dibicarakan oleh para penganut teori konspirasi. "Pengunggahnya menggunakan nama akun 'The Digital Ghost'. Dia mengunggah satu video setiap dua belas jam. Video kedua adalah Wonyoung-ssi saat menggunakan panah cahayanya di hutan Gapyeong."

"Dia sedang mengekspos kita," desis Jay. "Tapi kenapa sekarang? Kenapa saat kita sudah tidak punya kekuatan lagi?"

"Justru itu intinya," Jake menoleh. "Dia ingin memancing kita keluar. Dia ingin membuktikan kepada dunia bahwa idola papan atas Korea adalah monster, lalu saat dunia menuntut bukti nyata, kita tidak bisa lagi membela diri dengan kekuatan kita karena kita sudah jadi manusia biasa. Kita akan berakhir di laboratorium penelitian sebagai subjek percobaan."

Di asrama IVE, suasana tidak kalah tegang. Yujin baru saja mematikan televisi setelah melihat berita tentang "Fenomena Supernatural di Kalangan Selebriti" mulai masuk ke segmen berita hiburan sore.

"Wonyoung-ah, kau jangan lihat media sosial dulu," peringat Yujin.

Wonyoung, yang masih sedikit pucat karena sisa flu semalam, hanya tersenyum pahit. "Sudah terlambat, Eonni. Aku sudah melihatnya. Penggemar mulai ketakutan. Beberapa dari mereka menganggap video itu adalah CGI (efek komputer) yang bocor, tapi yang lain mulai menyebut kita 'setan' atau 'makhluk terkutuk'."

"Kita harus menemukan siapa hantu digital ini," ucap Gaeul sambil membawa laptopnya. "Aku mencoba melacak alamat IP-nya, tapi lokasinya terus berpindah-pindah antara Paris, Seoul, dan New York."

"Paris..." gumam Wonyoung. Ia teringat kata-kata Han semalam. "Target kita selanjutnya memang Paris. Hantu ini pasti bagian dari organisasi Le Grand Vide."

Tiba-tiba, ponsel Wonyoung bergetar. Sebuah pesan dari Sunghoon masuk:

"Temui aku di pusat kendali Jake dalam sepuluh menit. Kita punya petunjuk tentang lokasi fisik pengunggah ini di Seoul sebelum dia berangkat ke Paris."

Pusat kendali Jake terletak di sebuah safe house di bawah sebuah kedai kopi tua yang tenang. Saat Wonyoung dan Yujin sampai, mereka menemukan Sunghoon, Jake, dan Jay sedang berkerumun di depan peta digital Seoul.

"Dia melakukan siaran langsung," ucap Jake tanpa mengalihkan pandangan. "Si Hantu Digital ini sedang menyiarkan koordinat barunya secara tersembunyi melalui frekuensi radio kuno. Dia ingin kita datang."

"Lokasinya?" tanya Wonyoung.

"Gedung penyiaran KBS yang lama. Bagian studio yang sudah tidak terpakai," jawab Jay. "Itu tempat yang sempurna untuk jebakan."

"Tanpa kekuatan, ini adalah misi bunuh diri," Yujin memperingatkan. "Kita tidak punya pedang es atau panah cahaya lagi. Kita hanya punya tubuh manusia."

Sunghoon mengambil sebuah tas koper dari bawah meja. Saat ia membukanya, terlihat berbagai peralatan taktis modern: pistol kejut listrik, granat asap, dan belati berbahan karbon tinggi. "Kita tidak butuh sihir untuk menjadi Hunter. Kita akan menggunakan cara manusia untuk melawan hantu digital ini."

Wonyoung mengambil salah satu belati, menimbang beratnya di tangan. "Tiga ratus tahun yang lalu, aku belajar memanah tanpa sihir sebelum aku mendapatkan kekuatan klan Star. Kurasa otot-ototku masih ingat caranya."

Malam itu, mereka bergerak sebagai satu unit. Jake tetap di markas untuk memberikan navigasi melalui earpiece, sementara Sunghoon, Wonyoung, Jay, dan Yujin menyusup ke gedung penyiaran tua tersebut.

Gedung itu gelap dan berbau debu kertas. Cahaya bulan masuk melalui jendela-jendela yang pecah, menciptakan bayangan panjang yang menyeramkan.

"Target berada di lantai empat, Studio 7," suara Jake bergema di telinga mereka. "Hati-hati, ada anomali elektromagnetik di sana. Sesuatu sedang menyedot daya listrik seluruh gedung."

Mereka sampai di depan pintu Studio 7. Sunghoon memberi isyarat dengan tiga jari. Satu... dua... tiga!

Jay mendobrak pintu. Sunghoon dan Wonyoung merangsek masuk dengan senjata siap di tangan. Namun, di dalam studio itu tidak ada orang. Hanya ada puluhan layar monitor yang disusun melingkar, semuanya menampilkan wajah Wonyoung dan Sunghoon yang sedang tersenyum di berbagai acara musik.

Di tengah lingkaran monitor itu, duduk sebuah boneka mekanik yang kepalanya terbuat dari proyektor tua.

"Selamat datang, Sang Mantan Abadi," suara digital yang terdistorsi keluar dari speaker studio. "Senang melihat kalian masih berani datang meski tanpa 'keajaiban' di nadi kalian."

"Siapa kau?" bentak Sunghoon.

"Aku adalah akumulasi dari semua data yang kalian tinggalkan selama tiga abad," jawab si Digital Ghost melalui boneka itu. "Kalian pikir kalian bisa menghapus sejarah? Tidak. Data adalah keabadian yang baru. Dan aku di sini untuk memastikan kalian tidak pernah bisa hidup tenang sebagai manusia."

Tiba-tiba, layar-layar itu mulai memancarkan cahaya biru yang sangat silau. Wonyoung merasakan kepalanya pusing, frekuensi suara yang keluar dari monitor itu adalah frekuensi Void yang sudah dimodifikasi untuk menyerang saraf manusia.

"Tutup telinga kalian!" teriak Wonyoung.

Namun, Jay terjatuh berlutut, telinganya mulai mengeluarkan darah. "Argh! Suaranya... kepalaku mau pecah!"

"Jay!" Yujin mencoba menolong, namun ia juga terhuyung.

Sunghoon mencoba menerjang boneka itu, namun ia terlempar kembali oleh gelombang kejut udara yang kuat. "Sial... tanpa kekuatan es, aku tidak bisa menahan tekanan udaranya!"

Wonyoung menyadari sesuatu. Si Digital Ghost ini bukanlah makhluk fisik, melainkan sebuah AI (Kecerdasan Buatan) yang telah dirasuki oleh fragmen energi The Void. Dia tidak bisa dikalahkan dengan belati atau pistol kejut.

"Jake! Bisakah kau melakukan overload pada sistem listrik gedung ini?" teriak Wonyoung melalui mic-nya.

"Bisa, tapi itu akan meledakkan studio itu! Kalian akan terjebak di dalam!" jawab Jake panik.

"Lakukan saja! Kami punya rencana!"

Wonyoung menatap Sunghoon. Meskipun mereka tidak bisa bicara lewat batin lagi, ikatan mereka sebagai manusia masih sangat kuat. Sunghoon mengangguk. Ia meraih kabel-kabel besar yang tersambung ke monitor pusat.

"Jay, Yujin, merayap ke arah pintu! Sekarang!" perintah Sunghoon.

Sunghoon dan Wonyoung berdiri berdampingan di tengah studio. Mereka tidak lagi memiliki kekuatan supernatural, tapi mereka memiliki keberanian yang murni. Wonyoung melepaskan jaketnya dan melilitkannya ke tangan Sunghoon agar ia bisa menarik kabel bertegangan tinggi tanpa tersetrum seketika.

"Satu... dua... TARIK!"

Bersamaan dengan perintah Jake untuk meledakkan trafo pusat, Sunghoon menarik kabel utama sementara Wonyoung melemparkan koper berisi baterai cadangan yang sudah dimodifikasi untuk menciptakan hubungan arus pendek.

BOOM!

Ledakan cahaya biru dan percikan api memenuhi studio. Monitor-monitor itu meledak satu per satu. Suara digital si hantu itu menjerit mengerikan saat datanya terhapus oleh lonjakan listrik yang masif.

"Kalian... belum... selesai... Paris... adalah... kuburan kalian..." suara itu akhirnya lenyap seiring dengan padamnya seluruh lampu di gedung tersebut.

Mereka semua terbaring di koridor luar studio, terengah-engah dan penuh dengan debu. Jay terbatuk-batuk, tapi telinganya sudah berhenti berdarah.

"Kita berhasil?" tanya Yujin lemah.

"Untuk sekarang, ya," jawab Sunghoon sambil membantu Wonyoung berdiri. "Dia terhapus dari server lokal ini. Tapi dia benar, ini hanyalah satu bagian kecil dari sistem yang lebih besar di Paris."

Wonyoung menatap tangannya yang sedikit gemetar. Tidak ada cahaya emas di sana, hanya luka gores kecil yang berdarah. Ia menyentuh darahnya sendiri.

"Dulu, darah ini adalah senjata," ucap Wonyoung pelan. "Sekarang, darah ini adalah pengingat bahwa kita bisa terluka. Tapi justru karena kita bisa terluka, kemenangan ini terasa lebih nyata, bukan?"

Sunghoon tersenyum tipis, menghapus debu di pipi Wonyoung. "Ya. Dan ini membuktikan bahwa Hunter tidak butuh sihir untuk menang. Kita hanya butuh otak Jake dan keberanian kita."

Mereka berjalan keluar dari gedung tua itu saat fajar mulai menyingsing. Di luar, Han sudah menunggu dengan mobil van hitam.

"Video-video itu sudah hilang dari internet," ucap Han. "Jake berhasil menanamkan virus pembersih tepat saat ledakan tadi. Identitas kalian aman untuk sementara."

"Sementara?" tanya Wonyoung.

"Sampai kita menginjakkan kaki di Paris," jawab Han dengan wajah serius. "Mr. Oh hanyalah pion. Di Paris, kalian akan bertemu dengan 'The Conductor' orang yang memprogram Digital Ghost tadi."

Wonyoung menatap piringan perak di tasnya. Piringan itu kini kembali bersinar putih, namun ada satu titik hitam di tengahnya yang terus berdenyut.

"Paris," gumam Wonyoung. "Ayo kita beri mereka pertunjukan yang takkan pernah mereka lupakan."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!