Chen Lin, sang mantan agen rahasia, mendapati dirinya terlempar ke dalam komik kiamat zombie yang ia baca. Sialnya, ia kini adalah karakter umpan meriam yang ditakdirkan mati tragis di tangan Protagonis Wanita asli. Lebih rumit lagi, ia membawa serta adik laki-laki yang baru berusia lima tahun, yang merupakan karakter sampingan dalam komik itu.
Sistem yang seharusnya menjadi panduan malah kabur, hanya mewariskan satu hal: Sebuah Bus Tua . Bus itu ternyata adalah "System's Gift" yang bisa diubah menjadi benteng berjalan dan lahan pertanian sub-dimensi hanya dengan mengumpulkan Inti Kristal dari para zombie.
Untuk menghindari kematiannya yang sudah tertulis dan melindungi adiknya, Chen Lin memutuskan untuk mengubah takdir. Berbekal keterampilan bertahan hidup elit dan Bus System yang terus di-upgrade, ia akan meninggalkan jalur pertempuran dan menjadi pedagang makanan paling aman dan paling dicari di tengah kehancuran akhir zaman!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membersihkan Zombie
Hari ketiga
Mereka berencana membersihkan komunitas di sekitar tempat tinggal.
Sarapan mereka sederhana: nasi goreng dengan telur mata sapi dan segelas susu. Melihat susu itu, Chen Lin tiba-tiba teringat pada hewan-hewan ternak yang ia beli sebelumnya.
Apa mereka sudah berubah menjadi hewan mutan?
Ia hanya bisa berharap hewannya belum bermutasi.
Jika hari ini mereka berhasil membunuh banyak zombie dan sistem naik ke level satu, mungkin sistem akan menyediakan tempat khusus untuk ternaknya.
Setelah bersiap, mereka berempat menuju komunitas terdekat. Begitu masuk, mereka langsung melihat zombie berkeliaran di mana-mana.
Namun di sela-sela itu, masih ada banyak manusia yang hidup, mengintip dari balik jendela dan pintu, jelas menunggu bala bantuan.
Biasanya dari hari pertama sampai hari kelima, banyak orang masih menganggap ini hanya bencana biasa.
Jadi mereka memilih bersembunyi dan menunggu diselamatkan. Chen Lin hanya menggeleng.
Manusia tidak akan selamat kalau terus bergantung pada orang lain.
Apalagi zombie akan terus bermutasi dari hari ke hari. Jika manusia tidak meningkatkan kekuatannya, mereka hanya akan menjadi makanan zombie.
Sebelum berangkat, mereka sudah membagi tugas. Yang menyerang zombie hanya bertiga: Chen Lin, Jin Rang, dan Chen Wei. Sementara Wen Tao bertugas menggali kristal inti di belakang mereka.
Kali ini Wen Tao menerima tugasnya tanpa mengeluh. Ia sudah memakai sarung tangan dan membawa karung.
Pertarungan pun dimulai. Kebanyakan zombie yang mereka hadapi adalah zombie tua—mantan penghuni komunitas itu yang sudah pensiun.
Chen Lin menggunakan dua kekuatannya tanpa kesulitan. Padahal semalam ia hanya tidur, tapi kekuatannya meningkat pesat.
Jika sebelumnya ia hanya bisa menembakkan satu tetes air setiap kali, sekarang ia bisa menembakkan tiga butir sekaligus. Sekali serang, tiga zombie langsung tumbang.
Wen Tao sempat menatap takjub.
Bagaimana kekuatannya bisa meningkat padahal dia yang paling cepat tidur dan paling telat bangun?
Jin Rang juga tidak jauh berbeda. Tingkatan kekuatan mereka berdua hampir sama. Meskipun begitu, mereka masih jauh dari level satu.
Para penghuni yang bersembunyi awalnya mengira bala bantuan akhirnya datang. Namun saat melihat yang datang hanya dua remaja laki-laki, seorang perempuan muda, dan anak kecil berusia lima tahun, harapan mereka pupus.
Tatapan mereka kembali kosong, lalu mereka masuk lagi ke dalam rumah—entah untuk menunggu penyelamat lain, atau menunggu kematian.
Dalam pikiran mereka, empat orang itu pasti akan menjadi zombie berikutnya.
Tiba-tiba, ada seseorang yang tidak memahami situasi. Ia berteriak keras dari lantai dua.
“Tolooong! Aku di atas! Tolong selamatkan aku!”
Teriakan itu justru menarik lebih banyak zombie. Jin Rang mendongak dan menatap tajam ke arah lelaki itu. Orang tersebut langsung menyusut ketakutan.
Zombie semakin banyak. Chen Lin menyuruh tiga lainnya tetap menyerang, sementara ia membuka pintu di sampingnya.
Ia membukanya pelan-pelan sambil bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Begitu pintu terbuka, ternyata hanya ada satu zombie di dalam.
Namun Chen Lin terdiam sesaat. Zombie itu adalah seorang anak kecil, kira-kira empat atau lima tahun—sebaya dengan adiknya.
Ia tidak melihat siapa pun yang tampak seperti orang tua atau orang dewasa disekitarnya.
Dia ditinggal sendirian…?Betapa malangnya.
Chen Lin menghela napas panjang.
Orang tua macam apa yang meninggalkan anak sekecil ini sendirian di apartemen? Tidak takut terjadi kecelakaan?
Rasa kasihan itu muncul sebentar, tapi Chen Lin menghilangkannya secepat mungkin. Ia tidak ingin seorang malaikat kecil berubah menjadi monster haus darah.
Dengan cepat, ia menghabisi zombie kecil itu.
Setelah memastikan ruangan aman, ia memanggil tiga yang lain dan menutup pintu.
“Sial, orang itu benar-benar gila! Itu orang mau mati apa gimana sih?! Teriak-teriak bego kayak gak punya otak! Udah tau zombie numpuk, masih juga manggil-manggil kayak orang hilang akal! Sumpah, orang model begitu tuh cuma nyusahin! Bikin emosi aja.. Dasar *******!”
Wen Tao langsung memaki sambil menunjuk ke arah lelaki yang tadi berteriak. Kata-katanya kasar dan penuh amarah.
Chen Lin segera menghentikannya. “Tao Tao, jangan bicara seperti itu. Wei Wei bisa dengar.”
Wen Tao langsung sadar dan menunduk. “Iya, iya… salahku.”
Chen Wei mengangkat wajah kecilnya. “Tidak apa-apa. Wei Wei bentar lagi juga dewasa.”
Chen Lin mengetuk pelan kepalanya. “Walaupun kamu sudah dewasa, kamu tetap tidak boleh bicara berantakan seperti itu.”
Chen Wei langsung mengangguk patuh. “Baik. Wei Wei tidak akan jadi orang yang berantakan.”
Ia melirik Wen Tao sebentar.
Wen Tao ......
Chen Lin tidak terlalu memikirkan pria yang tadi berteriak minta tolong. Dalam dunia seperti ini, akan ada banyak orang yang bersikap sama—bahkan lebih buruk. Hari-hari akhir bukan hanya menelanjangi kegelapan dunia, tetapi juga membuka aib manusia.
Ada orang tua yang menutup pintu dan meninggalkan anaknya sendiri atau bahkan menjualnya, berharap bisa menyelamatkan diri walau itu berarti mengorbankan darah dagingnya.
Ada teman yang saling mengkhianati, mendorong rekannya ke arah zombie demi bisa kabur lebih dulu.
Ada pacar yang meninggalkan pasangannya, memilih bertahan hidup sendiri daripada mati bersama dan masih banyak lagi.
Kiamat benar-benar mengungkapkan sifat asli manusia: siapa yang punya hati, siapa yang bertopeng, dan siapa yang tak punya apa-apa selain ego.
Chen Lin menghela napas pendek dan menghampiri Jin Rang. Ia membuka tas kecil itu dan mengeluarkan beberapa makanan ringan. Ia menawarkan cokelat ke mereka bertiga. Hanya Chen Wei yang menerimanya dengan senang, sementara Jin Rang dan Wen Tao memilih roti.
Mereka menunggu sejenak sebelum keluar lagi. Chen Lin mengintip celah pintu—zombie di luar sudah mulai menyebar karena suara pria tadi tidak terdengar lagi. Begitu situasi agak renggang, mereka bertiga melangkah keluar dengan senjata siap.
Begitu pintu dibuka, Chen Lin langsung menembakkan tiga butir air sekaligus ke arah zombie terdekat. Jin Rang mengayunkan pedangnya dengan cepat dan menembakkan api ke arah zombie terdekat, sementara Chen Wei bergerak mengikuti ritme kakaknya dengan petir ditangannya.
Mereka bergerak di antara koridor sempit apartemen lantai satu, menyapu bersih zombie yang tersisa.
Para penghuni yang sembunyi hanya bisa mengintip dari balik pintu—terkejut melihat bagaimana anak-anak muda ini khususnya bayi 5 tahun yang bergerak sigap, lebih tenang dibanding kebanyakan orang dewasa seperti mereka, yang menyusut ketakutan dan menunggu bantuan datang.
makasih udah up untuk hari ini👍👍👍 cerita nya bagus seru sekali cerita nya👍👍