NovelToon NovelToon
Khilaf Semalam

Khilaf Semalam

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Persahabatan
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -


Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.

Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.

Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.

Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.

'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 17 Mahar Nikah

Happy reading

Firman tak kuasa lagi menahan amarah ketika polisi mempertemukannya dengan Arga.

Tangannya mengepal, sorot matanya tajam, laksana seekor elang yang siap menerkam mangsa.

"Dasar Dokter be-jat." Tinjuan tangan Firman mendarat cantik di wajah Arga, hingga hidung pria berusia tiga puluh tahun itu mengucurkan darah segar.

Satu, dua tinjuan dilayangkan tepat ke wajah Arga. Namun belum membuat Firman merasa puas menghukum orang yang telah berniat untuk menghancurkan hidup putrinya.

"Ampun, Om. Maafkan saya. Sungguh, saya menyesal." Arga meluruhkan tubuh dan bersimpuh di kaki Firman.

Ia tak mampu lagi jika harus menerima tinjuan yang mungkin akan membuat wajahnya hancur.

"Enteng sekali mulutmu meminta ampun." Firman mengibaskan kaki dan membuat Arga terjengkang.

Sulit baginya untuk memaafkan Arga. Terlebih setelah mengetahui kejahatan-kejahatan yang pernah dilakukan oleh dokter amo-ral itu.

Selain ingin menghancurkan hidup Dira, Arga juga hampir menodai kesucian seorang gadis bernama Rani dan pernah meruda-paksa seorang pasien.

Gila!

Demi melampiaskan hawa naf-su, Arga melanggar sumpahnya sebagai seorang dokter.

"Om, sudah!" Dariel mencegah Firman yang ingin kembali meluapkan amarah.

"Dia pantas dihajar sampai mati, Riel."

"Om, ingat pesan Dira. Jangan kotori tangan Om. Kita serahkan saja pada penegak hukum. Jangan sampai, malah Om yang menggantikannya tinggal di dalam penjara."

Dariel berusaha menenangkan Firman yang masih terbawa emosi dan memintanya untuk menghela napas.

Berulang kali Firman meraup udara dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan. Mengelola emosi yang sempat menguasai diri.

"Bagaimana, Om? Sudah merasa tenang?"

"Alhamdulillah sudah, Riel."

"Syukurlah. Kita pulang sekarang, Om?"

"Iya. Om bisa khilaf dan menghajar dokter be-jat itu sampai mati kalau kelamaan berada di sini." Firman sengaja mengeraskan suara agar terdengar oleh Arga.

Benar saja, Arga bergidik ngeri kala mendengar ucapan Firman. Ia merasa takut jika mati konyol di tangan pria paruh baya itu.

Sebelum berlalu pergi, Firman berpesan pada para polisi yang berjaga agar menjalankan tugas mereka dengan baik dan jujur. Ia juga berpesan supaya mereka tidak menerima sepeser pun uang sogokan dari keluarga Arga.

Para polisi itu pun mengindahkan pesan yang dituturkan oleh Firman dan berjanji untuk menjalankan tugas mereka dengan baik.

Mereka juga memastikan, Arga akan dijatuhi hukuman setimpal dengan kejahatan yang telah diperbuatnya.

"Om, mau langsung pulang atau --"

"Kita mampir ke dealer, Riel. Om ingin membelikan Dira mobil."

"Bukannya, Dira lebih suka mengendarai sepeda motor, Om?"

"Iya. Tapi Om tidak bisa membiarkan Dira mengendarai sepeda motor sendiri, apalagi di malam hari. Bahaya, Riel."

"Selain itu, Dira juga tidak mungkin terus menerus mengandalkan mu," imbuhnya.

Dariel menghela napas panjang, menghempas rasa sesak yang tiba-tiba hadir seusai mendengar perkataan Firman.

Sungguh, ia lebih senang jika Dira selalu mengandalkannya. Sebab itu tandanya, Dira membutuhkan dan menganggapnya berarti.

"Riel, buruan jalan! Jangan kelamaan bengong!"

Suara Firman membuat Dariel terhenyak dan tersadar dari lamun. Lantas ia pun mulai memainkan setir mobil dan melajukan kendaraan besinya.

"Riel, mobil apa ya yang cocok untuk Dira?" Firman kembali bersuara. Memecah suasana hening yang sesaat tercipta.

"Mobil yang kecil, mudah dikendarai, dan memiliki desain yang stylish atau feminin, Om." Dariel sedikit menoleh ke arah Firman, lalu kembali fokus melihat jalanan di depan.

"Honda jazz?"

"Ya, itu juga cocok buat Dira, Om."

"Harganya berapa?"

"Nggak sampai lima ratus juta."

"Ya sudah, kita beli itu saja."

"Kalau Om berkenan, biar saya saja yang membelikannya untuk Dira."

Firman mengudarakan tawa sambil menggeleng kepala. "No, biar Om saja, Riel. Uang Om lebih dari cukup untuk membelinya."

"Om 'kan punya banyak sekali tanggungan. Terutama memenuhi kebutuhan anak yatim piatu di yayasan Cinta Kasih. Belum lagi, memberi nafkah keluarga dan mengirimi uang bulanan untuk nenek Dira yang tinggal di Jakarta."

"Ck, pasti Dira yang sudah memberi tahumu 'kan?"

"Iya, Om." Dariel kembali menoleh sekilas dan menerbitkan senyum.

"Hah, anak itu. Dia selalu menolak setiap Om menawarinya mobil. Katanya, dia bisa membelinya sendiri. Padahal, gajinya setiap bulan selalu habis dia gunakan untuk membantu pasien yang tidak bisa membayar biaya rumah sakit."

"Dira memang wanita hebat, Om. Dia ... calon istri idaman."

"Benarkah?"

"Tentu saja, Om."

"Ck, andai saja ya --"

"Andai apa, Om?"

"Andai iman yang kamu yakini sama seperti kami, mungkin dari dulu ... Om sudah menyuruh mu untuk menikahi Dira, karena kalian sangat serasi dan sepertinya Dira akan hidup bahagia jika menjadi istrimu."

"Berarti, kalau saya menjadi mualaf, Om mengizinkan saya untuk menikahi Dira?"

Firman mengendikkan bahu dan menggeleng pelan. "Om tidak bisa menjawabnya, Riel."

Firman dilema.

Antara mengiyakan, atau menjawab tidak. Sebab ia yakin kedua orang tua Dariel tidak mungkin menyetujuinya.

Mereka adalah umat yang taat. Terlebih jika alasan Dariel menanggalkan iman yang diyakini hanya demi seorang wanita. Bukan karena keyakinan yang benar-benar tumbuh dari dalam hati.

Di sisi lain, Firman berharap memiliki menantu yang berkepribadian seperti Dariel. Namun tidak dengan keyakinan yang diimani nya saat ini.

Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

Seorang wanita muslim tidak bisa menikah dengan pria berkeyakinan lain. Itu hukum agama yang tidak bisa ditawar atau dilanggar.

"Papa dan mamamu pasti tidak setuju jika kamu terpaksa menjadi mualaf hanya karena ingin menikahi Dira. Begitu juga Om. Menjadi mualaf itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, Riel. Harus benar-benar meyakini dan mengimani Allah dengan kesungguhan hati. Bukan karena terpaksa atau dipaksa. Selain itu, kedua orang tuamu mungkin sudah memilihkan calon istri yang seiman untukmu dan pastinya tidak kalah cantik dengan putri Om," tuturnya.

Suasana kembali hening. Hanya terdengar kidung hampa yang mengalun di jiwa.

Dariel membenarkan semua perkataan Firman. Namun hati nuraninya memaksa untuk tetap memperjuangkan cinta. Meski ia sadar, jika jalannya tidaklah mudah dan membutuhkan pengorbanan.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu, Riel?"

Dariel sejenak terdiam, lalu menepikan mobilnya. Tepat di depan dealer.

"Karena saya --"

"Sudahlah, tidak usah dijawab. Om tau, kamu cuma bercanda." Firman buru-buru memangkas ucapan Dariel dan menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk seutas senyum.

Ia tidak ingin obrolan mereka semakin panjang dan melebar, sehingga bibirnya tak lagi bisa menjaga rahasia yang diamanahkan oleh kedua orang tua Dariel.

Tanpa banyak kata, Firman membawa langkahnya masuk ke dalam dealer dan diikuti oleh Dariel yang berjalan tepat di belakangnya.

Mereka disambut ramah oleh pegawai dealer. Seorang wanita cantik dan berpakaian mini.

Ada beberapa jenis mobil yang ditawarkan. Mulai dari yang termurah, sampai yang paling mahal.

"Mau yang mana, Om?" Dariel bertanya pada Firman yang masih sibuk melihat-lihat mobil.

"Menurutmu yang mana, Riel?"

"Honda Civic atau Honda Jazz. Terserah Om."

"Honda Jazz saja, Riel. Harganya berapa?"

"Murah kok, Om. Biar saya saja yang bayar."

"Om saja."

"Saya saja, Om. Buat mahar nikah."

"Ck, kamu ini." Firman berdecak dan menyentil pelan dahi Dariel.

Ia menganggap ucapan Dariel sekedar candaan. Meski tidak menutup kemungkinan jika Dariel memang serius dengan ucapannya itu. Membelikan mobil untuk Dira sebagai mahar.

"Biar Om saja yang bayar, Riel. Om tidak ingin jika kami ... khususnya Dira, terlalu banyak berhutang budi padamu." Firman berkata dengan nada serius, lalu mengeluarkan kartu debit untuk membayar mobil yang sudah dipilihnya.

"Om --"

"Sudah, Riel. Ayo kita pulang dan bawa mobilnya untuk Dira."

Dariel mengangguk lemah. Kali ini ia tak kuasa membantah perkataan Firman.

Pupus sudah keinginannya untuk membelikan Dira mobil baru sebagai hadiah, bahkan mungkin sebagai mahar nikah.

🌹🌹🌹

Bersambung

1
Hikari Puri
dtgu up nya lg thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Najwa Aini
karya yg bagus. dikemas dengan tatanan bahasa yg apik, rapi, enak dibaca dan mudah dipahami..
sukses selalu buat Autor yg maniiiss legit kayak kue lapis.
Ayuwidia: Uhuk, makasih Kakak Pertama
total 1 replies
Najwa Aini
Dariel aja gak tau perasaannya senang atau sedih, saat tau Dira putus dgn Aldi.
apalagi aku..
Najwa Aini
perusahaan Dejavu??
itu memang nama perusahaannya..??
Ayuwidia: Iya, anggap aja gitu
total 1 replies
Najwa Aini
Ayah bundanya Dira kayak sahabatnya ya
my heart
semangat Thor
Machan
simbok aja tau klo Dariel lebih sayang timbang Aldi😌
Machan: amiiin


berharap🤣🤣
Ayuwidia: Dari Gold jadi diamond ya 😆
total 6 replies
Najwa Aini
ooh jadi Dira itu seorang dokter ya..
wawww
Ayuwidia: huum, Kak. Ceritanya gtu
total 1 replies
Najwa Aini
Amiin..
aku aminkan doamu, Milah
Najwa Aini
kalau dari namanya sih, kayaknya mang lbh ganteng Dariel daripada Aldi
Najwa Aini
ooh..jadi gitu ceritanya..
ya pastilah hasratnya langsung membuncah
Ayuwidia: uhuk-uhuk
total 1 replies
Najwa Aini
Tapi tetap aja keliatan kan Riel
Najwa Aini
omah kenangan yg asri banget itu ya
Najwa Aini
jadi ceritanya Dira lupa dengan ritual naik turun Bromo semalam gitu??
Machan
🤭🤭🤭
Machan
aku tutup mata, tutup kuping, tutup hidung juga😜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!