NovelToon NovelToon
CINTA ANTARA DUA AGAMA

CINTA ANTARA DUA AGAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:331
Nilai: 5
Nama Author: MUTMAINNAH Innah

Kamu anak tuhan dan aku hamba Allah. Bagaimana mungkin aku menjadi makmum dari seseorang yang tidak sujud pada tuhanku? Tetapi, jika memang kita tidak berjodoh, kenapa dengan rasa ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUTMAINNAH Innah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 19

Aku sampai di cafenya menggunakan taksi. Suasana begitu ramai di area lantai satu. Aku mencri sosok satpam yang saat itu kutitipkan novelku.

"Permisi," sapaku menghampirinya.

"Ya, ada yang bisa dibantu?" tanyanya. Sepertinya dia sudah lupa denganku.

"Bapak masih ingat aku, nggak? tanyaku.

Bola matanya bergerak-gerak seperti sedang mengingat sesuatu. "Aku teman Jasson, yang waktu itu menitipkan novel untuknya." Aku mencoba mengingatkan hari itu.

"Oooh, iya-iya. Ingat," sahutnya dengan senyum melebar.

"Jassonnya ada, Pak?" Aku sudah tak sabar menanyakannya.

"Ada, tapi-" Dia terlihat ragu.

"Kenapa, Pak?" tanyaku cemas.

"Kamu ada perlu apa? Ada pesan?"

tanyanya lagi. Feelingku mengatakan ada sesuatu yang terjadi pada Jasson yang disembunyikan satpam ini. Aku hanya ingin bertemu dengannya. Apakah bisa?" tanyaku penasaran.

"Sebaiknya jangan ganggu dulu, sepertinya dia lagi punya masalah serius. Dari semalam dia menyendiri di atas sana. Kami semua, tidak ada yang berani menganggu," ucapnya sambil menunjuk lantai paling atas cafe ini. keningnya berkerut, wajahnya termenung.

"Kalau begitu aku akan menemuinya, terimakasih, Pak," ungkapku.

Langkahku bergegas masuk ke cafe itu dan disambut ramah pelayan di sana.

"Selamat datang, Kak. Silahkan pesan makanannya di sini," pintanya dengan senyuman.

"Maaf, Kak, nanti saja, ya. Saya mau ke atas dulu menemai temanku," sahutku ramah.

Setengah berlari aku lalu menaiki tangga demi tangga. 'Jasson! Tunggu aku! Aku nggak akan melepaskanmu begitu saja. Aku yakin kita berjodoh!' gumamku.

Aku sudah sampai di lantai tiga cafe ini. Lampunya sedikit remang-remang hanya menggunakan lampu kecil di sepanjang atapnya. Suasana begitu romantis dengan alunan musik melow. Kutenangkan napasku yang begitu cepat sambil menyapukan pandangan ke seluruh sisi tempat ini.

Selang beberapa menit, aku melihat sesosok lelaki tampan yang kucari di sudut sana. Di meja paling ujung menghadap ke pemandangan kota. Ditemani segelas minuman dan makanan yang masih utuh.

Aku mendekat. Tatapannya kosong menatap ke depan. Entah apa yang sedang dilamunkanya. Di samping makanannya tergeletak dua buah ponsel miliknya. Aku mencoba meneleponnya, ingin tahu seperti apa reaksinya ketika melihat nomorku terpampang di salah satu layar ponsel itu.

Lampu ponselnya menyala tanpa suara. Entah karena nadanya yang dimatikan atau memang suara ponselnya kalah dari suara musik yang sedang menggema. Perlahan kepalanya menoleh ke arah ponselku. 'Angkat, Jasson! Aku ada surprise untukmu,' batinku.benda pipih itu ke dadanya sambil menopang keningnya dengan tangan satunya lagi. Bisa kupastikan jika dia tidak marah padaku. Dia mungkin hanya kecewa dengan keadaan yang menyiksa kami berdua.

"Kenapa tidak di angkat?" tanyaku setelah berada tepat di belakangnya.

Dia terperanjat dan langsung berdiri dan berbalik arah. Dua mata yang sedang menahan rindu kini sudah bertemu.

"Nayla?" tanyanya seakan tak percaya dengan apa yang ada dihadapanya. Matanya merah dan sembab. Apakah dia menangis? "Kenapa ke sini? Apa umi dan abi sudah memberi restu?" wajahnya begitu penuh harap.

Aku sedih melihat dia seperti ini, walaupun harapan dia itu adalah harapanku juga. Aku menggeleng pelan dan tertunduk sambil menahan tangisku.

"Lalu kenapa ke sini? Apakah umi dan abi tahu?" cecarnya.

"Aku kabur dari rumah," sahutku dan kembali menatap matanya.

"Duduklah, kenapa senekat ini?"

tanyanya khawatir, sambil duduk serentak denganku.

"Hatiku mengatakan kalau kita memang berjodoh," lirihku.

"Aku pun begitu, ucapnya. Tapi kita tidak mungkin menikah tanpa restu orang tuamu. Aku akan merasa menjadi pecundang jika melakukan itu." Matanya menatapku begitu dalam. Tapi tanpa senyum yang biasanya selalu kulihat.

"Kita berusaha lagi, ya." Aku menyemangatinya dengan sisa-sisa semangatku yang masih ada.

"Aku harus usaha apa lagi? Jawaban abimu sudah sangat jelas. Terucap dari mulutnya kalau pun aku mualaf. Abi tetap tidak akan merestui. Nggak ada yang bisa kuperbuat lagi," lirihnya.

"Kalau begitu, aku yang akan berusaha lagi," ucapku meyakinkan.

"Kamu punya rencana?" tanyanya.

"Aku akan meminta sekali lagi padanya. Kamu harus yakin padaku. Jika abi tidak mau,

Dia lalu mengambil ponsel itu tapi tidak mengangkat teleponku. Dia hanya mendekap maka abi akan kehilanganku." Tiba-tiba saja melintas ide gila di kepalaku.

"Jangan aneh-aneh, Nay! Itu namanya mengancam. Kalau pun abi mengizinkan itu hanya karna terpaksa. Carilah cara lain," pintanya seolah tahu apa yang ada di benakku.

"Lalu bagaimana lagi? Kenapa sih? Seolah hanya aku yang keras memperjuangkan ini. Apakah semudah itu mematahkan semangatmu?" Aku sedikit emosi. Seakan aku hanya berjuang sendiri.

"Ini benar-benar rumit, Nay. Bahkan aku nggak tahu harus apa. Dari kemaren aku di sini memikirkan ini. Jangan bersikap seolah aku pasrah saja dengan apa yang terjadi. Aku juga berfikir! Aku juga ingin berjuang! Tapi tidak dengan cara membangkang." Suaranya sedikit naik.

Aku terdiam. Tak seharusnya pertengkaran terjadi di saat-saat seperti ini. harusnya aku dan dia sama-sama saling suport bukan saling menyalahkan dan menyepelekan perasaan masing-masing.

Dia juga terdiam sambil menatap penuh kasih padaku. Barangkali dia menyesal atas apa yang dia ucapkan barusan.

"Maaf," ucapku pelan, tak tega memandang tatapannya.

"Aku yang minta maaf," ucapku juga.

"Kamu sudah makan?" tanyanya kemudian.

"Sudah," jawabku. "Kamu?" tanyaku lagi.

"Belum, bahkan makanan itu sudah dari tadi siang. Selalu diganti setiap jam makan oleh karyawanku. Dan malam ini, mungkin mereka pun sudah lelah," paparnya.

"Kamu makan, ya?" bujukku. Aku benar-benar nggak tega jika dia kelaparan apalagi sampai sakit.

"Tapi harus denganmu." Dia sedikit menarik ujung bibirnya.

"Iya," sahutku.

Dia lalu pamit untuk mengambilkan makanan. Nggak lama, dia kembali dengan banyak sekali makanan yang dibawanya dengan meja dorong.

"Kenapa banyak sekali?" tanyaku kaget.

"Lapar." sahutnva singkat. Lapar," sahutnya singkat.

Aku lalu berdiri untuk membantunya memindahkan semua makanan itu ke meja kami. Beberapa wanita yang sedang berkumpul di pojok yang nggak jauh dari sini memperhatikan dia. Betapa mempesonanya Jasson. Bahkan saat terpuruk dan kusut seperti ini pun dia masih jadi pusat perhatian.

"Ini, Bang." Seorang pelayan meletakkan tempat lilin yang sudah di isi dengan beberapa lilin di setiap cabangnya, lalu menyalakannya.

"Terima kasih, Nara," ucap jasson.

"Sama-sama, Bang," sahut pelayan cantik itu sambil menundukkan badan.

"Waw!" Aku benar-benar takjub atas apa yang dia lakukan padaku palam ini.

"Kenapa?" tanyanya.

"Jasson, aku nggak menyangka," ucapku.

Dia lalu tersenyum manis padaku. Tawanya kini tidak ditahan lagi seperti tadi.

Seolah tidak ada hal buruk yang sudah menimpa kami berdua. Makan malam kali ini benar-benar akan jadi momen terindah dalam hidupku. Ini pertama kalinya aku makan malam dengan cowok dan seromantis ini. Seperti yang sering kulihat di film-film.

"Mau aku suapin nggak? sekali saja." Dia mengawali obrolan setelah kami mengambil makanan masing-masing.

"Nggak mau," sahutku malu-malu. Dia tersenyum menatapku dengan dalam. "Jangan menatapku seperti itu, Jasson," pintaku.

"Kenapa?" tanyanya lebih melekatkan pandangannya.

"Aku bisa nggak jadi makan!" gerutuku sambil menahan maluku.

Dia tertawa. Aku tertunduk semakin malu. Kenapa aku jadi begini? Tidakkah bisa tingkahku seperti biasa?

"Aku juga bisa kenyang dengan memandangmu." Dia mulai gombal.

Aku membuang muka ke arah yang lain.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!