(🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️)
Apa yang terjadi jika orang yang pernah meninggalkan trauma besar di masa lalu kembali hadir di dalam hidupmu?
Itulah yang dialami oleh Luna, gadis cantik berumur 21 tahun.
Di tengah perjuangannya menyelesaikan kuliah, muncul sebuah berita bahwa mantan kekasihnya yang sangat posesif, kini telah di bebaskan dari penjara, setelah delapan tahun menetap di dalam penjara.
Akan kah Luna lolos darinya?
yuk mampir dan saksikan kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-09
...🖤🖤🖤...
...(Satu bulan kemudian)...
Kondisi Nyonya Regina sudah membaik, dan dipersilahkan pulang oleh dokter, namun setelah pulang Luna menghadapi masalah baru. Dimana setiap malam sang ibu selalu menangis meratapi nasib suaminya yang kini berada di penjara.
Membuat Luna tidak ada pilihan lain, selain terus berkunjung sang ayah agar merekam sang ayah, kemudian membawanya pulang untuk mengisi kekosongan yang dirasakan oleh sang ibu, karena Nyonya Regina belum diperbolehkan untuk keluar selama 6-8 minggu ke depan.
Dan saat ini Luna sedang bersiap untuk melakukan ujian akhir. Sore harinya, seperti biasa, Luna akan memasak untuk sang ibu sebelum ia fokus belajar, karena semua pelayan sudah dipecat, itu semua disebabkan oleh Luna dan sang ibu tidak mampu membayar mereka.
"Fiuh... akhirnya selesai," gumam Luna menatap semua masakan yang baru selesai ia masak.
Dengan hati-hati, Luna membawa semua masakan meninggalkan dapur menuju meja makan. Diruang tamu, terlihat Nyonya Regina tengah fokus menyaksikan berita gosip.
"Ma... berita apa yang Mama tonton?" tanya Luna basa-basi sambil menatap semua makanan diatas meja.
"Ini... Mama sedang menyaksikan berita pernikahan, Alex," jawab Nyonya Regina fokus menatap layar tv.
Deg!
Jantung Luna berdetak kencang. Dengan cepat Luna melirik ke arah layar tv, dan benar saja berita itu sedang menayangkan pernikahan Alex yang digelar dengan mewah di sebuah gedung besar.
Kring, kring.
"Nak, ponselmu berdering," ucap Nyonya Regina.
"Ah." Luna tersadar segera pergi meninggalkan meja makan, berjalan menuju kamarnya, lalu meraih ponselnya yang terus berdering diatas meja belajarnya.
"Alex..." Luna menelan luda dengan susah payah saat menatap nama yang tertera di layar ponselnya, dengan cepat Luna mengusap icon hijau.
"Ha-halo," ucap Luna, suaranya sedikit gemetar takut.
📱"Jam 01, Lucas akan menjemputmu," kata Alex seberang ponsel, lalu mematikan panggilan begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Luna.
Luna terdiam, seluruh tubuhnya seketika lemas tak berdaya, memikirkan Alex melakukannya saja sudah membuat hatinya hancur berkeping-keping, namun ia terpaksa melakukan itu, karena itu semua demi menebus semua kesalahan yang ia perbuat di masa lalu.
"Hah... kamu harus kuat Luna, pastikan dia bosan, dan akan melempar mu ke jalan," gumam Luna, segera meninggalkan kamar.
*
*
...(Tengah malam)...
Jam tepat pukul jam dua belas malam, Luna yang sudah rapi mendapatkan panggilan dari Lucas yang mengatakan kalau dirinya sudah berada di depan rumah.
"Baik... aku akan kesana," bisik Luna, perlahan keluar dari dalam kamar.
Luna berjalan mengendap-endap mendekati pintu kamar sang ibu, dan mengintipnya melalui sela pintu kamar.
"Mama sudah tertidur pulas," gumam Luna, menghela nafas, lalu perlahan berbalik berjalan menuju pintu utama.
Setelah berhasil keluar, tak lupa Luna mengunci pintu utama dan berlari secepat kilat menuju mobil yang dikendarai oleh Lucas.
Ceklek.
"Jalan," tita Luna, nafasnya ngos-ngosan menatap Lucas melalui kaca spion.
Lucas pun mengangguk pelan, lalu mengendarai pergi meninggalkan kediaman keluarga Brown menuju sebuah hotel mewah berbintang lima di kota S. Sesampainya disana, Luna disuruh memakai masker sekaligus menutupi kepalanya mengunakan jas milik Lucas, kemudian keduanya berjalan tergesa-gesa mengabaikan orang sekitar yang menatap mereka masuk ke dalam lift.
Ting. Pintu lift tertutup dan bergerak menuju lantai atas, membuat jantung Luna tak henti berdetak takut, Luna terus menunduk meremas ujung dress yang ia pakai, dengan kepada tertutup oleh jas hitam milik Lucas. Hingga beberapa menit kemudian 'Ting' suara Ting kembali terdengar dan pintu lift pun terbuka.
"Mari saya ikuti saya, Nona," ajak Lucas, melangka keluar dari dalam lift.
Luna mengangguk pelang, ikut melangka keluar dari dalam lift. Keduanya terus berjalan menelusuri lorong lantai hotel menuju pintu kamar, Lucas pun menghentikan langka kakinya, lalu mengetuk pintu tersebut.
Tok, tok, tok.
Ceklek. Pintu terbuka lebar menampilkan Alex yang hanya memakai juba tidur, berdiri menatap keduanya dengan tatapan dingin.
"Cepat masuk," desak Alex menatap Luna.
Luna mengangguk lalu melangka mendekat, saat ia hendak masuk, Alex tiba-tiba meraih jas yang menutupi kepalanya dengan kasar, lalu melemparnya ke arah Lucas.
"Nanti kalau mereka bertanya, bilang saja aku tidak mood dan tidur di hotel lain karena terlalu capek," pesan Alex.
"Baik, Tuan."
Alex segera menutup pintu kamar lalu menguncinya, Lucas menghela nafas berat melangka meninggalkan pintu kamar tersebut menuju pintu lift. Sekarang ia harus mencari alasan untuk membelah Alex yang kabur setelah menikah.
"Astaga... kepalaku sangat pusing," gumam Lucas, memijit pelipisnya yang terasa ngilu.
Beberapa hari lalu ia sibuk menyiapkan pesta pertunangan Alex dan Jesi yang akhirnya terjadi setelah Alex beradu argumen dengan Ayahnya Tuan Paul Salvatore, dan hari ini ia menikah, namun ia malah menghabiskan malam pertamanya bersama Luna, dan meninggalkan Jesi yang kini kebingungan mencari keberadaan Alex di pesta.
(Bersambung)