Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19 Marahnya Suami
"Namira mari selesaikan masalah ini!" ucap Ferdi.
Namira tidak dapat menjawab apapun yang sejak tadi jantungnya berdebar, sekarang dia telah melihat kenyataan yang sesungguhnya bahwa Ferdi hanya di fitnah.
"Aku kan mempertemukan kamu dengan Fenny agar dia mengatakan yang sebenarnya kepada kamu," ucap Ferdy.
Namira tidak memberi respon apapun yang tetap saja diam. Wajahnya sangat jelas sekali penuh dengan kebingungan.
Di Restaurant yang sama ternyata terlihat Bian baru saja masuk bersama seorang pria.
"Tuan saya sudah memesan tempat untuk kita membicarakan bisnis," ucap pria tersebut yang membuat Bian menganggukan kepala.
"Di sana tuan!" titah pria itu dan Bian menurut saja.
Tiba-tiba saja langkah Bian terhenti ketika melihat istrinya bersama dengan seorang pria. Bian mengerutkan dahi memastikan bahwa pria tersebut adalah pria yang waktu itu mengejar Namira yang memberi penjelasan banyak kepada Namira dan tak lain adalah calon mantan suami Namira.
"Namira....!" lirih Bian yang pasti merasa sangat terkejut dengan pertemuan istrinya dengan seorang pria di belakangnya.
"Tun di sana!" tunjuk rekan bisnis Bian yang melihat Bian ajak tadi tidak merespon apapun.
"Hmmmm, maaf sepertinya kita lain kali saja untuk membicarakan masalah ini. Kebetulan saya melupakan sesuatu," ucap Bian yang tiba-tiba saja tidak melanjutkan pembicaraan dengan kliennya.
"Oh begitukah! Hmmm baiklah jika memang seperti itu, saya tidak bisa memaksa tuan dan pasti lain kali kita bisa membahasnya," sahut pria tersebut yang tidak mempermasalahkan hal itu yang membuat Bian mengganggukan kepala.
Bian masih melihat ke arah istrinya yang tidak menyadari keberadaannya.
"Namira kenapa kamu bertemu secara diam-diam dengan dia?" batin Bian penuh tanya yang pasti tidak terima dengan hal itu karena bagaimanapun dia adalah seorang suami.
Selain itu Namira juga tidak pantas berbicara berdua dengan pria yang bukan mahramnya.
***
Setelah menyelesaikan pekerjaannya Bian pulang kerumah dan langsung menaiki anak tangga dengan langsung memasuki kamar.
"Kak Bian sudah pulang?" tanya Namira yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Kamu dari mana seharian?" tanya Bian.
"Namira tidak kemana-mana dan hanya di rumah terus. Bukankah tadi Namira juga sudah mengatakan kepada Kakak bahwa Mama dan Papa pergi, jadi Namira memilih untuk di rumah saja," jawabnya.
"Jangan bohong Namira," sahut Bian memasuki kamar itu yang meletakkan tasnya di atas sofa yang terlihat membuka lengan kemejanya.
"Kamu katakan saja dengan jujur kamu habis dari mana?" tanya Bian yang melihat istrinya itu dengan ekor matanya.
"Kamu bertemu dengan laki-laki?" tanya Bian.
Namira sedikit gugup dengan menelan ludah. Bian membalikkan tubuhnya dan sekarang sudah berhadapan dengan istrinya.
"Bagaimana mungkin kamu seorang wanita yang sudah memiliki suami dan bertemu dengan laki-laki lain yang bukan mahram kamu?" tanya Bian.
"Kak Namira sudah menulis pesan dan ternyata lupa dikirim," ucapnya.
Namira juga pasti mengerti dan tidak boleh bertemu dengan laki-laki lain dan maka dari itu dia mengajak Bian. Tetapi karena kecerobohan yang ternyata pesan itu tidak terkirim. Namira juga heran kenapa suaminya tidak kunjung datang dan saat sampai di rumah ingin menghubungi Bian, dia baru menyadari bahwa pesan itu tidak terkirim.
"Maafkan Namira," ucapnya.
"Lalu kenapa tadi kamu langsung berbohong?" tanya Bian dengan suara dingin yang pasti sangat kecewa dengan istrinya.
"Namira sama sekali tidak bermaksud untuk berbohong. Jika kak Bian tidak mengetahui hal itu, maka Namira akan bertanya," ucap Namira dengan gugup.
"Jadi jika hari ini aku tidak tahu kamu bertemu dengan laki-laki lain di luar sana dan maka selanjutnya kamu akan melakukan hal yang sama sampai akhirnya suami kamu tahu?" tanya Bian yang membuat Namira menggelengkan kepala.
"Aku tidak percaya jika kamu akan bertemu dengan pria itu?" ucap Bian yang menunjukkan rasa kekecewaannya kepada istrinya itu.
"Kak Bian!" Namira menghampiri Bian dengan membegal pergelangan tangan Bian.
"Namira sudah mengatakan tadi ingin meminta izin kepada Kak Bian. Namira juga menunggu Kakak," ucapnya.
"Kamu bahkan belum mendapatkan izin dan sudah menemuinya. Bagaimana jika aku tidak mengizinkan dan apa kau akan pergi?" tanya Bian.
"Kak, ini pembicaraan masalah penting, Namira hanya ingin memberi kesempatan kepada Ferdi untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah dan ternyata benar bahwa Ferdi memang tidak tidur dengan wanita itu yang melainkan dia dijebak. Ferdi ingin menjelaskan semua itu kepada Namira dan memberikan bukti kepada Namira," ucap Namira menjelaskan dengan sangat cepat.
Bian mendengus kasar yang langsung melepaskan tangan istrinya dari lengannya yang terlihat kemarahan di wajah tampan itu.
"Apa gunanya Namira memberi orang lain kesempatan untuk membenarkan kesalahannya atau tidak?" tanya Bian.
"Bukankah semua orang memiliki kesempatan?" Namira kembali mempertanyakan hal itu.
"Kamu benar tidak ada salahnya memberi orang lain kesempatan untuk membenarkan semua itu benar atau tidak, tetapi masalahnya kamu memberi kesempatan ini ketika kamu sudah menikah dan apa gunanya Namira," ucap Bian dengan menekan suaranya yang tampak begitu sangat marah pada istrinya itu.
"Sekarang kamu sudah mengetahui bahwa dia tidak melakukan zina dan melainkan hanya difitnah. Lalu apa tindakan kamu selanjutnya hah! meminta maaf karena kamu sudah memberi tuduhan kepadanya?" tanya Bian.
"Atau jangan-jangan kamu ingin kembali kepadanya?" tebak Bian.
Dia memang bisa melihat dari mata istrinya itu yang masih mengharapkan Ferdi berada dalam hidupnya.
"Bukankah kita berdua memang memiliki kehidupan masing-masing sebelumnya?" tanya Namira.
"Apa maksud kamu?" tanya Bian dengan jantungnya berdebar.
"Kak Namira harus jujur jika tidak bisa menerima pernikahan ini," ucapnya dengan air mata yang jatuh membuat Bian benar-benar kaget atas pengakuan istrinya itu.
"Kakak juga memiliki Angela yang masih mencintai Kakak. Kita berdua terjebak dalam ikatan pernikahan ini karena Kakak menggantikan calon suami Namira. Kakak juga mengorbankan hubungan Kakak dengan Angela," ucap Bian.
"Jadi Maksud kamu setelah kamu mengetahui kebenaran yang sebenarnya dilakukan oleh mantan calon suami kamu dan dengan seperti itu kamu akan kembali kepadanya?" tanya Bian memastikan yang ingin menarik kesimpulan dari semua perkataan istrinya.
Namira terdiam. Bian mendengus kasar yang sepertinya sudah tahu jawaban dari istrinya.
"Namira jadi selama pernikahan kit, kamu benar-benar tidak pernah serius. Kamu hanya menganggap datang ke rumah ini sebagai seorang sepupu dan tidak menganggap adanya pernikahan di antara kita terbiasa sehingga kamu masih banyak mengharapkan laki-laki itu?" tanya Bian sebagai seorang suami yang pasti dia sangat kecewa.
"Aku pikir kamu bisa belajar untuk pernikahan ini dan ternyata kamu hanya memanfaatkanku," sahut Bian.
"Tapi Mas Ferdi juga tidak salah dalam hal ini. Namira yang salah yang mengambil keputusan terlalu cepat," sahut Namira.
"Kamu membela laki-lakiku di depanku. Kenapa sekarang kamu bisa mengucapkan bahwa dia tidak bersalah dan sebelumnya kamu memberikan tuduhan kepadanya tanpa ingin mendengarkan apapun dan sudah menjerat ke dalam pernikahan ini!" tegas Bian semakin kecewa kepada istrinya itu.
"Maafkan Namira, tapi Namira aku juga tidak ingin menjadi penghalang antara hubungan Kakak dengan Angela," ucapnya.
"Cukup Namira!" bentak Bian.
"Ini adalah pembicaraan antara kita berdua Dan kamu berhenti membawa nama Angela. Aku sudah berkali-kali mengatakan kepadamu hubunganku dengan Angela sudah berakhir sebelum aku menikah denganmu?" tegas Bian.
Bersambung....
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi