NovelToon NovelToon
Dear, My Heartbeat

Dear, My Heartbeat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Careerlit / Light Novel
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

“Lo cantik banget, sumpah,” bisiknya. “Gue gak bisa berhenti mikirin lo. Pingin banget lakuin ini sama lo. Padahal gue tahu, gue gak seharusnya kayak gini.”

Tangan gue masih main-main di perutnya yang berotot itu. “Kenapa lo merasa gak boleh lakuin itu sama gue?”

Dia kelihatan kayak lagi disiksa batin gara-gara pertanyaan itu. “Kayak yang udah gue bilang ... gue gak ngambil apa yang bukan milik gue.”

Tiba-tiba perutnya bunyi kencang di bawah tangan gue, dan kita berdua ketawa.

“Oke. Kita stop di sini dulu. Itu tadi cuma ciuman. Sekarang gue kasih makan lo, terus lo bisa kasih tahu gue alasan kenapa kita gak boleh ciuman lagi.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Batari Beans II

...Ailsa Batari...

...────୨ৎ────જ⁀➴...

Sudah seminggu sejak terakhir gue kali lihat kakak. Gue ngobrol sama direktur program, dan lega banget pas tahu Caspian diterima lagi buat tinggal sementara di sana. Katanya mereka sudah hubungi kakek, dan dia yang bayar semuanya. Kakek nggak bilang apa-apa ke gue, dan gue mulai sadar kalau keluarga gue memang penuh rahasia yang nggak ada habisnya.

Mama Papa gue juga nggak bilang apa-apa soal Caspian, jadi gue mikir mereka emang nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Padahal gue sih yakin mereka tahu banget, cuma nggak cerita.

Yang jelas, mereka malah heboh gara-gara pintu depan. Dari dulu dia itu tukang khawatir. Papa beda lagi, dia punya segudang teori soal siapa yang membobol rumah, dan hampir semuanya nunjuk ke akademi tinju sebelah tempat gue.

Selama seminggu terakhir, gue selalu lihat si Nauru lari melewati Batari Beans tiap pagi. Tapi dia nggak pernah sekalipun mampir atau sekedar menyapa sejak malam itu.

Gue menginap di rumah dia. Besok paginya, dia dingin banget waktu kita bangun bareng. Nyaris nggak ngomong apa-apa ke gue sebelum gue pulang.

Gue nggak cerita ke siapa-siapa soal kejadian itu, dan memang nggak ada juga yang tanya gue tidur di mana malam itu.

"Gila sih hari ini sibuk banget," kata Lokkie sambil mengipasi mukanya, padahal di luar dingin. "Sumpah, makin hari makin rame aja."

"Banget, terus ditambah lagi orang-orang kepo soal pembobolan itu. Kok bisa sih semua orang tahu?"

"Ya ampun, bener! Slogan kota kita harusnya, Royal Blossom, tempat semua orang tahu nama lo dan urusan lo juga."

Kita ketawa bareng, terus pintu terbuka dan Mama Papa gue masuk bareng Borris dan timnya. Mereka mau naikin sistem keamanan kafe, plus menambah keamanan ekstra buat apartemen gue di atas. Gue sih setuju saja, soalnya kalau nggak, Mama sudah mengancam mau menginap di sini tiap malam.

"Halo. Paman mulai dari dapur ya. Bebas aja kalau Non, Ailsa mau manjain kita pake kopi susu andalannya yang katanya enak banget itu," kata Borris sambil jalan ke dapur bareng anak buahnya.

Gue ketawa, terus Lokkie mulai bikin minuman.

"Barusan Papa lihat cowok penuh tato masuk ke gym sebelah. Yakin, nih yang ngebobol itu cuma anak kecil yang iseng, sampe mecahin kaca pintu? Gimana kalau itu sebenernya anak gym yang lagi kecapekan dan teler, terus nyari duit, terus kabur?" kata Papa, dan gue cuma bisa memutar mata.

Kalau saja dia tahu yang membobol dan ambil barang itu anaknya sendiri.

"Teler? Serius, Pa. Yang latihan di situ itu petarung profesional. Petinju pake narkoba jelas nggak nyambung. Ailsa kenal kok sama pemilik gym-nya, dan dia jelas-jelas bukan tipe orang yang masuk-masuk tempat orang cuma buat nyari duit."

"Itu si Nauru yang sekarang punya tempat itu, kan?" tanya Papa sambil menyilangkan tangan di dada. Cara dia membicarakan Nauru itu ngeselin banget. "Bapaknya aja dulu berantakan. Kalau nggak salah sih, pernah masuk penjara juga. Anaknya sama teman-temannya juga dari dulu emang udah bikin masalah."

Mama cuma geleng-geleng. "Antari, udah! Mereka masih anak-anak waktu itu. Anak kita sendiri juga banyak bikin kesalahan, inget nggak? Kita juga nggak suka kan kalau orang lain nge-judge dia?"

"Yah, bahkan Caspian aja bilang mereka emang trouble waktu itu, jadi ya sudah." Papa nyengir dikit, angkat bahu.

Caspian?

"Wah, keren juga ya sekarang Papa jadi julid karakter orang." ketus gue sambil meledek habis-habisan.

Cara Papa membicarakan Nauru sama gengnya itu ganggu banget. Oke lah, Nauru sering nyebelin, tapi dia bukan orang jahat. Dia cuma suka ngambek dan kayaknya emang nggak suka sama gue, entah kenapa.

"Mereka udah kayak gitu jauh sebelum kejaian di kapal itu, Ailsa. Dan waktu itu dia nggak lagi teler, percaya deh. Mereka itu bukan tipe orang yang harus lo ajak ngobrol," tambah Papa.

"Antari, udah deh ngomong ngaconya." Mama sampai bengong dengar omongan Papa.

"Papa serius? Eros sama Mohan yang ngerenovasi tempat ini, lho. Mereka kerja bagus banget dan profesional. Nauru punya gym sebelah, dia juga udah beberapa kali mampir ke sini, dan mereka semua anaknya baik-baik. Nauru malah yang nelepon polisi malam itu pas pembobolan. Masa iya dia nelepon polisi kalau dia sendiri pelakunya?"

"Mereka bener-bener ngerjain tempat ini dengan bagus, dan Mama juga bersyukur Nauru yang manggil polisi." Mama senyum.

Kadang Papa emang suka banget nge-judge orang, tapi gue baru sadar betapa parahnya sekarang.

Dia cubit ujung hidungnya, tanda sudah mulai kesal. "Yassudah lah."

"Oke, fine," kata Mama. "Sekarang fokus ke sistem keamanan. Mama mau ganti pintu depan kamu jadi pintu kayu, biar nggak dari kaca dan nggak gampang dibobol."

"Ini,bkan kafe, Ma. Masa Ailsa tutup-tutupin pake pintu kayu besar? Lagi pula, sebelah pintu juga ada jendela. kalau mau ngebobol ya tinggal pecahin itu aja."

"Mamamu juga pengen jendela itu dicopot, tahu nggak." Papa tutup mulut pake tangan, nahan ketawa.

"Hah? Serius, Ma? Mama lebay banget, sih. Itu cuma ulah anak-anak. Tapi sekarang kan kita sudah pasang kamera, Ailsa rasa nggak bakal terjadi lagi."

"Oke deh. Kita mulai dulu dari kamera sama tambahan keamanannya. Yang penting Mama tenang sama keselamatan kamu, sayang. Mama harap sih itu cuma sekelompok anak iseng doang."

"Kalian juga sudah tahu pendapat Papa soal ini semua." Papa angkat tangan, kayak menyuruh kita stop debat. "Waktu yang bakal nunjukin siapa yang benar."

Gue tahan banget buat nggak bongkar soal Caspian. Dari dulu gue selalu lindungi dia. Tapi nggak enak banget rasanya dengar Papa menyalahkan orang-orang yang nggak bersalah, padahal pelakunya itu anaknya sendiri. Gue cuma bisa gigit lidah.

"Ngomong-ngomong, Papa dengar itu bocah bakal tanding lawan petinju terkenal. Papa sih nggak ngerti kenapa ada orang yang rela dipukul-pukulin cuma demi dapatin duit receh," kata Papa.

"Itu juga bukan duit receh, kalau Papa bener-bener ngikutin beritanya. Dia bakal tanding lawan kandidat sabuk juara. Itu besar banget, Pa. Dia petinju profesional. Dia atlet. Ini olahraga dia."

"Sejak kapan kamu jadi kolot? Emang kita kurang stres apa gara-gara ulah kakakmu. Papa harap kamu nggak jadi sumber masalah juga sekarang."

"Antari, bisa gak sih jangan keterlaluan, gitu." Mama menyelipkan rambut gue ke belakang kuping dan senyumnya itu beneran hangat, sampai ke matanya. "Papa cuma khawatir sama kamu, sayang. Udah, fokus aja ke pasang kamera sama nambahin keamanan."

"Pintu apartemen kamu bakal punya tiga kunci dan satu kamera khusus di luar pintu." Papa jalan-jalan memutari ruangan, matanya mengamati tembok kayak lagi memikirkan bisa nggak nambah alat keamanan di balik dry wall.

Gue sayang banget sama Mama Papa, tapi kadang mereka itu suka terlalu mengatur. Kayaknya gara-gara trauma yang mereka alami karena Caspian, mereka jadi makin protektif banget ke gue.

Waktu gue masih sekolah, sih nggak terlalu kerasa. Tapi sekarang, saat gue sudah tinggal di sini, rasanya makin parah.

Mama pamit ke kamar mandi, terus Papa duduk dan menunjuk ke kursi di depan dia, nyuruh gue duduk juga.

"Mamamu itu khawatir banget sama kamu. Dia nggak suka kamu tinggal di atas kafe."

"Mama yang nggak suka, atau Papa yang nggak suka?" Gue naikin satu alis sambil menatapnya.

"Kamu tahu, kan gimana Mamamu. Kamu tinggal di tengah kota, sebelahan sama gym yang isinya cowok-cowok random, dan semua orang di kota ini tahu siapa kamu. Kita orang terpandang, Ailsa. Papa nggak suka kamu tinggal di sini."

"Gila, itu nyinyir banget, Pa. Nggak semua orang mikirin duit doang. Orang-orang di gym itu justru bukan orang yang perlu dikhawatirin. Ailsa udah hampir 23 tahun. Udah dewasa, dan bisa jaga diri sendiri."

"Kita ini orang tua kamu dan kita sayang sama kamu. Ini bukan nge-judge, ini kenyataan."

"Ya udah, Jully juga punya duit, tapi dia lebih serem dari siapa pun yang pernah Ailsa temuin," bisik gue pelan tapi tajam.

Papa langsung bersandar ke depan, matanya melihat sekitar, memastikan nggak ada yang dengar. "Urusan sama Jully udah Papa beresin, dan kamu tahu itu. Dia udah dapat pesannya. Kamu nggak usah mikirin dia lagi. Udah kelar."

Ya ampun, Papa bisa keras kepala banget. "Ailsa cuma bilang ... orang-orang di gym nggak pernah bersikap aneh atau ngaco sama sekali. Justru orang yang kita kenal dekat itu yang kadang malah bikin was-was." Gue angkat alis, memperhatikan Papa.

"Papa ngerti, Ailsa. Tapi tolong ya, satu hal aja. Tetap fokus, dan jangan lengah sama sekitar kamu."

Gue nggak sempat debat, soalnya Mama keluar dari kamar mandi dan kita langsung sibuk mengikuti Borris, memastikan dia benar-benar menyulap kafe cantik gue jadi semacam benteng.

1
Verro
Luar biasa.
nuna
yaaa kalian mulai dekat kan
nuna
modus bgt si
nuna
ketemu Nauru lg dah
nuna
pdahal yg ngerusk anaknya sendiri /Awkward/
nuna
si bocil ni kyknya gemesin bgt
nuna
wkwk
nuna
tuh kan
nuna
Ailsa diperkosa y
nuna
calon mamamu juga tu Ailsa wkwk
nuna
haaaha/Grin/
nuna
Masi g ngrti deh. bukanya Batari keluarga baik ya?
erik
bgus
Yuliana Purnomo
lanjut
Yuliana Purnomo
👍👍👍👍
Yuliana Purnomo
kayaknya perjalanan cinta kalian banyak rintangan nya deh
Yuliana Purnomo
pasti Jully,,alasan Ailsa belajar boxing
Yuliana Purnomo
hemmm mulaii membangun kedekatan Beans dn Nauru
Yuliana Purnomo
semangat rabbit boy
Yuliana Purnomo
pasti yg dtng Beans
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!