Setelah tau jika dia bukan putri kandung Varen Andreas, Lea Amara tidak merasa kecewa maupun sedih. Akan tetapi sebaliknya, dia justru bahagia karena dengan begitu tidak ada penghalang untuk dia bisa memilikinya lebih dari sekedar seorang ayah.
Perasaannya mungkin dianggap tak wajar karena mencintai sosok pria yang telah merawatnya dari bayi, dan membesarkan nya dengan segenap kasih sayang. Tapi itu lah kenyataan yang tak bisa dielak. Dia mencintainya tanpa syarat, tanpa mengenal usia, waktu, maupun statusnya sebagai seorang anak.
Mampukah Lea menaklukan hati Varen Andreas yang membeku dan menolak keras cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCD 17
Saat ini Varen dan selly duduk saling berhadapan dan meja di tengah-tengah mereka sebagai jarak pemisah diantara keduanya. Selama lima menit duduk bersama, Lelaki dengan sejuta pesona itu tak sedetik pun menatap pada Selly. Tatapan nya hanya terpusat pada layar ponselnya di bawah meja.
"Kenapa kau tidak bilang dari awal siapa wanita yang hendak kau kenalkan padaku? Apa kau sengaja mau menjebak ku?"
Di lain tempat, Rey memicingkan matanya membaca balasan pesan dari Varen. Jawaban Varen seakan tak nyambung dengan pertanyaan nya, dan terkesan menuduhnya yang bukan-bukan.
Rey segera membalas pesan tersebut.
"Maaf, Tuan. Maksud Tuan apa ya? jujur saya tidak mengerti."
Varen tersenyum sinis membaca balasan pesan dari Rey.
"Kau benar-benar cari perkara denganku. Lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu. Kau tunggu saja."
Byuur...
Rey spontan menyemburkan kopi yang di teguknya. Kenapa Varen mengancamnya seakan marah sekali padanya. Apakah kakak sepupunya telah berbuat kesalahan yang sangat fatal? Benak Rey bertanya-tanya bingung.
Rey memang tak mengerti apa-apa tentang masa lalu mereka. Ketika kakak sepupunya alias Selly datang dari Eropa, Rey yang sedang putus asa mencari bentukan wanita yang bagaimana lagi untuk calon kekasih Varen, tiba-tiba berpikir untuk menawarkan Varen pada Selly saja. Dengan harapan Selly yang berstatus janda itu berkenan menerimanya.
Awalnya, Selly menolak mentah-mentah tawarannya. Namun pada saat dia menjelaskan dan menunjukan foto pria yang akan di kenalkan padanya, seketika itu pula selly langsung berubah pikiran dan menyetujuinya dengan antusias.
Rey berpikir, Selly berubah pikiran karena pria yang hendak di kenalkan padanya itu seorang bos besar dan berwajah tampan. Wanita mana yang akan menolak pesonanya? sekali pun wanita berkelas seperti Selly.
"Bagaimana kabar mu, Varen?" Tanya Selly yang tak tahan terhadap sikap diam Varen. Pria yang semakin berumur semakin terlihat tampan itu tak kunjung mengeluarkan suaranya meski hanya sepatah kata, seakan pertemuan mereka tak berarti apa apa bagi pria itu.
Hal itu di luar ekspektasi selly yang sebelumnya berpikir bahwa Varen akan sangat senang bertemu dengannya. Jika tidak, mana mungkin pertemuan ini akan terjadi. Karena Selly berkeyakinan jika Varen sudah melihat biodatanya terlebih dahulu sebelum dia menemuinya. Dan itu artinya, Varen pasti sudah tau siapa wanita yang akan dia temui.
"Seperti yang anda lihat. Kabar saya sangat baik. Baik sekali," jawab Varen dengan sikap tenang dan bahasa yang formal, seolah dia sedang berbicara dengan orang asing. Padahal, wanita di depan nya merupakan sosok wanita yang sangat di kenalnya dan pernah dicintainya. Bahkan, mereka pernah menjalin kasih selama lima tahun.
Selly tersenyum canggung.
"Syukur lah," ucap Selly, lalu meneguk minuman yang baru saja di suguhkan oleh seorang waiters.
Uhuk
Uhuk
Seketika saja, Selly terbatuk-batuk karena tersendat coffe late yang di teguknya sambil menatap pada wajah mempesona pria di depannya.
Varen melihat sebentar pada Selly, lalu dia kembali memainkan ponselnya.
Sikap cuek Varen tentu saja membuat Selly kesal. Varen benar-benar sudah berubah tak lagi semanis dan seromantis pada masa mereka pacaran dulu. Tapi tak mengapa. Ini baru permulaan. Dia harus bisa menahan rasa kesalnya demi mendapatkan hati Varen kembali. Dan dia yakin suatu hari nanti, Varen pasti akan jatuh ke pelukannya lagi.
"Aku tidak menyangka akan bertemu lagi dengan mu setelah belasan tahun lamanya kita berpisah." Selly kembali bersuara. Kali ini wajahnya terlihat sendu.
Varen masih asik bermain game di ponselnya. Tapi telinganya menyimak ucapan Selly.
'Kamu tau, selama belasan tahun aku mencari keberadaan mu. Berbagai upaya sudah aku lakukan, tapi sayangnya tak pernah membuahkan hasil."
Varen tersenyum miring dan membatin mendengarnya. 'usaha apa yang dilakukan Selly? Padahal dia tidak pernah pergi kemana-mana. Hanya sibuk merintis usaha dan membesarkan Lea.'
"Bahkan aku sempat mengalami depresi karena kita di paksa berpisah. Hal itu sangat berat sekali untuk ku, Varen. Aku dipaksa berpisah dengan pria yang sangat aku cintai dan dipaksa menikahi pria yang sama sekali tidak aku cinta. Kamu tau, aku benar-benar tersiksa menikah dengan pria itu. Pria itu tidak hanya main tangan tapi juga menyelingkuhi aku."
"Jadi kamu mencari ku setelah kamu di campak kan oleh suami kaya mu itu untuk memanfaatkan aku lagi?"
Varen tersenyum puas melihat ekspresi Selly. Mungkin Selly kaget atas pertanyaan tak terduga yang di lontarkan olehnya.
Selly sedang mencoba bercerita tentang penderitaannya. Tapi dia lupa jika hal itu terjadi karena pilihannya sendiri.
Varen masih ingat betul. Selly di jodohkan dengan pria kaya dan sudah beristri karena memang Selly sendiri tak menolaknya. Demi hidup kaya dia rela menjadi istri kedua seorang pengacara sekaligus pengusaha.
Varen masih ingat betul bagaimana sikap selly padanya dulu. Waktu itu, Varen berupaya menyadarkan Selly agar tak menikah dengan pria beristri itu. Varen juga menjanjikan sebuah kebahagian di masa depan. Dia berjanji akan bekerja lebih keras lagi supaya apapun yang Selly inginkan terpenuhi kelak setelah mereka menikah.
Tapi apa? Selly justru mengoloknya jika ucapannya itu hanya lah mimpi yang tak akan pernah menjadi kenyataan.
"Kamu hiduplah dengan mimpi mu, Varen. Tapi jangan ajak ajak aku karena aku tidak akan pernah sudi terperangkap di dalam mimpimu yang tidak akan pernah jadi kenyataan. Dan satu hal yang harus kamu tau. Sejujurnya, aku tidak pernah mencintai mu. Aku menerima mu karena terpaksa. Ya kupikir lumayan kan pulang pergi naik ojek gratis haha... Oya berapa jumlah uang yang sudah kamu habiskan untuk biaya kuliah dan bayar kost ku. Kamu hitung saja. Nanti aku akan menggantinya."
Tak sadar, Varen mencengkram ponselnya mengingat kata-kata terakhir Selly padanya pada masa itu.
Lima tahun bersama seakan tiada artinya dirinya di mata Selly. Bahkan, dia sudah berkorban banyak bukan hanya soal waktu tapi juga materi. Sebanyak 80% Varen membantu biaya hidup Selly yang notabene nya hidup di perantauan. Karena cinta Varen terlalu besar pada Selly kala itu, dia selalu menuruti apapun kemauan selly.
Lalu, di saat Varen sedang cinta-cintanya pada Selly, wanita itu justru tega meninggalkan dirinya demi harta.
Lantas apa Varen masih percaya dengan kata-kata manis Selly saat ini? ck. Varen yang sekarang bukan lagi yang dulu. Varen yang bodoh dan di butakan oleh cinta palsu Selly. Varen justru ingin tertawa keras mendengar cerita yang sedang Selly rangkai saat ini.
"Kamu salah paham. Aku tidak seperti itu. Aku tidak bermaksud seperti itu. Kamu tau kan kalau hidup ku di bawah tekanan orang tua ku. Aku harus mematuhi keinginan orang tuaku. Aku sama sekali tidak ada niatan ingin memanfaatkan kamu. Aku......" Selly tak henti bicara panjang lebar mencoba berusaha meyakinkan Varen.
Namun, Varen justru tak menyimak cerita Selly. Tatapan nya lurus menjurus ke belakang selly. Otaknya sibuk menebak siapa dua orang pria yang sedang bicara dengan Lea. Varen kemudian bangkit dengan wajah dingin.
"Varen. Kamu mau kemana?" Tanya Selly.
"Anda pulang lah. Dan ini merupakan pertemuan pertama dan terakhir kita. Permisi...."