NovelToon NovelToon
Mantan Terindah

Mantan Terindah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:30.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Menikah sekali seumur hidup hingga sesurga menjadi impian untuk setiap orang. Tapi karena berawal dari perjodohan, semua itu hanya sebatas impian bagi Maryam.
Di hari pertama pernikahannya, Maryam dan Ibrahim telah sepakat untuk menjalani pernikahan ini selama setahun. Bukan tanpa alasan Maryam mengajukan hal itu, dia sadar diri jika kehadirannya sebagai istri bagi seorang Ibrahim jauh dari kata dikehendaki.
Maryam dapat melihat ketidaknyamanan yang dialami Ibrahim menikah dengannya. Oleh karena itu, sebelum semuanya lebih jauh, Inayah mengajukan agar mereka bertahan untuk satu tahun ke depan dalam pernikahan itu.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka selanjutnya?
Ikuti kisah Maryam dan Ibra di novel terbaru "Mantan Terindah".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Antara Yang Dulu dan Yang Baru

Gemerlap ballroom hotel bintang lima di pusat kota itu dipenuhi wajah-wajah sukses. Acara "Entrepreneur Vision 2025" sedang berlangsung. Di tengah keramaian itu, tiga sosok yang tak menyangka akan bertemu malam ini berjalan dengan agenda masing-masing.

Ibra, pengusaha bidang transportasi dan melebarkan sayapnya di bidang lainnya dengan investasi di berbagai lini bisnis. Agam, pemilik WO dan event creator ternama; dan Maryam pemilik butik muslimah modern yang sedang naik daun.

Maryam tampil anggun dalam balutan dress rancangan butik miliknya sendiri. Di sekelilingnya, beberapa orang memuji koleksinya yang dipamerkan di booth kecil di sisi ruangan.

Tak jauh dari sana, Agam datang dengan blazer abu gelap, tenang dan profesional. Beberapa tamu menyapanya, rekan bisnis, mitra vendor, bahkan klien lamanya.

Dan Ibra, berdiri di dekat coffee bar, memperhatikan dari kejauhan. Matanya menangkap sosok Maryam dalam keramaian. Lalu tak lama kemudian, matanya beradu dengan seseorang yang tak kalah dikenalnya di dunia bisnis karena perusahaannya pernah beberapa kali terlibat kerja sama dengan EO miliknya, Agam.

Keduanya tak menghindar.

Agam menyapa lebih dulu, dengan senyum tipis.

“Mas Ibra, kan?”

Ibra menoleh dan mengangguk.

“Agam Bratha Yuda. Akhirnya ketemu juga. Dengar-dengar kamu EO yang pegang acara besar-besar itu, ya?”

Agam mengulurkan tangan.

“Iya, Alhamdulillah, itu aku. Dan kamu, bisnis travel mu makin melesat, ya. Congrats.”

Mereka berjabat tangan. Hangat tapi berlapis suasana yang sulit diurai.

Ibra tidak bodoh. Ia tahu Agam adalah sosok yang kini dekat dengan Maryam. Begitu juga sebaliknya, Agam sudah paham siapa Ibra dalam sejarah panjang kehidupan Maryam.

“Dunia sempit ya,” gumam Ibra.

"Nggak nyangka bisa ketemu di sini.”

Agam tersenyum tipis.

“Kadang semesta memang suka bikin skenario aneh.”

Sebelum percakapan mereka melangkah lebih jauh, dari sisi kanan ruangan, suara tawa lembut terdengar.

Seorang wanita menghampiri Ibra dengan langkah percaya diri. Dia adalah Tasya, wanita masa lalu Ibra yang masih menyimpan cinta lama.

“Ibra… akhirnya kita ketemu lagi di acara kayak gini,” kata Tasya sambil menyentuh lengan Ibra dengan akrab.

"Bra, sorry aku bareng dia datang, tadinya aku gak bakalan datang karena Abang harus ke Singapur, tapi mendengar dia mau datang aku khawatir kalau tidak bersamanya." bisik Sabrina yang merupakan istri sahabat Ibra sekaligus teman Tasya. Sabrina tahu jika Maryam dan Ibra akan hadir di acara ini, dan mendengar jika Tasya juga mendapat undangan di acara ini Sabrina pun memutuskan untuk membersamai temannya itu.

Ibra agak terkejut, tapi tak sepenuhnya kaku.

"Tasya, Sabrina... apa kabar?”

“Baik, dong. Apalagi liat kamu makin bersinar kayak sekarang.” Tasya yang menjawab dengan antusias. Tasya melirik Agam, lalu tersenyum diplomatis.

“Oh, kamu tidak sendiri ya?”

Agam menanggapinya dengan tenang.

“Saya Agam. WO dan event organizer. Kenal Ibra dari dunia usaha juga.”

Tasya hanya mengangguk, lalu kembali fokus ke Ibra.

“Aku tahu kamu sibuk, tapi kita belum sempat ngobrol benar-benar sejak terakhir…”

“Tasya,” potong Ibra, kini nadanya mulai berubah tegas.

"Aku pikir kita sudah cukup jelas. Aku menghargai kamu, tapi aku juga nggak mau kamu terus menaruh harapan. Hatiku sudah menetap. Dan malam ini, aku mau jujur sepenuhnya.”

Tasya tersenyum pahit, lalu membalas cepat,

"Dan kamu pikir Maryam akan langsung terima kamu kembali setelah semua yang kamu lakukan?”

Agam menatap keduanya tanpa ingin ikut campur, namun jelas, ia menyimak dengan saksama.

Seketika, Maryam muncul di sisi belakang mereka. Ia berdiri dengan tatapan datar, tak ada emosi meledak, tapi jelas ia mendengar kalimat terakhir Tasya.

“Assalamu'alaikum, selamat malam,” sapa Maryam, membuat suasana menegang.

Ibra menoleh, kaget tapi tak menyembunyikan senyumnya.

“Maryam...”

Agam, dengan tenang, melangkah mendekati Maryam yang tengah bersalaman dengan Sabrina dan berdiri di sisinya.

"Kamu kelihatan memukau malam ini,” ucapnya pelan.

Nayla hanya tersenyum kecil.

"Terima kasih. Kalian semua diundang juga ternyata.” Maryam pun menyalami Tasya dengan senyum ramahnya. Melihat wanita itu dia sudah tidak merasakan apapun.

Tasya melipat tangan, sikapnya defensif.

“Kebetulan ya. Rame ya di sini. Dunia usaha makin sempit.” Entah apa maksud Tasya berbicara seperti itu hanya dari intonasi dan bahasa tubuhnya Ibra semakin tidak mengenali wanita yang dulu pernah dicintainya itu.

Ibra memutus ketegangan.

"Aku rasa ini memang saatnya aku bicara langsung, di depan semua orang yang terlibat. Maryam… aku tahu ini bukan tempat ideal, tapi aku nggak mau nunggu lebih lama.”

Ia menatap Maryam dalam-dalam, lalu lanjut dengan suara pelan tapi jelas,

“Aku nggak datang malam ini buat pamer pencapaian. Aku datang karena aku mau kamu tahu satu hal, aku nggak lagi lari dari kenyataan. Aku nggak lagi bermain di dua sisi. Dan aku nggak pernah lagi berpaling sejak menyadari bahwa seluruh bagian dari diriku... masih dan hanya untuk kamu.”

Tasya terdiam. Agam menghela napas, tapi tetap tenang. Maryam memandang keduanya—pria yang dulu menikahinya dan menyakitinya, dan pria yang kini menawarkan cinta tanpa luka.

Sementara itu Sabrina tersenyum senang, dia suka cara Ibra yang tak lagi mempertahankan gengsi, dia pun tidak tahan untuk merogoh ponselnya, mengabarkan apa yang dilihatnya hari ini di grup persahabatan mereka.

“Kang Ibra...” ucap Maryam perlahan.

“Aku senang kamu sudah bisa berdiri dengan versi terbaik dari dirimu. Tapi kamu tahu kan, bahwa mencintai seseorang bukan soal siapa yang paling banyak berjuang, tapi siapa yang datang saat kita paling siap untuk dijaga.”

Ibra mengangguk.

"Aku tahu. Dan aku cuma ingin kamu tahu... aku nggak datang untuk menuntut kembali. Aku datang untuk menunjukkan bahwa jika kamu memberi kesempatan, aku siap menebus waktu yang pernah hilang.”

Agam menatap Maryam.

“Aku nggak akan berdebat siapa yang lebih dulu. Aku hanya ingin bilang... bahwa aku pun akan tetap ada, selama kamu masih melihat aku sebagai ruang yang aman.”

Suasana hening. Semua mata hanya tertuju pada Maryam. Dia tidak menyangka malam ini akan berada di situasi seperti ini.

"Abah, Ambu, bagaimana ini." batinnya, bayangan kedua orang tuanya yang bahagia saat akan menikahkan dirinya dnegan Ibra dulu tiba-tiba melintas di benaknya.

Ia menghela napas panjang.

“Malam ini, aku diundang sebagai pengusaha pemula. Tapi rupanya... aku justru dihadapkan pada panggung yang lebih rumit, panggung hati.”

Ia menatap ketiganya satu per satu.

“Terima kasih, Kang Ibra, karena kamu berani menutup masa lalu dan berkata jujur. Terima kasih, Mas Agam, karena kamu tak menuntut dan tetap ada dengan tenang. Dan Tasya… semoga kamu juga bisa menemukan seseorang yang mencintaimu dengan utuh, bukan hanya dari kenangan."

"Mbak Sabrina, aku tinggal dulu ya." pamitnya hanya pada Sabrina dan dibalas dengan anggukan cepat oleh teman sekaligus pelanggan setia butiknya itu.

Maryam lalu melangkah pergi pelan, meninggalkan ketiganya.

Tak ada keputusan malam itu. Tapi ada satu hal yang jelas, cinta yang benar tidak memaksa, ia hanya menunggu... dengan sabar dan keberanian.

1
skyvanita iriani
alur ceritanya enak dibaca.semangat terus thor..
Suhainah Haris
sepertinya mas Ibra harus usaha lebih keras kalau mau Iam kembali,
Uthie
Wadduuhhhh... sepertinya antara menyongsong cinta masa depan aja niiii daripada cinta masa lalu 😂😂
Ibra siap-siap patah hatii seperti nya....

semoga up nya gak lama-lama lagi yaa Thor 🤩🤩🤩🙏🙏🙏
dyah EkaPratiwi
siapa yg akhirnya dipilih maryam?
Rabiatul Addawiyah
Masih ragu terus ya Maryam dgn Cinta Ibra sekarang ini😁
Uthie
Mana Up nya lagiiii 🙏🙏🙏🙏😢
Uthie
Mana lagiii niii kelanjutannya 🤩🤩🤩🙏🙏
Anonymous
bab ini kalimat2nya dalem banget...
Rabiatul Addawiyah
Banyak Typo utk nama pemeran di novel ini thor 😀
Lailatus Sakinah: maafkan belum selesai edit kakak.
total 1 replies
Adiba Shakila Atmarini
lnjut..
Uthie
Cerita yg bisa bikin emosi... terharu... dan memotivasi bacanya 👍👍👍👍👍
Uthie
Lanjjjjuuuuttttttt dongggg 🤩🤩🤩🙏🙏✌️
Mutiara Nisak
aq kok jd bingung sendiri y,sebenernya yg lg curhat k langit itu siapa y,raka apa si ibra...trs yg jd 7 an curhat itu nayla apa si iam..../Hey//Hey/
Lailatus Sakinah: hhe ...maafkan belum selesai edit kakak.
adelina rossa: sama kak ....pas baca binggung juga nih 😭
total 2 replies
Mawar
lnjut kak namanya jngn diubah2 kak jd bingung kdng2.
Lailatus Sakinah: siap kakak
total 1 replies
Uthie
nyebelin 😡😡
Uthie
pingin nangis jadinya dehhh 😭
Rabiatul Addawiyah
Semua ikut skenario yg sdh Allaah tetapkan saja yaaaa 😍
Mawar
lnjut kak mkin kesini aq mkin deg2an😴
Uthie
diihhh...gak punya malu 🤨🤨😡

percuma punya gelar $2, tapi kelakuan malah jadi seorang Pelakor 😡😡
Uthie
dengerin tuhhh nasihatnya!!! 🤨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!