Novel ini berkisah tentang seorang pemimpin pemerintah bereinkarnasi ke dunia fantasi, namun keadaan di kehidupan barunya yang penuh diskriminasi memaksanya untuk membangun peradaban dan aturan baru...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iimnn saharuddin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2.2
Satu bulan berlalu, akhirnya hari yang kami tunggu tiba. Saatnya mengecek pupuk organik yang selama ini kami persiapkan.
Kami menggali lubang satu per satu. Saat aku mengambil segenggam tanah dari dalamnya, terlihat jelas bahwa semua bahan telah terurai sempurna. Cacing tanah membantu mempercepat prosesnya, membuat pupuk ini gembur, subur, dan tidak berbau.
Tanpa membuang waktu, kami segera mengangkut pupuk itu ke ladang. Setiap pohon dan tanaman sayur mendapatkan bagiannya, kami mencampurnya dengan tanah di sekitar akar. Lebih dari satu hektar di tiga lokasi berbeda telah kami pupuki. Setelah itu, kami menyiramnya merata agar tanah dan pupuk menyatu dengan sempurna, membantu tanaman menyerap nutrisi lebih baik.
"Semua sudah beres. Apa ini akan berhasil?" tanya kepala desa dengan sedikit keraguan.
Aku tersenyum. "Tenang saja, Tuan Kepala. Ini pasti berhasil. Kita hanya perlu menunggu waktu."
Malamnya, di Rumah
Setelah seharian bekerja, aku akhirnya bisa duduk santai di depan rumah. Lian masih penuh energi, seperti biasa.
"Kakak Raka hebat! Kakak bahkan bisa memimpin orang sebanyak itu. Lian merasa kakak seperti raja di masa depan," katanya dengan mata berbinar.
Aku tertawa kecil. "Aku tidak memimpin mereka, aku hanya meminta bantuan."
"Tapi tetap keren! Aku juga ingin seperti kakak di masa depan, menjadi jenius dan berbakat, hehe!"
Ucapan Lian membuatku teringat masa kecilku di kehidupan sebelumnya. Sejak kecil, aku memang selalu membayangkan diriku berada di tempat tertinggi, menjadi pemimpin yang bisa mengubah keadaan.
"Kamu pasti bisa," jawabku, menepuk kepalanya pelan.
Saat itu, Zephyr datang membawa panci berisi makanan. "Sudah cukup ngobrolnya, ayo makan dulu. Lian, biarkan kakakmu beristirahat, dia pasti lelah setelah seharian bekerja."
"Baik, Kak!" jawab Lian ceria.
Di tengah makan malam, Zephyr menatapku dengan raut wajah yang sulit dijelaskan.
"Raka, kita sudah bersama lebih dari tiga tahun. Aku tidak menyangka kau anak yang begitu cerdas. Aku tidak tahu kehidupan seperti apa yang telah kau lalui, tapi aku merasa kau pernah mengalami banyak kesulitan."
Aku terdiam sejenak, lalu menjawab, "Ya… sebelum menjadi budak, aku sudah terbiasa berlatih dan belajar banyak hal. Aku anak seorang pedagang. Orang tuaku sering berurusan dengan berbagai macam orang, jadi aku memiliki banyak kesempatan untuk belajar, terutama dalam bertani dan berdagang."
Zephyr tersenyum miris. "Kalau orang tuamu tahu betapa jeniusnya kau sekarang, mereka pasti akan menyesal seumur hidup."
Aku menghela napas pelan. "Aku tidak terlalu memikirkan mereka lagi. Keluargaku sekarang adalah kalian berdua."
Zephyr menatapku, lalu tersenyum dengan mata sedikit berkaca-kaca. "Raka… aku sangat bersyukur bisa bertemu denganmu."
Dia lalu merangkul kami bertiga dalam pelukan hangat.
Kenangan Masa Lalu
Di kehidupanku sebelumnya, aku kehilangan keluargaku saat berusia 15 tahun. Sebuah kecelakaan merenggut nyawa ayah, ibu, dan kedua saudaraku, menyisakan aku seorang diri.
Setelah itu, aku diasuh oleh adik ibu, seorang wanita muda yang baru merintis karir. Dia bukan orang kaya, tapi dia bekerja siang dan malam hanya untuk membiayai pendidikanku. Aku sering memintanya berhenti bekerja terlalu keras dan memikirkanku tapi dia selalu berkata:
"Impianmu adalah impianku juga. Jika kau sukses, aku juga merasa berhasil nak."
Berbekal kerja kerasnya, aku berhasil lulus dan mendapatkan gelar sarjana di bidang politik. Aku mulai bekerja di pemerintahan, naik sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi pemimpin negara.
Namun, di tengah kesuksesanku, aku kehilangan satu-satunya keluarga yang tersisa. Bibiku meninggal dunia akibat kelelahan dan depresi berat. Dokter mengatakan tubuhnya mengalami penurunan kondisi yang parah akibat tekanan hidup yang terlalu besar melebihi batas kemampuannya.
Saat aku berdiri di depan makamnya, aku merasakan sesuatu yang begitu hampa. Aku berhasil mencapai impianku, tapi kehadiran orang yang selalu mendukungku telah tiada. Aku menyesal. Jika saja aku tidak membagi beban dengannya sejak awal, mungkin dia masih ada di sini.
Sebagai bentuk penghormatan, aku membangun monumen kecil khusus untuknya, bukan untuk dikenang orang lain tetapi untuk mengingatkan diriku sendiri akan pengorbanannya selama ini.
Kehidupan Baru, Keluarga Baru.
Kini aku terlahir kembali di dunia yang berbeda. Awalnya, aku merasa dunia ini memberiku kesempatan kedua untuk menjalani hidup lebih baik. Aku lahir di keluarga yang cukup baik, tapi tak lama kemudian, aku kehilangan mereka dan ditangkap sebagai budak.
Namun, aku kembali menemukan keluarga. Lian dan Zephyr bukan sekadar teman seperjalanan. Mereka adalah orang-orang yang kini kuanggap sebagai keluargaku.
Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Aku tidak akan membiarkan mereka pergi, tidak akan membiarkan mereka berkorban sendirian untukku.
Aku menatap bintang-bintang di langit malam.
"Kali ini, aku tidak akan kehilangan mereka."
•••
Keesokan Harinya
Pagi itu, saat aku berjalan mengitari desa menuju ladang, aku melihat kerumunan orang-orang berkumpul dengan riuh. Jumlah mereka cukup banyak, bahkan beberapa orang baru saja bergabung, membuat tempat itu semakin padat.
Karena tubuhku kecil, aku sulit melihat apa yang terjadi. Aku mencoba bertanya kepada seorang ibu yang berdiri di dekatku.
“Bu, ada apa di sini? Kenapa ramai sekali?”
Dia menoleh dan langsung tersenyum saat melihatku. “Oh, Nak Raka! Kami menemukan sesuatu yang aneh. Ladang yang kemarin terlihat layu dan kurang sehat, sekarang tiba-tiba berubah jadi hamparan hijau yang subur.”
Aku terdiam. Jika itu benar, berarti pupuk yang kami buat berhasil dengan sangat baik. Tapi… secepat ini? Baru semalam kami menyebarkannya, dan efeknya sudah terlihat begitu drastis.
Apakah ini berkat sistem? Mungkinkah kemampuan yang kudapatkan berpengaruh pada hasilnya?
Aku ingin memastikan sendiri, tapi tubuh kecilku tidak cukup kuat untuk menerobos kerumunan orang dewasa. Memutar arah sepertinya pilihan terbaik. Aku mulai mencari jalan lain agar bisa melihat ladang itu lebih jelas.
Saat sedang mencari celah, sebuah sosok besar menghalangiku. Aku mendongak dan langsung mengenali wajahnya, Korgo.
“Raka, sepertinya kamu kesulitan,” katanya sambil tertawa kecil.
Tiba-tiba, tubuhku terangkat ke atas. Korgo mengangkatku dengan mudahnya membuatku bisa melihat ladang dari atas kerumunan.
Dan di situlah aku melihatnya.
Hamparan tanaman hijau terbentang luas. Ladang yang kemarin tampak kurang subur, sekarang berubah menjadi lahan yang penuh kehidupan. Seolah-olah musim panen tiba dalam semalam.
Aku tertegun senang.
Ini… ini bukan sesuatu yang normal. Jika dipikirkan baik-baik, ini seperti sihir.
Orang-orang yang menyadari kehadiranku mulai menoleh. Sejenak suasana hening, sebelum tiba-tiba mereka bersorak menyebut namaku.
“Raka! Raka!”
Aku masih terkejut, tetapi tak bisa menahan senyum.
Dari kejauhan, Kepala Desa memperhatikanku. Ia mengepalkan tangannya, memberi isyarat agar semua orang diam. Dalam sekejap, suasana yang tadinya penuh riuh berubah menjadi sunyi.
Aku menelan ludah. Pengaruhnya luar biasa…
Lalu, Kepala Desa berbicara dengan suara lantang yang memenuhi seluruh ladang.
“Baiklah! Terima kasih telah datang dan melihat sendiri keajaiban ini. Desa kita sedang mengalami perubahan besar. Lahan kita, yang sebelumnya memiliki hasil panen rendah, kini subur dan menjanjikan. Semua ini berkat anak yang telah membantu kita!”
Matanya tertuju padaku.
“Untuk merayakan keberhasilan ini, malam ini kita akan mengadakan pesta besar sebagai bentuk syukur, sekaligus penghormatan bagi anak yang telah memberi harapan baru bagi desa kita!”
Sorakan kembali membahana. Aku menyaksikan semuanya, seperti sebuah kemenangan besar.
Perasaan ini…
Aku tidak ingat kapan terakhir kali merasa sesenang ini.
Membantu desa ini ternyata bukan hal yang buruk. Bahkan, aku merasa bersyukur karena bisa melakukannya untuk mereka.
itu typo ya, seharusnya seperti ini, aku ingin kita semua membangun sebuah desa di bagian sana atau belah sana
typo ya bang?
emosi nya masih belum terasa, itu membuat pembaca belum menghayati dan mengikuti alur secara mendalam. juga pacing nya terlalu cepat, transisi pergantian tempat dan juga suasana masih terlalu tiba-tiba, dari sampai, antri tiket, sampai gudang, dan juga pergantian siang ke malam terlalu tiba-tiba... jadi tambahkan sedikit emosi dibagian awal cerita agar pembaca memiliki kesan pertama yg bagus, juga pacing yang sedikit di perpanjang