NovelToon NovelToon
Pengasuh CEO Cacat

Pengasuh CEO Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Era Pratiwi

Membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan orang yang sangat ia sayangi, membuat seorang Fiorella harus merelakan sebagian kebebasan dalam kehidupannya.
"Pekerjaannya hanya menjadi pengasuh serta menyiapkan semua kebutuhan dari anaknya nyonya ditempat itu, kamu tenang saja. Gajinya sangat cukup untuk kehidupan kamu."
"Pengasuh? Apakah bisa, dengan pendidikan yang aku miliki ini dapat bekerja disana bi?."
"Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan Dio, yang mereka lihat adalah kenerja nyata kita."
Akhirnya, Fio menyetujui ajakan dari bibi nya bekerja. Awalnya, Dio mengira jika yang akan ia asuh adalah anak-anak usia balita ataupun pra sekolah. Namun ternyata, kenyataan pahit yang harus Fio terima.
Seorang pria dewasa, dalam keadaan lumpuh sebagian dari tubuhnya dan memiliki sikap yang begitu tempramental bahkan terkesan arogan. Membuat Fio harus mendapatkan berbagai hinaan serta serangan fisik dari orang yang ia asuh.
Akankah Fio bertahan dengan pekerjaannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Era Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PCC. 17.

Brak!!

Pintu rumah sederhana itu terbuka dengan paksa, terlihat seorang pria dengan wajah sangat dingin sedang menatap seseorang yang berdiri di hadapannya.

Orang tersebut adalah Ferdy, ia mendatangi rumah Fio diwaktu yang masih bisa dibilang pagi. Pria itu merasa tidak terima dengan apa yang telah Fio lakukan pada saat bersamanya, kabur. Itulah yang dilakukan Fio padanya.

"Loh, pak Ferdy?" Kaget Fio yang mendapati dosennya itu masuk ke dalam rumahnya.

"Hhmm, mau kabur lagi?" Nada berucapkan kemarahan.

"Maksud anda?" Perasaan Fio sudah tidak baik-baik saja.

Berjalan perlahan mendekati Fio, Ferdy dengan tatapan tajam itu semakin menampakkan jika ia ingin meluapkan kekecewaannya kepada orang yang kini berada dihadapannya.

Tidak dapat kabur dengan cepat, Fio kini terjebak didalam rumahnya sendiri. Berteriak pun akan terasa percuma saja, karena lingkungan sekitar akan sepi di pagi hari. Semua orang mempunyai aktivitas pada saat itu, dapat dibayangkan jika terjadi sesuatu disana.

"Bapak, bapak mau apa? Kita bicara di luar saja." Fio terus mencoba melangkah, mencari tempat untuk menjauh dari pria itu.

"Heh, untuk apa bicara lagi." Tiba-tiba saja, Ferdy menangkap pergerakan Fio.

"Aaaaa, lepas. Lepas!" Teriak Fio dengan cukup keras.

Dalam gerakan yang cukup cepat, kini Fio berada dalam dekapan Ferdy. Pria itu begitu terobsesi dengan Fio, sudah begitu lama ia memendam perasaan pada mahasiswa nya itu. Dimana ia berpikir, tidak akan ada yang menolak dirinya untuk mendekati.

"Lepas! Anda sudah tidak waras." Maki Fio dengan menahan tangan Ferdy yang terus membuatnya tidak bisa bergerak.

"Tidak akan, kali ini kamu tidak akan aku lepaskan. Sudah cukup lama aku menunggunya, tapi kamu begitu susah untuk aku dapatkan." Ferdy mulai dengan ketidakwarasannya.

Fio terus berusaha melepaskan dekapan itu, berbagai cara ia lakukan. Namun kekuatan pria dan wanita tidaklah sebanding, Fio akhirnya menggigit lengan itu dengan sangat kuat.

"Aakh!" Ferdy melepas dekapannya.

Bertepatan dengan lepasnya dekapan itu, Fio berlari keluar rumah dan ia berusaha mencari tempat yang aman untuk bersembunyi dari ketidakwarasan dosennya.

"Fi!"

Para sahabat datang disaat yang sangat tepat, Fio langsung berlari ke arah mereka dan bersembunyi dibalik tubuh para sahabatnya. Rio, Vivi, Sovia dan Faris pun merasa kebingungan dengan apa yang terjadi, melihat tubuh Fio yang bergetar seperti sedang ketakutan.

"Fi, kamu kenapa?" Sovia berbalik memeluk sahabatnya itu.

"Kayak lagi dikejar guguk ya lu, ketakutan begitu." Faris berceloteh.

Plak!

"Ia dedemit main geplak. Sakit tahu." Muka cemberut Faris kepada Rio yang memukulnya.

"Sudah-sudah, Fi. Kamu kenapa, cerita sama kita." Vivi mengusap bahu Fio.

"Tolongin gue, pak Ferdy sudah tidak waras. Dia, dia masuk ke rumah gue dengan paksa. Gue takut." Kedua mata Fio menatap ke arah rumahnya.

Para sahabat pun mengikuti kemana arah pandangan dari Fio, dan saat itu pula sosok dosen yang menjadi sumber ketakutan Fio itu muncul.

"Wuih, g**la tu dosen. Obsesi nya di luar nalar manusia." Faris melebarkan kedua matanya.

Tanpa aba-aba, Rio mendorong semua sahabat wanitanya untuk masuk ke dalam mobil miliknya. Melihat kedatangan dosen mereka dengan tatapan dingin serta sedikit menyeramkan, membuat Elio berinisiatif mengamankan mereka.

Baik Rio maupun Faris, keduanya sama-sama menghalangi jalan dosennya untuk menjumpai Fio.

"Dimana, Fio?" Ferdy melihat ke arah dua anak didiknya dengan tajam.

"Bapak mau apa? Pagi-pagi sudah bertamu dirumah anak gadis orang, caranya pun tidak sopan." Ketus Rio.

"Jangan ikut campur, jangan halangi saya!" Ferdy mengetahui jika Fio ada didalam mobil dibelakang dua pria itu.

"Jangan ikut campur? Tidak bisa pak, Fio adalah sahabat kami. Apalagi dia wanita, dengan keadaan bapak seperti ini. Kami semakin tidak percaya." Faris membalas tatapan Ferdy dengan caranya yang menantang.

Menghela nafas berat dan memutar kedua bola matanya dengan malas, Ferdy harus menghadapi mahasiswanya yang sudah menahan Fio.

"Jika bapak tidak ada kepentingan lagi, sebaiknya bapak pergi dari sini. Tidak baik, jika kami berteriak maling untuk anda." Rio menekankan ucapannya agar Ferdy segera pergi.

Dengan mengepalkan kedua tangannya, membuat Ferdy harus mengiyakan ucapan dari Rio. Jika tidak, bisa saja ia menjadi bulan bulanan orang untuk dihakimi. Namun, ada sisi ruang didalam kepalanya yang masih ingin menarik Fio dengan paksa dan membawanya.

"Yeh bapak, mau pergi nggak sih. Kalau nggak mau, saya pangilin ni orang-orang buat serang bapak." Faris semakin geram dengan dosennya itu.

Sementara itu, Fio yang berada didalam mobil pun tidak terlepas dari rasa ketakutan yang teramat sangat. Kehadiran dosennya itu secara tiba-tiba, apalagi dengan sikapnya yang seakan-akan memiliki dirinya dengan sangat tidak terpuji itu membekas didalam dirinya.

"Minum dulu Fi, biar tenang." Vivi memberikan sebotol air mineral kepada Fio dan ia meminumnya dengan perlahan serta tangan yang masih bergetar.

"Tenang Fi, pak Ferdy nggak akan ngangguin lagi." Sovia mengusap bahu Fio yang juga ikut bergetar ketakutan.

Atas ucapan dua pria sahabat dari Fio, membuat Ferdy berpikir keras dan mengurangkan niatnya untuk membawa Fio. Ia pun pergi begitu saja dari sana, tanpa ada ucapan permisi ataupun minta maaf.

Mobil mewah itu menjauh dari sana, membuat Fio bisa sedikit bernafas lega. Setidaknya, ia cukup aman untuk saat itu, lalu para sahabatnya itu membawa Fio masuk ke dalam rumahnya. Fio menceritakan bagaimana kehadiran Ferdy yang secara tiba-tiba dirumahnya, tak lupa ia juga menceritakan bagaimana Ferdy mengancamnya dengan menggunakan skripsinya sebagai taruhan.

"G**la benar tu dosen, apa kita harus membuat laporan ke atas buatnya? Kalau dibiarin, kayaknya dia akan terus membuat ulah sama Fio." Vivi tidak habis pikir dengan apa yang ia dengar dari sahabatnya itu.

"Bener tu, apa kita laporin aja." Sovia setuju akan usulan tersebut dan didukung oleh dua pria sahabatnya.

"Jangan! Aku takut, jika skripsi ku semakin menjadi masalah. Apa sebaiknya, aku ambil cuti dulu saja untuk meredakan semuanya." Fio meminta pendapat dari semua sahabatnya.

"Jangan!" Semuanya serentak menjawab bersamaan.

"Jangan lah Fi, enak banget tu dosen bisa berbuat seenaknya dia. Pokonya, kita berjuang sama-sama buat segera out dari sana." Faris menyatakan jika mereka lebih baik segera lulus dari kampus dan bisa fokus untuk lainnya.

"Gue sependapat dengan lu, Atau kalau nggak gini aja. Nanti aku coba buat bicara dengan orangtuaku, siapa tahu mereka bisa bantu untuk bicara dengan orang yang berperan penting dikampus kita. Kan ortu gue geol gitu loh." Rio bergaya seperti seorang komedian.

Semua mata tertuju pada Rio, dan orang yang menjadi pusat perhatian itu menjadi terdiam.

Plak!

"Kenapa nggak bilang dari kemarin-kemarin sih, lu. Kalau gitu kan, Fio nggak mesti jadi incaran tu pak dosen." Faris memukul lengan Rio.

"Bener! Lu diam-diam bae dah, kalau begini kan kita bisa bergerak cepat." Vivi pun tidak ketinggalan memukul kepala Rio perlahan.

"Stop!"

"Setuju si setuju, jangan pakek tangan juga kali. Tenaga kalian kayak algojo lagi gebukin orang." Ringis Rio.

Lalu semuanya tertawa renyah dengan apa yang terjadi, Sovia dan Vivi memeluk Fio agar sahabatnya itu tidak merasa sendirian.

"Terima kasih semuanya." Ucap Fio.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!