Istriku Masih Bocil

Saat ini Siena dan Farid seperti orang yang sedang digrebek. Padahal mereka tidak merasa melakukan kesalahan.

Abi meneliti keadaan CCTV dari jam 1 malam tadi. Karena dari jam tersebut Farid datang. Abu melihat mulai dari CCTV depan rumah sampai ruang tengah, ruang makan, dan dapur. Abi sedikit memejamkan mata tatkala melihat Siena hanya mengenakan handuk kimono. Awalnya abi merasa lega karena tidak ada kejanggalan. Namun di menit berikutnya abi melihat Farid dan Siena bersinggungan Bahkan wajah mereka sangat dekat. Meski keadaan cukup gelap, namun abi dapat melihatnya. Abi juga dapat melihat hidung Farid hampir saja menyentuh hidung Siena.

"Astaghfirullahal 'adzim."

Abi menggelengkan kepala seraya beristighfar.

"Bi.. itu tidak disengaja.Farid bisa menjelaskannya."

"I-iya pak. Itu salah saya. Saya lari ketakutan. Ternyata saya membentur Pak Farid. Pak Farid belum apa-apain saya. Maksud saya tidak mungkin apa-apain saya." Sahut Siena.

Abi menghela nafas panjang.

"Gimana ini, mi?"

"Nikahkan saja, bi! " Jawab ummi dengan entengnya.

"Apa, nikah?"

Pekik Farid dan Siena bersamaan.

"Ummi, ummi jangan bercanda. Masa' hanya karena hal sekecil itu kita harus nikah?"

"I-iya bu. Saya juga masih ingin mengejar impian saya. Mana mungkin saya menikah di usia dini. Lagi pula Pak Farid..... " Siena menghentikan ucapannya. Mana mungkin ia menyinggung mereka perihal ketidaknormalan Farid. Itu pasti akan membuat mereka marah.

"Pak Farid kenapa?"

"Eh tidak-tidak... lagi pula mana mungkin Pak Farid mau menikahi bocil seperti saya. Dan lagi pula saya orang tidak punya. Ia, saya orang miskin." Siena beralasan.

Ummi dan Abi saling bertatapan.

"Kamu bilang ini masalah kecil, Farid? Bagi abi ini masalah besar. Untung semalam tidak ada setan lewat. Kalau iya, kamu bisa bayangkan sendiri, apa yang akan terjadi."

Farid sangat mengerti maksud abinya. Sedangkan Siena masih mencerna perkataan abi Fatan.

"Berapa usiamu?" Tanya ummi kepada Siena.

"Bulan depan baru 18 tahun, Bu."

"seminggu lagi berarti. Jadi kalian akan menikah seminggu lagi, titik!"

"Tidak mungkin!" Sahut Siena.

"Sebagai seorang perempuan yang bermartabat, apa kamu rela disentuh sembarang orang? Apa lagi Farid sudah melihat bagian yang tidak seharusnya ia lihat." Sahut Ummi.

Siena hanya bisa menunduk sambil memainkan jari tangannya.

"Lepas dari mulut singa, masuk kubang buaya." Batinnya.

Siena kabur dari rumah karena ia dipaksa untuk kuliah oleh sang Papi. Namun, Siena tidak ingin kuliah. Otaknya sudah capek menghadapi pelajaran. Siena yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara memang terkenal agak bar-bar. Ia memutuskan kabur dari rumah dan pergi ke Indonesia untuk melanglang buana. Kebetulan dulu ia bersekolah di kejuruan perhotelan. Makanya ia mencari pekerjaan di hotel. Dan beruntungnya ia diterima di hotel Farid atas rekomendasi Niki. Orang tua Siena menetap di Singapur karena melanjutkan usaha orang tuanya. Siena lancar berbahasa Indonesia karena di rumahnya, kedua orang tuanya menerapkan bahasa Indonesia. Meskipun memang Papinya dulu lahir di Singapur.

"Siena, sementara kamu tinggal di rumah kami." Ujar Ummi.

"A-apa? Bagaimana mungkin?"

"Tentu saja mungkin. Agar kamu tidak bisa lari ke mana-mana."

"Dan kamu Farid. Sementara, waktu, kamu tinggal saja di sini. Sampai kalian nanti menikah."

"Ta-tapi.... saya harus memberitahu orang tua saya bu."

"Ah iya. Mana nomer orang tuamu?"

"E... itu... "

"Aduh gimana ini? Mimpi apa aku semalam. Ya Allah... ini pasti gara-gara aku jadi anak durhaka." Batin Siena.

"Kok diam, orang tuamu masih ada kan?"

"M-masih. Handphone saya mati. Nanti kalau sudah hidup saya berikan nomornya."

"Kalau begitu, sekarang kami antar kamu ke tempat kost. Ambil barang-barangmu di sana."

"Ummi, apa keputusan ini tidak bisa di rubah? Jadikan dia masih sangat muda. Dia... "

"Cukup, Farid! Justru kamu harus menjaga kehormatannya. Masalah cita-cita atau keinginannya, kamu nanti sebagai suami yang harus mewujudkannya." Sahut abi.

Sepertinya keputusan mereka sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. Farid hanya bisa pasrah.

Ummi dan abi benar-benar mengantarkan Siena ke tempat kost-nya untuk mengambil barang-barang. Sementara motor Siena masih berasa di rumah Farid. Ummi tidak mau calon menantunya itu kabur. Dari awal melihat Siena, Ummi melihat ada sesuatu yang berbeda. Meski gadis itu tidak memakai jilbab, namun ummi meyakini sesuatu dari dalam dirinya. Ummi juga melihat Farid ada ketertarikan kepadanya. Kalau tidak, mana mungkin putranya itu bela-belain membawa Siena ke rumahnya. Itu sangat mustahil. Karena ummi tahu betul watak putranya. Ummi dan abi berharap semoga keputusannya kali ini tepat.

Ummi dan abi membawa Siena pulang ke rumahnya.

"Siena, kamu tenang saja. Di rumah ada anak bungsu kami yang seumuran dengan kamu. Jadi nanti kamu bisa berteman dengannya."

Siena hanya bisa mengangguk patuh. Ja yang biasanya suka protes, kini hanya bisa tunduk. Yang ada di pikirannya adalah reaksi kedua orang tuanya nanti. Ia ingin sekali loncat dari mobil itu, tapi ia juga berpikir bagaimana kalau jatuh dan lebih parah konsekwensinya. Dan ia juga berpikir orang tua Farid pasti bisa menemukannya. Karena sepertinya mereka memang bukan orang sembarangan.

Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah. Siena sudah membayangkan jika rumah orang tua Farid itu pasti lebih besar dari rumah Farid. Dan dugaannya sangat tepat. Mereka pun turun dari mobil. Ummi meminta tolong bibi untuk membawa barang Siena masuk.

"Bi' tolong bawa non Siena ke kamar tamu ya."

"Baik, bu."

"Bi', biar saya bawa sendiri."

"Nggak pa-pa, non."

Siena masuk ke kamar tamu.

"Siena, kalau mau minta tolong panggil saja bibi' ini ya. Namanya bi' Siti. Anakku yang bontot mungkin sudah berangkat ke kampus. Nanti akan aku kenalkan kamu dengannya."

"B-baik, bu."

Siena sedang memikirkan cara untuk membatalkan pernikahan ini. Sepertinya ua harus membuat orang tua Farid ilfeel kepadanya.

"Ah... sial. Mami, Papi... tolong aku. Ah iya, mungkin setelah aku memberitahu mereka, mereka pasti tidak rela aku menikah dengan bujang tua."

Sementara di rumah Farid, saat ini ia sedang bingung. Antara senang dan ragu. Namun keputusan orang tuanya sudah tidak bisa ditawar lagi. Apa lagi jika dia mengadukan kepada Opanya. Pasti Opanya akan melakukan hal yang sama.

Di luar pagar ada dua orang yang sedang mengintai rumah Farid. Dia orang tersebut adalah orang suruhan orang tua Siena. Mereka melihat motor Siena ada di halaman rumah itu. Mereka yakin Siena masih ada di dalam.

Farid keluar dari rumah tepat jam 10. Hari ini ia akan pergi ke restorannya. Sang pengintai memutuskan untuk mengikuti mobil Farid. Mereka mengira pasti Siena dibawa mobil itu lagi.

Bersambung...

...****************...