NovelToon NovelToon
Mr. Ibram

Mr. Ibram

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Hidup sebatang kara, dikhianati oleh keluarganya, bahkan diusir dari rumah peninggalan orang tua oleh sang tante, membuat Ayuna Ramadhani terpaksa harus bekerja keras untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin di tengah kesibukkannya kuliah. Ditambah pengkhianatan sang pacar, membuat Ayuna semakin terpuruk.
Namun titik rendahnya inilah yang membuat ia bertemu dengan seorang pengusaha muda, Mr. Ibram, yang baik hati namun memiliki trauma terhadap kisah cinta. Bagaimana kelanjutan kisah Ayuna dan Mr. Ibram, mungkinkah kebahagiaan singgah dalam kehidupan Ayuna?
Selamat membaca
like like yang banyak ya teman-teman
terimakasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART-TIME

Rutinitas Ayuna sekarang lumayan padat, kuliah di semester 6 dengan deadline seminar proposal, belum lagi tugas makalah, ditambah sekarang menjadi tutor privat tidak hanya satu siswa melainkan 5 siswa sekaligus. Cara mengajar Ayuna yang santai dan mudah dipahami, membuatnya dipromosikan pada teman Joyce, alhasil seminggu full menjadi privat setelah ashar.

 24 jam rasanya kurang. Pulang jam 9 malam, tubuh Ayuna seperti ayam geprek saja. Waktu pacaran juga terbatas, karena weekend pun masih ada jadwal les. Menjadi tutor anak Chindo memang luar biasa honornya, mereka mematok harga di atas pasaran, namun dibutuhkan tutor yang cakap memang.

Pernah saat sesi belajar, salah satu anak privat Ayuna bercerita, memberikan testimoni selama pengajaran, dan itu di hari pertama. Istilahnya sebagai kesan pertama dan dapat digunakan sebagai refleksi untuk seorang tutor. Ada yang langsung diputus hari itu juga, ada yang bertahan seminggu, bersyukur Ayuna bisa bertahan hingga 3 bulan, dan pundi-pundi tabungannya pun bertambah.

Marah dan kecewa atas takdir beberapa bulan lalu sudah tak pernah dipikirkan lagi, buang-buang energi saja, toh keluarga besarnya juga sudah lupa kalau punya keponakan bernama Ayuna.

Soal Arfan, ia masih menghubungi Ayuna, menanyakan kabar dan beberapa kali ke kos mengantar makanan. Sang sepupu sudah ujian skripsi, tinggal menunggu wisuda saja.

"Dari Rajendra!" ucap Ersa nyelonong masuk ke kamar saat Ayuna sedang membuat bahan presentasi besok. Sebuah paperbag berisi paket ayam crispy, kentang goreng serta minuman soda.

"Kok dia gak kabarin?" buru-buru Ayuna mengecek ponsel, ternyata ponsel mati, pantas saja tak ada kabar dari Rajendra. "Makasih, yuk makan, Sa!"

"Lu sibuk banget, Ay?" tanya Ersa sedikit prihatin dengan kondisi Ayuna yang memang terlihat sangat capek.

Ayuna mengangguk sembari menggigit potongan ayam crispy. "Les-les an lagi ramai, sayang kalau gak diambil."

"Butuh uang banget? Minta Rajendra kan bisa, Ay."

Ayuna berhenti mengunyah, mengamati Ersa sebentar. Meski mereka bersahabat, tapi pola pikir keduanya berbeda. Ersa berasal dari keluarga menengah, uang sakunya terbatas, sehingga untuk jajan memang ditanggung oleh sang kekasih.

Berbeda dengan Ayuna, ia tak mau menerima bantuan dari Rajendra, saat kencan pun sebisa mungkin, traktir makan bayarnya gantian. Ayuna memegang prinsip yang pernah dikatakan oleh sang ayah, jangan pernah bergantung pada seseorang kecuali kedua orang tuamu, lebih baik memberi daripada menerima uluran tangan dari orang lain. Pun saat Ayuna hidup sengsara, prinsip itu masih ia pegang. Ia lebih rela badannya capek setengah mati agar hidup di kaki sendiri.

"Enakan uang kita sendiri kali, lagian Rajendra belum jadi suami, kasihan kalau uang jajannya dibagi sama gue!"

"Perempuan limited edition emang lu, Ay. Mana ada cewek yang menolak pemberian pacar."

Ayuna hanya tersenyum, "Gak menolak semua, buktinya dikirimi ayam crispy juga gue makan."

"Makan deh, lapar banget kayaknya. Kapan terakhir lu makan?"

Ayuna berpikir sejenak, "Sarapan di kantin sama lu kayaknya."

"Sinting lu!" kesal Ersa pada sang sahabat yang sering melewatkan makan. "Hemat juga gak kayak gitu kali, Ay. Kalau lu sering skip makan, bisa kena asam lambung, malah bikin kamu gak bisa kerja."

"Iya, meski gue sering skip makan besar, tapi gue ganjal perut pakai roti dan jus buah kok."

Ersa mengangguk, ia pun merebahkan dirinya ke kasur. "Tadi Rajendra ke sini dua kali kalau gak salah, Ay. Selepas ashar sama barusan kasih ayam. Dia hubungi lu katanya gak bisa, gue juga gak tau kalau lu udah datang."

"Iya ponsel gue mati belum sempat ngecas. Dia titip pesan apa?"

"Tolong ingatkan Ayuna makan."

Ayuna tersenyum, kemudian menghidupkan ponselnya. Segera menghubungi sang kekasih.

"Hai!" ucap Ayuna dengan tersenyum. Wajah Rajendra juga sumringah melihat pujaan hatinya terlihat sehat.

"Kangen sayang!" balas Rajendra. "Nikah yuk, Ay. Ketemu kamu kok sulit banget, mengalahkan mahasiswa kedokteran saja. Hampir tiap hari kirim makanan yang nerima Ersa, bisa-bisa cinlok sama Ersa aku."

"Dih, najis!" ucap Ersa tak suka, Rajendra dan Ayuna pun tertawa mendengarnya. Obrolan ala pacaran anak muda pun mengalir begitu saja, keduanya saling bercerita kegiatan masing-masing, keluh kesah menjalani aktivitas serta sesi ghibah pada orang tertentu yang mereka temui saat di kampus.

"Apa yang kamu rasakan selama tiga bulan berjuang begini, Ay?" tanya Rajendra penasaran, tak menyangka saja gadis manis yang anteng harus berubah wujud layaknya petarung sejati.

"Luar biasa, di usia tepat berkepala 2 sudah merasakan roller coaster kehidupan, tentu gak mudah, tapi aku bisa melewati hingga detik ini. Bersyukurnya ditambah, Ndra."

"Sekarang kamu sedang merasakan jungkir baliknya kehidupan, tapi nanti saat kamu menjadi istriku, mahkota tuan putri yang sempat lepas akan aku pasangkan kembali."

Ayuna tersenyum, bahkan sebulir air mata tiba-tiba terasa di pipi, yah meskipun dia ngotot hidup mandiri, tetap saja kehadiran Rajendra menjadi salah satu obat pelipur lara. Perhatian dan kalimat romantis ini lah yang bisa menghibur dunia tangis Ayuna.

"Tetap seperti ini sampai kapan pun ya, Ndra. Hatiku belum sembuh benar, dan hanya kamu yang tahu bagaimana hancurnya hatiku sekarang."

"Pasti! Sudah kenyang kan?"

Ayuna mengangguk, "Besok aku jemput, gak boleh nolak, mumpung jadwal kuliahku agak siang!"

"Iya," Ayuna pun setuju, ia tak mau bersikap tak peduli dengan perhatian Rajendra. Dalam sebuah hubungan tentu ada timbal balik, jangan sampai merasa terlalu mencintai sehingga bertepuk sebelah tangan.

Ayuna mengalah, meski besok ia ada jadwa les privat, biarlah untuk sehari saja ia naik ojol. Ayuna harus menghargai usaha Rajendra yang begitu manis. Ia pun ingin memeluk sang kekasih, setidaknya hanya dekat dengan orang yang paling ia sayang, bisa meringankan rasa capek. Benar bukan?

Jangan keceplosan akan kedekatan kita.

Gue menganggap lo hanya sebatas teman curhat sembari menunggu kedatangan Ayuna.

Kalau kita terlalu dekat, kita sangat jahat pada Ayuna.

Rajendra menatap pesan itu dengan menghela nafas berat. Sebagai seorang laki-laki sangat butuh dukungan dari sang pacar untuk melepas lelahnya kuliah. Namun belakangan, Rajendra tak mendapat perhatian dari Ayuna, sangat berkurang. Dalam hati kecil selalu berusaha memaklumi kondisi Ayuna sekarang, tapi di sisi lain kesal juga.

Rasa lelah dari kampus, mencoba menemui Ayuna di kampus, malah buru-buru pergi. Chat dan telepon sangat terbatas, di chat kapan balasnya kapan. Ponsel juga sering mati, karena Ayuna sering lupa nge-charge. Ribet, tapi Rajendra masih sayang dengan gadis itu.

Ingin protes tapi maju mundur, khawatir melukai perasaan Ayuna. Kondisi sang kekasih masih belum baik, Rajendra juga tak mau egois. Ah menjengkelkan memang.

1
Lestari Setiasih
bagus ceritanya
Rian Moontero
qu mampir kak authoor,,semangat up yach💪💪🤩🤸🤸
Lel: terimakasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!