NovelToon NovelToon
Meant To Be

Meant To Be

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Beda Usia / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

El Gracia Jovanka memang terkenal gila. Di usianya yang masih terbilang muda, ia sudah melanglang buana di dunia malam. Banyak kelab telah dia datangi, untuk sekadar unjuk gigi—meliukkan badan di dance floor demi mendapat applause dari para pengunjung lain.

Moto hidupnya adalah 'I want it, I get it' yang mana hal tersebut membuatnya kerap kali nekat melakukan banyak hal demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan sejauh ini, dia belum pernah gagal.

Lalu, apa jadinya jika dia tiba-tiba menginginkan Azerya Karelino Gautama, yang hatinya masih tertinggal di masa lalu untuk menjadi pacarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Love He Never Forgot

...Bagian 5:...

...The Love He Never Forgot...

...💫💫💫💫💫...

"Om," Jovanka menoleh pada pria tampan di seberangnya, menatap penuh putus asa. "Om nggak kesel lihat istri Om ditaksir sama cowok lain?"

Pria yang dipanggilnya om itu tampak menarik napas begitu berat sebelum menjawab, "Pertama, jangan panggil saya Om, I'm just one year older than Karel so we're basically the same age. Kedua, soal perasaan Karel ke istri saya itu di luar kendali saya. Karel yang punya tanggung jawab atas perasaannya sendiri, dan as long as dia nggak berusaha buat jadi pebinor dalam rumah tangga kami, maka saya nggak akan mempermasalahkan apa pun."

Jawaban itu bukanlah apa yang ingin Jovanka dengar, jadi dia berdecak sebal. Suara decakan itu lolos begitu saja dari bibirnya yang mengerucut, mencerminkan kekesalan yang sudah mengendap sejak dia memulai percakapan ini. Dia memang tidak pernah menjalin pertemanan yang erat dengan manusia mana pun. Sejak SD, semua teman yang datang padanya selalu memiliki tujuan tertentu, menimbang benefit apa yang bisa mereka dapatkan atau tidak usah berteman sama sekali. Transaksional. Kalkulatif. Penuh perhitungan untung rugi yang bahkan anak SD pun sudah pandai melakukannya.

Jadi, penuturan pria dewasa yang hidungnya menjulang tinggi bak perosotan itu sama sekali tidak masuk dalam logikanya. Tidak ada yang bisa dia pahami dari sikap Gavin yang terlampau legowo, terlampau santai, seolah-olah tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam pernikahan yang dia jalani.

Bukan hanya membiarkan lelaki lain mencintai istrinya, pria itu juga tidak keberatan untuk berbagi anak. Merelakan putri cantiknya yang menggemaskan memanggil laki-laki lain dengan sebutan ayah, padahal katanya seorang putri adalah yang paling istimewa untuk para ayah di dunia. Jovanka pernah membaca itu di internet, pernah melihat sendiri bagaimana para ayah menitikkan air mata bahagia ketika putri mereka lahir ke dunia. Dan di sini, Gavin dengan entengnya membiarkan Karel mengambil sebagian peran itu tanpa protes sedikit pun.

"Kalau tiba-tiba istri Om naksir balik sama Azerya, gimana?" tanyanya lagi. Berharap di antara satu dari sekian banyak umpan yang dia lemparkan, berhasil memancing Gavin untuk menunjukkan keengganan. Mustahil sekali pria itu tidak memiliki rasa cemburu. Mungkin dia hanya terlalu pandai menutupinya. Mungkin di balik senyum tenang dan nada bicara yang kalem itu, tersimpan amarah yang siap meledak kapan saja.

Jovanka menunggu dengan sabar, matanya menyipit menatap Gavin, mengamati setiap perubahan ekspresi sekecil apa pun yang mungkin muncul di wajah tampan itu.

Namun, harapan Jovanka buyar sia-sia sewaktu Gavin malah tersenyum tulus alih-alih terpancing omongannya. Senyum yang benar-benar tulus, bukan yang dibuat-buat atau dipaksakan. Senyum yang justru membuat Jovanka semakin frustrasi karena tidak menemukan celah yang dia cari.

"Kalau mau, udah dari dulu mereka pacaran," katanya. Kepalanya menoleh, memeriksa keberadaan istri dan anaknya yang sedang dikuasai oleh Karel di salah satu meja di sisi lain kafe. Tatapannya lembut, penuh kasih sayang.

Jovanka ikutan menoleh. Di seberang sana, ketiganya sedang mengobrol dan berbagi tawa. Eliana, si gadis kecil kesayangan Karel, tampak asyik menyuapkan es krim vanila ke dalam mulutnya. Sesekali es krim itu meleber ke sudut bibirnya, meninggalkan jejak putih yang mencolok di kulit mulusnya. Karel akan dengan sigap mengusap jejak yang tertinggal di sudut-sudut bibirnya menggunakan tisu, gerakan tangannya begitu lembut dan penuh perhatian, seolah sedang menangani barang paling berharga di dunia.

Sementara Kalea hanya memperhatikan semuanya dengan senyum yang tak lepas membingkai wajah ayunya. Senyum yang hangat, yang membuat matanya berbinar bahagia melihat putrinya diperhatikan dengan penuh kasih sayang seperti itu. Pemandangan yang begitu harmonis.

Terlalu harmonis sampai Jovanka merasa ada yang hendak meledak di dalam dirinya.

"Lagi pula, sekarang ini, lebih daripada perasaan suka antara laki-laki kepada perempuan, saya menemukan Karel mencintai istri dan anak saya seperti keluarga."

"Om ini terlalu polos atau emang sengaja tutup mata?"

Gavin kembali menatap Jovanka, pangkal-pangkal alisnya nyaris menyatu. Ekspresi wajahnya berubah, tidak lagi sesantai sebelumnya. Ada sedikit ketegasan yang muncul di sana, pertanda bahwa pertanyaan Jovanka kali ini agak mengusik ketenangannya.

"Dengan interaksi yang seintens itu, Om pikir nggak akan mungkin buat mereka saling jatuh cinta?"

Tanpa diduga, Gavin malah tertawa pelan. Tawanya terdengar seperti orang yang baru saja mendengar lelucon yang cukup menghibur. Bukan tawa mengejek, tapi tawa yang penuh pengertian. Sekarang gantian Jovanka yang menautkan alis kebingungan. Dia tidak mengerti apa yang lucu dari pertanyaannya yang sangat serius itu.

"Saya tahu kamu udah se-desperate itu buat dapetin hatinya Karel, tapi bukan berarti kamu harus menggiring opini seperti itu, Gracia."

"Jovanka, please call me Jovanka." Koreksinya keluar dengan nada yang lebih tinggi daripada seharusnya, mencerminkan ketidaksukaan secara terang-terangan.

"Kamu selalu panggil Karel dengan sebutan Azerya walaupun dia nggak suka, kamu juga tetap panggil saya Om padahal saya belum setua itu, terus kenapa sekarang protes sewaktu saya panggil kamu Gracia?"

Oh, Tuhan, pria ini juga tidak kalah menyebalkan! Jovanka merasakan darahnya naik ke kepala, wajahnya memanas menahan jengkel. Logikanya yang sudah kusut, sekarang tambah berantakan. Gavin berhasil membalikkan keadaan dengan argumen yang—sayangnya—cukup masuk akal.

Mungkin memang sebaiknya Jovanka tidak membagi keresahannya pada siapa pun. Pria tampan bak dewa Yunani ini juga sepertinya tidak akan pernah berada di pihaknya. Tidak akan pernah memberikan validasi yang dia cari, tidak akan pernah mengatakan bahwa kekhawatirannya itu wajar dan beralasan. Maka, daripada terus makan hati dan membuang-buang energi untuk percakapan yang tidak produktif ini, Jovanka memilih menaikkan kedua kakinya ke atas sofa, duduk miring menghadap jendela kaca. Posisi defensif yang tanpa sadar dia ambil untuk melindungi dirinya dari kenyataan yang tidak ingin dia terima.

"Karel nolak kamu bukan karena dia masih menyukai Kalea."

"Terus karena apa?" Di titik ini, Jovanka sudah mulai kehilangan minat. Suaranya terdengar datar, tanpa semangat. Dia menopangkan kepala di sandaran sofa, memeluk kedua lututnya erat-erat, menatap nanar derasnya air hujan yang seolah enggan berhenti dan membiarkannya pulang.

Air hujan yang membasahi jendela kaca itu bergerak dalam aliran-aliran kecil yang tidak beraturan, seperti air matanya yang kerap meluncur tanpa permisi.

"Nggak tahu, itu tugas kamu buat cari tahu, bukan sekadar menerka-nerka."

Jovanka mendesah pelan, putus asa. Helaan napasnya yang panjang terdengar berat, membawa serta semua beban yang dia pikul sendirian. Coba katakan kepadanya bagaimana cara mencari tahu jika Karel sendiri enggan untuk membuka pintu hatinya? Bagaimana caranya Jovanka menilik lebih jauh ke dalam hati Karel, kalau untuk mengintip saja dia tidak bisa? Karel sudah menutup dirinya rapat-rapat, membangun tembok yang begitu tinggi sampai Jovanka tidak tahu harus memanjatnya dari mana. Setiap upaya yang dia lakukan selalu berakhir dengan penolakan. Setiap harapan yang dia bangun selalu hancur sebelum sempat tumbuh lebih besar.

Kepada derasnya air hujan siang itu, Jovanka melemparkan banyak sekali tanda tanya. Pertanyaan-pertanyaan yang mengambang di udara tanpa jawaban, menggantung di antara suara gemericik air dan dentuman petir di kejauhan. Hanya untuk membuat kepalanya semakin pusing karena tidak satu pun jawaban dia dapatkan dari sana. Hujan tetap turun tanpa peduli, dunia tetap berputar tanpa peduli, dan dia tetap di sini, terjebak dalam perasaan yang tidak terbalas dengan tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Bersambung....

1
Zenun
Emak ama baba nya mah nyantuy🤭
Zenun
Udah mulai buka apartemen, nanti buka hati😁
Zenun
Kamu banyak takutnya Karel, mungkin Jovanka mah udah berserah diri😁
Zenun
asam lambungnya kumat
Zenun
Mingkin Jovanka pingsan di dalam
Zenun
Ayah harus minta maaf sama penyihir🤭
Zenun
Ntar kalo Elliana gede, kamu nikahin lagi
nowitsrain: Takut bgtttt
total 3 replies
Zenun
laaa.. kan ada babe Gavin😁
nowitsrain: Ya gapapa
total 1 replies
Zenun
iya betul Rel, harusnya dia anu ya
Zenun
dirimu minta maaf, malah tambah ngambek😁
Zenun
kayanya lebih ke arah ini😁
nowitsrain: Ssssttt tidak boleh suudzon
total 1 replies
Zenun
Coba jangan dipadamin, biar nanti berkobar api asmara
nowitsrain: Gosong, gosong deh tuh semua
total 1 replies
Zenun
Kan ada kamu, Karel🤭
nowitsrain: Harusnya ditinggal aja ya tuh si nakal
total 1 replies
Zenun
iya tu, tanggung jawab laaa
nowitsrain: Karel be like: coy, ini namanya pura-pura coy
total 1 replies
Zenun
Taklukin anaknya dulu coba😁
nowitsrain: Anaknya Masya Allah begitu 😌😌
total 1 replies
Zenun
Minimal move dulu, Karel🤭
nowitsrain: Udah move on tauu
total 1 replies
Zenun
kau harus menyiapkan seribu satu cara, kalau emang mau lanjut ama perasaan itu
nowitsrain: Awww ide bagussss
total 3 replies
Zenun
Dia santuy begitu karena Gavin sama kaya Karel, belum kelar sama masa lalu🏃‍♀️🏃‍♀️
nowitsrain: Stttt 🤫🤫
total 1 replies
Zenun
Kalo diramahin nanti kebawa perasaan😁
nowitsrain: 😌😌😌😌😌
total 1 replies
Zenun
Minta pijit Kalea enak kali ya
Zenun: hehehe
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!