NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Tubuh Istri Terabaikan

Transmigrasi Ke Tubuh Istri Terabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: eka zeya257

Emma tak pernah menyangka akan mengalami transmigrasi dan terjebak dalam tubuh istri yang tak diinginkan. Pernikahannya dengan Sergey hanya berlandaskan bisnis, hubungan mereka terasa dingin dan hampa.

Tak ingin terus terpuruk, Emma memutuskan untuk menjalani hidupnya sendiri tanpa berharap pada suaminya. Namun, saat ia mulai bersinar dan menarik perhatian banyak orang, Sergey justru mulai terusik.

Apakah Emma akan memilih bertahan atau melangkah pergi dari pernikahan tanpa cinta ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Begitu pintu tertutup di belakang Eleanor, Sergey langsung menoleh ke arah Aria dengan tatapan marah. Rahangnya mengeras, matanya menyala penuh emosi yang ia tahan sejak tadi.

"Apa yang barusan kamu lakukan, Aria?" bentaknya tajam.

Aria terlonjak sedikit di kursinya, tidak menyangka Sergey akan bereaksi seperti itu.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya," jawabnya defensif, meski suaranya sedikit bergetar.

Sergey menggebrak meja dengan keras, membuat beberapa dokumen berserakan ke lantai.

"Sebenarnya?! kamu pikir dengan mengucapkan omong kosong itu di depan Eleanor, semuanya akan jadi lebih baik? kamu baru saja menghancurkan kepercayaannya padaku!" hardik Sergey, wajahnya merah padam.

Aria menatapnya dengan wajah terkejut. "Aku tidak bermaksud..."

"Tidak bermaksud?" Sergey tertawa sinis, tapi tidak ada sedikit pun humor di dalamnya. "Kamu tahu persis apa yang kamu lakukan. Kamu ingin Eleanor berpikir ada sesuatu di antara kita, padahal tidak ada!"

Aria membuka mulutnya untuk membela diri, tapi Sergey mengangkat tangannya, menghentikan wanita itu berkata.

"Aku sudah cukup mendengar. Aku tidak peduli apa alasanmu, tapi yang jelas sekarang istriku pergi dengan pemikiran bahwa aku mengkhianatinya. Dan itu semua karena kamu!"

Aria menggigit bibirnya, tidak mampu membalas. Untuk pertama kalinya, ia melihat Sergey benar-benar marah bukan sekadar kesal, tapi kecewa dan putus asa.

Sergey mengusap wajahnya dengan frustrasi, lalu berjalan mondar-mandir di ruangan itu.

"Bagaimana aku bisa membuat Eleanor percaya lagi padaku?" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. "Dia sudah cukup terluka... dan sekarang kamu justru membuat semuanya semakin buruk."

Aria menatapnya dengan ekspresi sulit dibaca, tapi ia tahu satu hal Sergey tidak lagi memedulikannya. Fokus pria itu hanya satu sekarang bagaimana mendapatkan kembali kepercayaan Eleanor.

"Sergey, kamu tidak mencintainya! untuk apa kamu memikirkan cara mendapatkan kepercayaannya?" tanya Aria spontan.

Sergey berhenti berjalan. Ia menoleh perlahan ke arah Aria, matanya penuh dengan kemarahan yang kini bercampur dengan ketidakpercayaan.

"Kamu tidak berhak mengatakan itu," suaranya terdengar lebih rendah, tapi justru lebih mengancam.

Aria menelan ludah, tapi ia tetap mencoba bertahan. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku tahu kamu, Sergey. Aku tahu bagaimana perasaanmu yang sesungguhnya!"

Sergey menggeleng, lalu mendekat ke meja dan menatap Aria tajam. "Tidak, Aria. Yang kamu tahu hanyalah apa yang kamu ingin percayai." Ia mendekat sedikit lagi, suaranya semakin dingin. "Eleanor adalah istriku. Aku memilihnya. Dan sekarang, berkat kamu, dia berpikir aku mengkhianatinya."

Aria terdiam.

Sergey menghela napas kasar, kemudian melangkah menuju pintu tanpa melihatnya lagi. "Aku tidak punya waktu untuk membahas ini dengan kamu. Aku harus mencari Eleanor."

Tepat saat pintu terbuka, suara Aria kembali terdengar. "Apa aku benar-benar tidak berarti lagi untukmu?"

"Iya, semua sudah selesai sejak kamu memilih meninggalkan dan mengkhianatiku, Aria." Jawab Sergey tanpa menoleh lagi pada wanita itu.

***

Eleanor berjalan cepat begitu keluar dari lift, ia sangat muak berada di perusahan itu. Ia membuka pintu mobil, lalu memasang sabuk pengaman dan segera meninggalkan area parkir.

Sergey berlari keluar dari gedung dengan napas memburu. Matanya langsung mencari sosok Eleanor, dan begitu melihat mobil istrinya mulai keluar dari area parkir, ia tanpa ragu berteriak.

"Eleanor!"

Suara Sergey menggema di udara, penuh dengan keputusasaan dan ketakutan. Ia terus berlari ke arah mobil itu, tangannya terangkat seolah berharap bisa menghentikannya dengan paksa.

"Eleanor, tolong berhenti! dengarkan penjelasanku dulu!"

Namun, Eleanor tidak memberi tanda-tanda akan menghentikan mobilnya. Ia tetap melaju lurus, seolah tak mendengar teriakan Sergey.

Sergey mengepalkan tangannya dengan frustrasi. "Sial!" geramnya, matanya tetap terpaku pada mobil Eleanor yang semakin menjauh.

Ia merasa dadanya begitu sesak. Eleanor benar-benar pergi. Dan kali ini, ia tidak tahu apakah wanita itu mau mendengarkan penjelasannya nanti di rumah atau tidak.

Sinar matahari sudah menghilang di gantikan oleh malam yang gelap gulita, Eleanor baru saja keluar dari kafe setelah mengisi perutnya.

Ia kembali menjalankan mobilnya menuju rumah, sebelum itu ia melipir di tepi jembatan dan keluar dari mobil. Ia berjalan menuju pagar pembatas dan mengeluarkan rokok serta korek api.

Eleanor menghembuskan asap rokoknya ke udara, matanya tetap menatap lurus ke aliran sungai yang tampak tenang di bawah sana.

Jemarinya yang menggenggam pagar pembatas sedikit mengerat, seolah mencoba mencari pijakan di tengah pikirannya yang kacau.

Ia mendengus kecil sebelum berbicara, seakan menertawakan dirinya sendiri. "Dasar bodoh… kenapa perasaan ini masih tersisa?"

Ia menggelengkan kepala dengan kesal, melepaskan satu tarikan napas panjang. "Seharusnya aku sudah berhenti peduli. Seharusnya aku bisa pergi tanpa melihat ke belakang, tapi tidak… tubuh ini, hati ini, masih saja berharap. Betapa menyedihkannya aku."

Eleanor mengigit bibirnya, semua ucapan itu ia tunjukan untuk Eleanor yang asli.

Rasa benci yang muncul bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri. Ia menginginkan kemarahan murni, kebencian yang sempurna, sesuatu yang bisa membuatnya benar-benar melepaskan Sergey tanpa ragu.

Namun, perasaan itu masih tersisa.

Ia mendesah keras, lalu membuang rokoknya ke tanah dan menginjaknya hingga padam.

"Kamu sangat menyedihkan, Eleanor," bisiknya lirih.

Eleanor baru saja membuka pintu mobilnya ketika suara deru motor memenuhi udara. Ia menoleh dan melihat lima motor berhenti tidak jauh darinya. Lampu kendaraan mereka menyala terang, menerangi gelapnya malam di tepi jembatan.

Kelima pria itu turun dengan gerakan santai, masing-masing membawa senjata tajam ada yang menggenggam pisau lipat, ada pula yang memainkan batang besi di tangannya.

Salah satu dari mereka, pria bertubuh tinggi dengan jaket kulit robek, menyeringai.

"Sendirian, Nona? malam begini berbahaya, loh." Ujar pria itu santai.

Yang lain tertawa rendah, sementara seorang di antaranya melangkah lebih dekat.

"Gimana kalau kita temenin? dijamin seru," katanya sambil menatap Eleanor dengan tatapan menjijikkan.

Eleanor tidak bereaksi. Ia hanya menatap mereka dengan ekspresi datar, tetapi matanya menyala dengan api kemarahan yang sejak tadi ia tekan.

Pria yang mendekat mencoba menyentuh dagunya, namun secepat kilat, Eleanor menangkap pergelangan tangannya dan memutarnya ke belakang dengan kasar.

"AARRGH!" pria itu berteriak kesakitan.

Tanpa ragu, Eleanor melepaskan satu pukulan keras ke rahangnya, membuatnya terhuyung ke belakang dan jatuh tersungkur ke aspal.

Keheningan sejenak meliputi mereka sebelum salah satu dari geng itu mengumpat.

"Bajingan! berani kamu meremehkan kami!" umpat mereka bersaman.

Pria lain langsung mengayunkan batang besinya ke arah Eleanor, tapi ia dengan cekatan menghindar, lalu menendang perut pria itu hingga ia terjatuh.

"Dasar jalang!" salah satu pria menghunus pisaunya dan menyerang dengan gerakan cepat.

Eleanor berhasil menepis serangannya, tetapi goresan tipis tetap mengenai lengan bajunya hingga membuat lengannya berdarah.

Ia menyeringai, bukan karena takut, tetapi karena ini adalah satu-satunya hal yang bisa benar-benar mengalihkan pikirannya dari semua kejadian melelahkan hari ini.

"Ayo," katanya dengan nada meremehkan. "Sudah lama aku merindukan perkelahian seperti ini."

Pria-pria itu menggeram marah, dan dalam sekejap, perkelahian benar-benar pecah di tepi jembatan.

1
Kim nara
Lea selalu Keren y thor
Zee✨: Hooh, harus dong hehe
total 1 replies
Murni Dewita
double up thor
Zee✨: Bsk yak kalo senggang hehe
total 1 replies
Murni Dewita
💪💪💪💪lea
Murni Dewita
👣
Dsy_Sagitariuzz
mantap lea👍🤣
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
dilepaskan dengan cara di DORR
Zee✨: biar nggak jadi beban mulu kak🤣
total 1 replies
Kim nara
Sargey tuh sebenar nya cinta ga sih thor sama lea ak tak paham sama si sargey
Zee✨: oke, nanti yak aku bikin dulu 😉
Kim nara: Iya Pov sargey thor sebenar nya dia cinta apa ga ama si lea
total 3 replies
rachma yunita
emang ada apa antara Sergey dan Nikolay?
Zee✨: ada masalah hoho
total 1 replies
🍏A↪(Jabar)📍
next
Wahyuningsih
Menyeblkn sekli aria, thor buat buat aria menderta biar nyakho dia n buat noah jga sma2 mendrita d t nggu upnya kmbli thor yg buanyk n hrs tiap hri sellu jga keshtn seeeeeeemaaaangaaaaaaaaaaat
thor 😄😄😄😄😄😄
Dsy_Sagitariuzz
naoaaaaaah kau dlm bhy 😎
Dsy_Sagitariuzz
suruhan siapa tuch🤔
Zee✨: siapa ya??? masih misteri wkwk
total 1 replies
Kim nara
Keren Lea keren
ika yanti naibaho
Luar biasa
Cahaya yani
hadur othor mmbawa kopi utkmu,.
Zee✨: selamat datang kakak🥰🥰
total 1 replies
Aretha Shanum
ko lama bngt kpn pisahnya, jadi bosen alurnya
Kim nara
Lea kamu keren love u lea😘😘😘
Dsy_Sagitariuzz
ajak cerai aja lea 🤭
Dsy_Sagitariuzz
terlalu banyak rahasia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!