NovelToon NovelToon
Chaotic Destiny

Chaotic Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Perperangan / Light Novel
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kyukasho

Ratusan tahun lalu, umat manusia hampir punah dalam peperangan dahsyat melawan makhluk asing yang disebut Invader—penghancur dunia yang datang dari langit dengan satu tujuan: merebut Bumi.

Dalam kegelapan itu, lahirlah para High Human, manusia terpilih yang diinkarnasi oleh para dewa, diberikan kekuatan luar biasa untuk melawan ancaman tersebut. Namun kekuatan itu bukan tanpa risiko, dan perang abadi itu terus bergulir di balik bayang-bayang sejarah.

Kini, saat dunia kembali terancam, legenda lama itu mulai terbangun. Para High Human muncul kembali, membawa rahasia dan kekuatan yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan segalanya.

Apakah manusia siap menghadapi ancaman yang akan datang kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyukasho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 2 Remake: Satu-satunya Teman

Pegunungan kecil Rivera selalu diselimuti warna hijau dan embun pagi, bahkan ketika matahari telah menggantung tinggi di langit. Di antara celah pohon dan rerumputan, dua sosok kecil tampak berlari, tertawa, dan saling mengejek satu sama lain, seperti sepasang burung kecil yang tak pernah lelah berputar-putar di sarangnya.

Empat tahun telah berlalu sejak hari itu—sejak bunga pertama terinjak dan sebuah pertemanan aneh lahir dari canda, tangisan, dan pukulan kecil di kepala.

Sho kini berusia sepuluh tahun. Tingginya bertambah, wajahnya mulai membentuk garis-garis lembut yang menjanjikan ketampanan di masa depan. Tapi yang paling mencolok adalah matanya—mata merah rubi yang bersinar seperti kristal setiap kali terkena cahaya matahari, membuat siapa pun yang menatapnya merasa seolah mereka melihat sesuatu yang tidak seharusnya.

Dan di sampingnya, seperti biasa, Aria. Satu tahun lebih tua, satu langkah lebih cepat, dan seribu kali lebih keras kepala.

Semakin mereka bertumbuh, semakin dunia di luar menjauh dari mereka.

Anak-anak lelaki tetap mengejek Sho—meski lebih pelan sekarang, karena mereka mulai sadar, Sho bisa membalas dengan tatapan tajam yang membuat mereka ciut.

Gadis-gadis seusia Aria masih berbisik-bisik di belakangnya, tapi beberapa dari mereka mulai iri. Aria sekarang cantik, meski tetap menolak memakai pita atau rok.

Namun bagi Sho dan Aria, semua itu tidak penting. Meski waktu mengubah banyak hal, ada satu hal yang tak berubah: mereka selalu bertemu di hutan yang sama, hampir setiap hari, kecuali ketika hujan deras.

---

“Hari ini bunga lonceng biru sudah mekar,” ujar Sho sambil berjongkok di dekat semak, jari-jarinya dengan hati-hati menyentuh kelopak bunga kecil berwarna biru langit. “Mereka bilang mereka menyukai cuaca pagi ini.”

Aria, yang tengah memanjat pohon rendah untuk mengambil apel liar, melirik ke bawah dengan dahi berkerut. “Harus berapa kali aku memberitahumu Sho, bunga tidak bisa berbicara.”

“Tapi aku dengar mereka bicara,” jawab Sho pelan, seperti gumaman pada dirinya sendiri.

Aria melompat turun dengan apel di tangan, lalu mendekat dan menatap bunga itu. “Mereka terlihat sama saja tuh, seperti kemarin.”

Sho tersenyum. “Tidak, sekarang mereka lebih tenang. Mereka bilang, ‘hari ini angin tak begitu kencang.’”

Aria menghela napas panjang. “Kau benar-benar aneh, Sho. Apa kau juga dengar kucing bilang ‘halo’ waktu kau beri makan mereka?.”

Sho tak menjawab, namun tatapannya tetap tertuju pada bunga itu, seolah mendengar sesuatu yang tak bisa didengar orang lain. Angin bertiup perlahan, dan dedaunan di atas mereka bergemerisik seperti bisikan. Sho menoleh ke arah pohon terdekat.

“Akar kami haus, tapi kami masih bisa menunggu,” suara itu bergema pelan di dalam benaknya—bukan seperti suara manusia, lebih seperti perasaan yang berubah jadi kata-kata, nadanya terdengar seperti desir sungai yang kelelahan melewati bebatuan.

Sho mengedip, bingung. “Aria... apakah kau... pernah dengar pohon bicara?”

Aria menatapnya dengan alis terangkat. “Kau mulai bicara aneh lagi.”

Sho memaksakan senyum sembari menggeleng. “Lupakan saja... itu bukan apa-apa.”

Namun dalam hatinya, perasaan aneh itu tumbuh.

---

Setiap hari mereka kembali ke hutan ini, menelusuri jalan setapak rahasia yang hanya mereka berdua yang tahu. Kadang mereka mencari serangga, kadang bermain petak umpet, kadang hanya duduk di atas batu besar di tengah aliran sungai kecil sambil menyanyikan lagu-lagu aneh ciptaan mereka sendiri.

Tapi hari ini berbeda. Hutan terasa lebih hidup. Suara dedaunan terdengar lebih jernih, dan Sho merasa seolah setiap sentuhan tanah mengirimkan bisikan ke kulitnya.

Saat mereka melewati area pepohonan tua, Sho tiba-tiba berhenti. “Ada yang salah...” katanya pelan.

Aria menoleh. “Apa?”

Sho menyentuh batang pohon yang besar dan tua, lalu menempelkan telinganya di sana. Tak ada suara, tapi ia merasakan tekanan lembut di dalam kepalanya—bukan rasa sakit, tapi seperti... kata-kata yang mengalir seperti air.

“Anak manusia, kau berbeda... kau mendengar kami.”

Sho tersentak mundur.

“Sho?” tanya Aria, khawatir. “Kau kenapa?”

Sho menoleh perlahan dan menggeleng. “Aku... tidak tahu. Mungkin hanya pusing.”

Aria mendekat, memegang lengannya. “Jangan duduk terlalu dekat dengan jamur liar. Ayahku bilang kalau aroma nya bisa membuat kau terkena halusinasi.”

Sho hanya tertawa kecil, meski jantungnya masih berdebar. Ia menatap Aria yang kini berdiri di sampingnya, dengan rambut biru malam pendek yang terlihat lucu, dan mata yang penuh semangat.

Aneh, pikir Sho. Meski semua ini terasa begitu aneh... bersama Aria, semuanya tetap terasa aman.

---

Matahari mulai condong ke barat.

Aria melompat ke atas batu besar seperti biasa, lalu mengulurkan tangan pada Sho. “Ayo. Nanti ibu kita marah lagi kalau pulang terlalu malam.”

Sho mengangguk dan menggenggam tangan Aria, lalu naik ke batu itu. Mereka menuruni lereng dengan perlahan, langkah mereka diiringi suara alam yang terus berbisik di telinga Sho—lembut, penuh kehidupan.

“Kami melihatmu, anak manusia... kami menunggumu.”

Tapi Sho hanya menatap langit senja, tidak memahami bahwa suara-suara itu bukan mimpi. Ia tidak tahu bahwa ia adalah satu dari sedikit manusia yang dipilih sebagai inkarnasi dewa. Sayangnya hari-hari damai seperti ini tak akan berlangsung selamanya.

---

Mereka tiba di jalan bercabang yang menuju rumah masing-masing.

“Besok, kita bertemu lagi di tempat biasa?” tanya Sho.

Aria mengangguk. “Tentu saja. Aku tidak mau bermain dengan gadis-gadis cerewet itu.”

Sho tersenyum. “Dan aku tidak butuh anak lelaki lain yang memanggilku ‘bocah banci.”’

“Yah, itu wajar karena kau aneh.”

“Dan kau adalah wanita kasar.”

“Tapi kita cocok,” kata Aria sambil tersenyum lebar, lalu berbalik dan berlari kecil menuruni jalan.

Sho menatapnya hingga menghilang dari pandangan, lalu menghela napas panjang.

Hutan berbisik sekali lagi di belakangnya, seolah mengucapkan selamat malam.

Ia tidak menyadari, saat itu, bahwa hidupnya perlahan mulai berubah.

Hari-hari seperti ini terasa lambat, tapi tahu-tahu minggu berubah jadi bulan, dan musim pun silih berganti.

1
J. Elymorz
sho.. hikss /Cry//Cry/
J. Elymorz
omaigatt di remake, apakah alur ceritanya lebih ke arah romance? hmmzmz/Applaud//Applaud/
J. Elymorz
lucuuuu
J. Elymorz
lucuuuu, sifat mereka berbanding terbalik
J. Elymorz
yahh hiatus/Cry/

semogaa hp nya author bisa sehat kembali, dan semoga di lancarkan kuliahnya, sehat sehat yaa author kesayangan kuu/Kiss//Kiss/
J. Elymorz
gila... hollow bener' gila
Soul Requiem
Ini Saya, Kyukasho, untuk sementara Chaotic Destiny Akan Hiatus dikaenakan HP saya rusak/Frown/
J. Elymorz: /Cry//Cry//Cry/
total 1 replies
J. Elymorz
ouh oke.. kelakuan bodoh dari krepes ternyata berguna, bagus krepes
J. Elymorz
si krepes dateng tiba-tiba banget plss, krepes jangan jadi beban yh/Grievance//Grievance/
J. Elymorz
akh... gantung banget plss/Grievance//Grievance/
J. Elymorz
SJSKSKKSK APASI SHO, PINTER BGT GOMBALNYA
J. Elymorz: aku pas baca chapter ini
awal: /Grimace/
tengah: /Hey/
akhir: /Kiss/
total 1 replies
J. Elymorz
aduh... perasaan yg rumit..
J. Elymorz
yara santai banget pls/Shame/
J. Elymorz
BAGUSS LIORAA
J. Elymorz
Ayooo lioraaaa, kamu pasti bisaaa/Determined//Determined/
J. Elymorz
AKHIRNYAAA SHO BALIKK/Joyful//Joyful/
J. Elymorz: "Kau adalah matahari ku.." KSSKKSKSKSKSKS APASI SHO, GOMBAL BGT/Hammer//Hammer/
total 1 replies
J. Elymorz
Persephone sayang banget sama sho/Cry//Cry/
J. Elymorz
wamduh ada plagiatnya sho, dasarr
J. Elymorz
baguss/Cry//Cry/
J. Elymorz
Ga tidur sama makan selama 3 hari? Bener-bener gila!! /Skull//Skull/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!