Misi balas dendam seorang Duda arogan plus gila, pada seorang gadis yang ada sangkut pautnya dengan target balas dendam nya.
Duda itu mengira dia sudah paling gila, namun ternyata gadis yang dinikahinya secara paksa lebih gila darinya.
"Aku sudah tahu kau lah yang sebenarnya menjebak ku tidur dengan mu! Lihat dan rasakan nanti, akibat kau berani menjebak seorang Denada...!" ancam gadis itu dengan wajah pongah, dia tidak terima menikah paksa dengan duda beranak dua, bahkan usia mereka terpaut jauh 15 tahun.
"Hei bocah! Kau kira aku takut dengan ancaman mu?! Aku...?! Seorang pebisnis yang bahkan tak kenal ampun pada pesaing-pesaing nya! Jangan mimpi kau bisa membalas perbuatan ku! Sekarang, aku adalah suamimu! Kau harus patuh padaku! Akan ku pastikan pernikahan kita adalah neraka bagimu...!" Arjuna seorang duda berusia 34 tahun menyeringai licik.
Karakter keduanya sama-sama kuat dan keras, siapakah yang berhasil menaklukan pasangan nya lebih dulu dalam jeratan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Stillbirth.
Di salah satu ruang periksa, Renata baru saja ditangani seorang Dokter kandungan.
Wajah wanita itu sangat kesal, tadinya dia hanya bersandiwara kesakitan untuk menarik perhatian mantan suaminya.
Sewaktu Juna berjalan ke arah nya dan terlihat ingin menggendong nya, Renata sudah merasa menang dari Dena karena Juna masih se perhatian itu padanya. Namun, semua kepercayaan dirinya sirna saat Juna berbalik arah lalu malah menggendong Dena.
Brengsekkk mereka! Juna sudah mulai berani mempermainkan ku!
“Apa Dokter Amrita sedang bertugas?“ tanya nya pada Dokter kandungan.
“Dokter umum Amrita?“ tanya Dokter kandungan yang masih memeriksa Renata.
“Ya.“
“Dokter Amrita sedang menghadiri seminar di kampus nya dulu.“
“Kapan dia kembali?“
“Maaf Nyonya, saya tidak tau. Kapan terakhir Anda memeriksa kandungan?“
“Kenapa Dokter menanyakan nya? Bayi saya baik-baik saja, kan?“
“Kapan terakhir Anda memeriksa janin Anda?“ sang Dokter menanyakan hal yang sama.
“Sekitar satu bulan lalu, ada apa? Sebenarnya perut saya tidak benar-benar sakit, Dok.“ Renata hanya berakting, jadi dia merasa tidak mungkin terjadi sesuatu.
“Maaf saya harus mengatakan nya, janin Anda sudah meninggal sekitar dua hari lalu dalam kandungan. Kami para Dokter menyebutnya, Stillbirth.“
“Hahaha! Jangan bercanda Dokter! Kerja yang benar atau saya akan menuntut rumah sakit ini karena memperkejakan Dokter yang tidak kompeten!“
“Janin Anda sudah berusia 21 minggu lebih, dan hal ini bisa terjadi. Janin Anda terkena infeksi bakteri, sudah tidak ada pergerakan pada janin. Kita harus mengeluarkan nya, Anda harus melakukan operasi cesar.“
“TIDAK...!!! Bohong! Dasar pembohong!“
“Tenang, Nyonya.“ Dokter meminta suster menahan tubuh Renata yang memberontak.
Tidak! Bagaimana ini?
Renata memikirkan reaksi Rendi jika anak yang dia jadikan jaminan agar laki-laki itu selalu menurut padanya malah meninggal. Akan tetapi jika memikirkan kembali, dia bisa terbebas dari Rendi jika anak di perutnya mati. Dia bisa beralasan jika anaknya mati karena stress akibat ulah Dena tadi mengancam nya, bukan?
“Saya akan menghubungi keluarga Nyonya.“ Ucap sang Dokter.
Akhirnya dengan pemikiran jahatnya, Renata berhenti memberontak, “Baiklah, aku akan operasi. Lalukan saja, tapi... suamiku sedang terkena musibah. Dia kecelakaan dan masih di operasi di rumah sakit ini. Jadi, saya akan bertanggung jawab sendiri dengan tindakan operasi ini.“
Dokter kandungan menatap iba pada Renata, ia berpikir sungguh wanita malang sudah terjatuh tertimpa tangga pula.
.
.
Arjuna yang masih ikut menunggu dengan Dena di depan ruangan operasi, mengelus kepala Dena yang tertidur di atas pangkuannya. Juna sudah menyarankan agar membayar kamar VIP untuk istrinya itu tidur, tetapi Dena menolak karena ingin menunggui kakaknya di luar ruangan.
“Bos...“ bisik Leman.
“Shhhh,“ Juna menaruh satu jari di bibirnya. “Bicara pelan saja...“
Leman mempersempit jaraknya, sekitar setengah meter dia berhenti di samping Juna. “Renata harus menjalani operasi, janin nya tidak bergerak.“
“Apa valid?“ bisik Juna.
“Ya, Bos. Saat Dokter keluar dari ruang pemeriksaan, saya mengatakan saya adalah saudara Renata dan Dokter pun mengatakan tentang tindakan yang akan diambil yaitu operasi pengangkatan janin.“
Juna terdiam, “Jadi tadi dia tidak berpura-pura?“
“Entahlah, Bos. Namun, menurut Dokter... janin terkena infeksi bakteri dan itu lah yang menyebabkan janin tidak bergerak dan meninggal dari dua hari lalu.“
Juna menghela nafas lega, dia takut Renata mengambil kesempatan dengan janinnya yang mati untuk menuduh Dena karena perdebatkan mereka berdua tadi.
“Kau urus saja, bukan karena aku peduli tapi aku tidak mau dia menyalahkan istriku, juga karena suaminya sedang dalam keadaan tidak bisa mengurus nya.“
“Siap, Bos.“
Leman pun berlalu pergi, Juna menatap nanar ke arah anak buahnya pergi. Bagaimana pun sekejam-kejam nya Renata, wanita itu pernah melahirkan kedua anaknya.
.
.
Enam jam kemudian, Dokter berhasil menyelamatkan nyawa Devan dan laki-laki itu berhasil melewati masa-masa kritis, Devan pun sudah dipindahkan ke ruang intensif untuk pemantauan lebih lanjut.
Dena yang memang tidak di ijinkan masuk, dibawa Juna pulang ke apartemen. Anak buah Juna sudah ditugaskan menjaga keamanan Devan, begitu pun mengawasi pergerakan Renata yang juga baru selesai operasi pengangkatan janin mati.
Di Apartemen, Dena sedang membersihkan tubuh lengketnya setelah semalaman menunggu di depan ruang operasi. Gadis itu berendam di bathtub agar tubuh pegalnya bisa ter-relaksasi, untuk merilekskan otot- otot nya yang mengalami ketegangan serta pikiran nya agar dia nyaman.
Juna sengaja masuk untuk memijit tubuh istrinya, dia memijit pundak Dena.
Sontak Dena yang memejamkan mata, membukanya. “Katanya Om mau pulang? Kok masih disini?“
“Sebentar lagi, Om masih mencemaskan mu. Disini yang pegalnya?“ kedua tangan Juna masih berada di pundak kurus milik Dena, memijit-mijit lembut, “Sayang, tubuhmu terlalu kurus.“
“Om nggak suka?“
“Suka, tapi di bagian-bagian tertentu saat Om mengelusnya... tulang-tulang kamu terasa.“
“Gini-gini tubuhku agak berotot, karena latihan taekwondo selama beberapa tahun ini. coba Om cek deh... otot yang menonjol di sisi depan lengan atas ku.“
“Om udah memegang setiap inci tubuhmu, jadi tentu saja Om tau ada otot bisep disana. Masalahnya, ah sudahlah... yang penting tubuh kamu sehat buat nanti lahiran.“
Eh!
Wajah Dena cengo, “M-maksud Om?“
“Sejak kita melakukan pertama kalinya sampai saat ini, bukankah benih Om udah terkumpul banyak ya di rahim kamu? Atau kamu minum obat pencegah kehamilan tanpa sepengetahuan suami mu ini?“
Deg
Plak! Ya ampun! Mati aku!
Dena menepuk jidatnya sendiri, wajahnya merengut kesal, “Kenapa Om nggak bilang sih aku harus minum obat yang kayak gituan, aku kan nggak tau!“
“Ngapain Om ngasih tahu, Om lebih suka punya anak dari kamu. Kebayang nggak sih, wajahmu yang baby face gendong anak kecil, nantinya disangka lagi gendong adiknya. Hahaha....“
Plak!
Dena memukul keras bahu suaminya, namun tawa Juna masih tidak berhenti. Laki-laki itu malah meraup lembut wajah istri kecilnya lalu menciumi setiap inci wajah Dena.
“Denada Saraswita, i can not live without you...“
Dena merasa jantungnya tidak aman saat mendengar kata-kata serupa gombalan itu dari mulut suaminya, namun ada kepercayaan jika yang diucapkan Juna padanya adalah tulus dari hati Juna.
“Kenapa diam, Baby? Kamu nggak percaya dengan kata-kata Om, jadi kamu nggak mau balas cinta Om?“
“Babe..." lirih Dena, "Pikiranku masih labil, masih bercabang kemana-mana. Biarkan aja dulu hubungan kita ini berjalan apa adanya, suatu hari nanti saat hatiku sudah siap menerima cinta Om dengan keyakinan ku sepenuhnya... Dena akan mengatakan balasan dari cinta Om. Okay?“
Keduanya pun saling mendekatkan wajah, sama-sama menempelkan bibir. Terjadilah aktivitas pembuahan kembali sel telur milik Dena oleh sper-ma super milik Juna.
Simsalabim, prok prok... apa jadi anak?
happy ending buat semua nyaa