Lima tahun lalu, Liliane Lakovelli kehilangan segalanya ketika Kian Marchetti—pria yang dicintainya—menembak mati ayahnya. Dikhianati, ia melarikan diri ke Jepang, mengganti identitas, dan diam-diam membesarkan putra mereka, Kin.
Kini, takdir mempertemukan mereka kembali. Kian tak menyadari bahwa wanita di balik restoran Italia yang menarik perhatiannya adalah Liliane. Namun, pertemuan mereka bukan hanya tentang cinta yang tersisa, tetapi juga dendam dan rahasia kelam yang belum terungkap.
Saat kebenaran terkuak, masa lalu menuntut balas. Di antara cinta dan bahaya, Kian dan Liliane harus memilih: saling menghancurkan atau bertahan bersama dalam permainan yang bisa membinasakan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caesarikai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Paman Kian
Setelah mendengar percakapan kakek, nenek dan ibunya. Kin memutuskan untuk menyelinap pergi dari kediaman Kaneshiro. Namun, dirinya melihat Goku yang sedang berjalan masuk ke kediaman melalui pintu samping.
Nafas Kin terkesiap, dia takut ketahuan Goku. Sementara dirinya harus segera pergi ke restoran ibunya. Ya, setidaknya disana ia mungkin bisa menemui Kian yang sering mampir untuk sekadar makan. Kin yakin Kian ada di sana malam ini.
"Tuan muda," suara Goku memecah lamunan Kin yang berdiri di balik pintu.
Anak kecil itu mendongak, dan tatapannya bertubrukan dengan mata sipit Goku yang tajam. "Bisakah kau membantuku, Paman? Aku harus pergi ke restoran Mommy, karena mainan kesayanganku tertinggal di sana. Tolong antar aku ke sana. Aku janji hanya sebentar," pinta Kin yang memohon.
Tangan kanan Takeshi itu terlihat mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya, ini kali pertama Kin meminta pertolongan seperti itu padanya. "Kau yakin, Tuan muda? Aku akan pergi menemui Tuan Takeshi terlebih dahulu untuk meminta izin."
Namun, saat Goku akan beranjak, Kin sudah memegangi kaki jenjang Goku. "Tidak perlu, aku sudah meminta izin pada Mommy. Harusnya Ayah Ryuu yang datang untuk mengantarkan mainanku, tapi restoran sedang sangat sibuk. Bisakah kau saja yang mengantarku ke sana untuk mengambilnya? Aku tidak bisa menunggu lagi."
Melihat tuan mudanya yang begitu berharap, akhirnya Goku pun tak bisa menolak. Ia bersama dengan seorang supir mengantar Kin ke Notte d'Oro yang memakan waktu perjalanan lima belas menit dari kediaman Kaneshiro.
Setelah sampai, Kin segera turun dari mobil dengan terburu-buru, seolah ia sedang dikejar waktu. Namun, saat dirinya akan masuk ke restoran, matanya tak sengaja menangkap sosok lelaki yang berdiri di seberang restoran.
Kian berdiri di seberang jalan, matanya mengamati restoran Notte d'Oro dengan tajam. Ia datang lagi, berharap menemukan sesuatu—entah itu petunjuk tentang Kaneshiro Yuri, tentang Kin atau mungkin, jawaban atas kegelisahan yang mengganggunya belakangan ini.
Tadi Adam tiba-tiba mengingatkannya pada sebuah foto yang dikirim oleh seseorang. '03 Julia Papa November', Kian baru tahu bahwa angka 03 di depan JPN adalah kode panggilan Tokyo. Dan setelah Kian melihat lagi, anak lelaki dalam foto tersebut sangat mirip dengan Kin.
Namun, semua pikiran Kian tiba-tiba buyar saat suara seseorang yang memanggilnya bersamaan dengan klakson keras menggema di udara, dan diikuti oleh suara rem yang mencicit tajam.
"Paman Kian!"
BRAK!
Jantung Kian seakan berhenti berdetak ketika melihat tubuh kecil yang terpental dan jatuh di aspal. Ia mengenali suara yang memanggilnya itu.
"Kin!"
"Tuan muda!"
Ia tak tahu bagaimana nama Kin keluar dari bibirnya begitu saja. Kakinya melangkah cepat tanpa pikir panjang.
Ryuu, yang baru saja keluar dari restoran, ikut tersentak saat melihat anak kecil yang dikenalnya itu tergeletak dan Goku yang juga berlari ke arah anak itu. Tanpa membuang waktu, ia ikut berlari ke arah Kin.
Kian berlutut di hadapan Kin, tangannya menggenggam tubuh kecil itu. Darah mengalir dari pelipis Kin, tetapi bocah itu masih sadar, meski tubuhnya gemetar kesakitan.
"Bertahanlah, Kin." Suara Kian terdengar parau, matanya menatap bocah itu dengan perasaan asing yang berkecamuk.
Kin membuka mata hazelnya samar. Tatapannya lemah tetapi masih menyimpan ketenangan. Bibir kecilnya bergerak pelan. "Paman Kian… kenapa… kau terlihat sedih?" suaranya terbata.
Kian menggigit bibirnya, hatinya terasa seperti diiris saat melihat kondisi Kin yang seperti ini. Tangannya mengusap rambut Kin dengan gentleness yang bahkan tak ia sadari. "Kau terlalu banyak bicara untuk seseorang yang baru saja tertabrak mobil, Piccolo."
Ryuu datang bersama Goku. "Tuan muda!"
"Goku! Kau cepat urus pelakunya dan segera hubungi Yuri sekarang! Aku akan membawa Kin ke rumah sakit." Titah Ryuu pada Goku dan segera dilaksanakan oleh tangan kanan Takeshi itu tanpa pikir panjang.
Ryuu meraih ponselnya, menelepon ambulans secepat mungkin. Begitu panggilan tersambung, ia berbicara dengan cepat dalam bahasa Jepang.
"Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang," ucap Ryuu setelah menutup telepon.
"Bertahanlah, Kin ..." ucap Kian dan beberapa kali terlihat mengecup punggung tangan mungil milik Kin.
Namun, kesadaran anak lima tahun itu perlahan mulai menipis. Kelopak matanya perlahan-lahan mulai menutup dan Kian terus berusaha memanggil nama Kin agar anak itu tetap tersadar. Kin tidak boleh kehilangan kesadarannya.
Sepengetahuan Kian, korban kecelakaan tidak boleh hilang kesadaran sebelum mendapat penanganan medis karena kehilangan kesadaran bisa menjadi tanda kondisi serius, seperti cedera kepala, gangguan pernapasan, syok, dan risiko henti jantung. Kian tentu tidak mau semua hal itu terjadi pada anak sekecil Kin.
"Kin ... apakah kau mendengar suaraku?" tanya Kian dengan nada khawatir.
"Kin ... Ayah di sini, baby boy ..." kali ini suara Ryuu yang mengambil alih.
Kian menoleh pada Ryuu dan mengangguk hormat. "Kin ... kau akan aman bersama kami, tapi kumohon sadarlah."
Tanpa menunggu lebih lama, Kian segera mengangkat Kin dalam gendongannya. Meskipun darah dari bocah itu mulai mengotori jasnya, ia tidak peduli.
"Aku ikut dengan ambulans," kata Kian tegas.
Ryuu menatapnya curiga. "Kau…"
"Bukan waktunya untuk bertanya," potong Kian dengan rahang mengeras. "Yang jelas, aku tidak akan meninggalkan anak ini sendirian."
Mata Ryuu menyipit, tetapi ia mengangguk.
Tak lama, suara sirene ambulans mulai terdengar mendekat, dan dalam beberapa detik, mereka sudah dalam perjalanan ke rumah sakit.
Kian menggenggam tangan kecil Ren sepanjang jalan, merasakan genggaman lemah bocah itu yang terasa familiar—entah kenapa, terasa seperti bagian dari dirinya sendiri.
Di sisi lain, Goku menghubungi Liliane yang ternyata sedang kelimpungan mencari Kin di seluruh tempat. Ia sudah mencarinya selama dua puluh menit, tetapi tak kunjung menemui keberadaan sang anak yang tadinya tertidur di kamarnya.
Hingga panggilan suara dari Goku mengambil atensinya. Ia segera mengangkat telepon itu. "Halo, Nakamoto Goku!"
"Nona Yuri ... Maafkan aku, tapi aku ingin mengabarkan bahwa Tuan muda mengalami kecelakaan mobil dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit bersama Tuan Ryuu."
Dan di detik itu juga kedua kaki Liliane terasa lemas. Tubuhnya terduduk dan kedua matanya menatap kosong.
"Apa maksudmu ..." Liliane berbisik sangat lirih.[]
***
seruny......
nyesel klo g baca karya ini