Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-25
Evan tersenyum puas, menatap Klein dengan kerlingan.
"Shit!, bagaimana bisa kamu melakukan hal itu Ev, mereka semua menyetujui rencanamu"
"Hem, uang bagi mereka adalah segalanya, dan keuntungan yang di tawarkan lebih dari perusahaan Gurven Company, tentu saja mereka tak akan berpikir dua kali menerimanya"
"Wow, jadi rencanamu berhasil dan pasti sebentar lagi Gurven Company akan mengalami goncangan"
"Aku berharap itu terjadi secepatnya" jawab Evan kini tersenyum senang.
"Tapi tunggu, kenapa kamu yang melakukannya, bukankah ini adalah misi SpeedStar Corporat?"
"Kau lupa aku bekerja disana?"
"Oh, benar juga, pasti kamu akan mendapatkan promosi setelah ini Ev"
"Hem, begitulah, dan kau akan segera mendapatkan bagianmu Klein"
Keduanya tertawa, membuat sosok lain yang datang dengan berlarian merasa heran.
"Apa aku melewatkan sesuatu?" Tanya John.
"Sepertinya aku juga begitu" celetuk seorang lagi yang datang belakangan, tak lain adalah Dixon.
Evan hanya tertawa saja, lalu segera memesan makanan yang di perlukan.
"Hari ini biar aku yang traktir!" Seru Evan bersiap akan pergi.
"Hei!, kau masih berhutang cerita pada kami!" Sahut John tak terima melihat Evan akan beranjak dari tempatnya.
"Itu tugas Klein, suruh saja dia cerita kalau kalian penasaran" jawab Evan yang kini tengah melihat isi pesan di ponselnya.
"Benar begitu?" Tanya Dixon, dan dijawab dengan anggukan oleh Klein.
"Aku pergi dulu!" Teriak Evan seperti bergerak cepat meninggalkan tempatnya.
John dan Dixon sampai di buat heran, melihat Evan sangat terburu-buru sekali, tidak seperti biasanya yang serba santai dan tenang.
"Ada apa dengannya?" Tanya Dixon ke Klein.
"Biasa, apalagi kalau bukan soal wanita"
"Oh my God, aku iri sekali dengannya, selalu saja berurusan dengan wanita-wanita kaya dan se-ksi" ucap John.
Dixon hanya tertawa, begitu juga dengan Klein yang kemudian menceritakan semuanya.
Sementara itu Evan sedang menempuh jarak kurang dari sepuluh menitan untuk sampai di Apartemennya.
Tercium bau masakan yang lezat, sengaja tadi Evan tidak mengisi perutnya terlalu banyak, dan sekarang mendapati Dryana sudah berada di dapur minimalisnya, menata makanan diatas meja.
"Sudah jam berapa?, aku hampir mati bosan menunggumu Ev" protes dari Dryana.
"Oh sorry Sweety, ada urusan yang tidak bisa ku tunda"
"Bisa jelaskan apa itu?"
"Aku tak bisa menolak sesuatu yang terlalu manis" jawaban Evan yang tentu saja membuat Dryana langsung curiga.
"Baru saja kita jadian, dan kau sudah bermain perempuan?" Tanya Dryana.
Evan menyambutnya dengan tawa, berbuah manis bagi Evan adalah hasil di mana bisa menarik saham 60 persen menjadi miliknya, tapi rupanya Dryana berpikir lain.
"Aku tidak sedang bercanda Ev!" Seru Dryana yang kini sudah melempar celemek yang menempel di tubuhnya dari sembarang arah, menandakan suasana hatinya tidak baik-baik saja.
Evan mendekat, lalu memeluk Dryana dari belakang, menahan tubuh Dryana yang ingin protes menghindari, hingga akhirnya diam kembali dalam rengkuhannya.
"Aku suka bau tubuhmu Dry" ucap Evan berbisik lirih.
"Jauhkan tubuhmu yang bau perempuan lain" jawab Dryana.
Evan kembali tertawa, lalu mencium asal rambut Dryana, perempuan lain bagaimana, lah wong Evan hanya bertemu laki-laki saja seharian.
"Sepertinya ada yang cemburu?"
"Yang jelas bukan aku, perduli amat kamu mau berbuat apa di luaran sana, yang penting jangan lupakan janjimu, untuk menyelesaikan masalahku dan membantuku keluar dari neraka mereka"
"My God, aku merasa hanya kamu manfaatkan saja Dry"
"Terserah" sahut Dryana.
Namun nyatanya Dryana masih dalam pelukan Evan sampai detik ini, tak lagi meronta untuk dilepaskan, bahkan seolah begitu nyaman merasakan.
"Kita makan atau kamu yang aku makan?"
Pertanyaan aneh yang membuat Dryana seketika melepaskan diri dengan paksa, laki-laki satu ini sungguh meresahkan dan mengerikan juga batinnya.
Evan tak membiarkan, menarik kembali Dryana dan mengajaknya duduk berdua menikmati makan malam yang tak ingin dilewatkan.
Ada rasa hangat merayapi hati Dryana, Evan menikmati makanan yang dia masak sendiri dengan lahap, setidaknya Dryana merasa berhasil sudah membuat selera makan laki-laki yang baru menjadi kekasihnya itu meningkat.
"Jadi_, dari mana saja?" Tanya Dryana pada akhirnya.
"Bertemu dengan teman-teman ku, dan ada urusan bisnis sebentar"
"Bisnis?" Tanya Dryana.
"Hem, jangan khawatir, rekan bisnis laki-laki semua Sweety, tidak ada satupun wanita, okey?" Sambung Evan.
Dryana terlihat diam saja memang, seperti tanpa ekspresi, tapi sebenarnya di hatinya tengah bersorak senang dan lega, entahlah, kenapa Evan begitu kuat membuat jiwa cemburunya tiba-tiba saja mendominasinya. Aneh!
Makan malam dilanjutkan dengan perbincangan ringan di ruang tengah, Evan mendengarkan semua cerita Dryana, karena sepertinya kekasihnya itu menginginkan dirinya lebih mengenal kehidupan pribadinya, walaupun sebenarnya Evan sudah banyak mengantongi informasi tentang latar belakang kehidupan Dryana.
"Seandainya tidak ada Grandpa, mungkin aku tidak akan tinggal bersama mereka" ucap Dryana.
"Tapi Mansion itu milikmu Dry, apa kau tidak mempertahankan itu?"
"Sejujurnya Ev, aku tidak peduli dengan semua harta ku, tekanan dan siksaan psikis yang mereka berikan padaku bertahun-tahun tidak bisa di bandingkan dengan semua harta yang aku punya"
Evan terdiam, menatap kesedihan di mata kekasihnya, laku perlahan menarik Dryana agar lebih dekat disampingnya, dan memasukkan nya ke dalam pelukan.
"Ada aku sekarang, jangan khawatir lagi okey?" Ucap lirih Evan.
"Tapi kita masih berjauhan setiap hari Ev"
"Jadi kau ingin selalu dekat denganku dan mengandung anakku?"
Plak!
"Sakit Dry!" Seru Evan meringis dan menggosok lengannya yang di pukul oleh Dryana.
"Aku serius, kenapa kau selalu saja bercanda" protes Dryana.
"Aku juga serius, jika kau selalu saja di sampingku setiap hari, aku pasti akan membuatmu telan-jang pada akhirnya, dan setelah itu kita bercocok tanam kan?"
"My God, tidak adakah pikiran lain di otakmu Ev?" Kesal rasanya.
"Aku laki-laki normal Sweety, dan kau sangat menggiurkan, lihat saja kulit pa-ha mu ini" ucap Evan yang sudah mengusap lembut kulit mulus itu berkali-kali karena Dryana memakai celana panjang dengan beberapa robekan di bagian pahanya.
"Hentikan Ev!"
Lagi-lagi Evan tertawa, tak dipungkiri hatinya sempat berdesir, tapi selalu ada alasan kenapa Evan melakukan hal itu.
"Besok lagi buang pakaian mu ini, aku bisa khilaf dan menyerang mu, okey?"
"Ck, ini trend Ev, kuno sekali seleramu"
"Tapi aku lebih suka tubuh wanitaku ini hanya untukku, bukan mata laki-laki lain yang ikut menikmatinya, aku sungguh tidak rela"
Deg!
Awalnya Dryana merasa pikiran Evan tak sejalan dengannya, tapi pada akhirnya dia tau, jika seorang Evan akan menjaga dengan baik semua yang menjadi miliknya, terutama dirinya.
Ada senyuman terbit dari bibirnya, lalu mengangguk dan kini membalas pelukan Evan dengan eratnya, namun sebuah kalimat terdengar tak nyaman di telinganya.
"Aku antar pulang"
"Kau mengusirku?!" Dryana terkejut.
"Aku takut akan menghamili mu Dry"
"Shitt!"
Bug
Dryana segera melemparkan sesuatu tepat di wajah Evan.
Yang makin gemes ditunggu KOMENnya, hari ini waktunya VOTE, VOTE, VOTE, Update kembali di jam 14.00