NovelToon NovelToon
Proof Of Love Art Paper

Proof Of Love Art Paper

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / CEO / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Skyeuu

"Itu anak gue, mau ke mana lo sama anak gue hah?!"
"Aku nggak hamil, dasar gila!"
Tragedi yang tak terduga terjadi, begitu cepat sampai mereka berdua tak bisa mengelak. Menikah tanpa ketertarikan itu bukan hal wajar, tapi kenapa pria itu masih memaksanya untuk tetap bertahan dengan alasan tak masuk akal? Yang benar saja si ketua osis yang dulu sangat berandal dan dingin itu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyeuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Jay menunggu Ning membuka matanya, sambil menunggu dia membuka ponselnya. Mengecek barang kali ada laporan dari asistennya, Joni. Ternyata nihil karena tidak ada satu notif pun yang masuk ke ponselnya. Hanya komentar-komentar dari sosial media tentang fotonya. Padahal hanya foto setengah badan, wajahnya tidak diekspos. Namun, tampaknya itu membuat pengikut sosial medianya betah berlama-lama melihat Jay yang "setengah badan" tersebut. Dia berdecak, lantas meletakkan ponselnya dan kembali melihat Ning yang tampak tenang dengan posisi kepalanya di atas meja. Entah kenapa, Jay tidak mau menunggu lama lagi, akhirnya dia bangkit dan menepuk pundak Ning.

"Bangun, mau cuankinya nggak?" tanyanya sambil menggoyangkan tubuh Ning.

Yang dibangunkan menggeliat, matanya terbuka perlahan dan langsung terkejut melihat Jay. Dia pikir dia sudah pulang ke rumahnya sendiri, tapi nyatanya dia kan yang memilih tidur di rumah Jay.

"Kalau nggak bangun sekarang, gue buang aja cuankinya."

Mendengar perkataan Jay, Ning mendengus kesal, kemudian tangannya terulur untuk mengambil mangkuk cuanki yang masih hangat. Sebelum tangan Ning sampai ke mangkuk itu, Jay lebih dulu mengambilnya dan menyodorkannya pada Ning. Melihat perlakuan hangat Jay, Ning tersenyum mencoba untuk menggodanya.

"Ciee CLBK ya kamu," katanya terkesan seperti menuduh, namun juga nadanya sangat jahil.

Sedangkan Jay yang mendengar hal konyol tersebut langsung memasang wajah sangat datar. Benar-benar tidak berekspresi, dia sudah lelah dan belum mandi. Tak ada gunanya juga meladeni candaan Ning di jam rawan, dia memilih mengambil ponselnya dan duduk kembali. Ning cemberut, padahal cowok itu bisa pura-pura jawab apa saja asal tidak membuat leluconnya jadi garing begini. Dia kan juga punya hati, apalagi Ning anak yang gampang tersentuh hatinya. Awas saja kalau Jay mengajaknya bercanda, dia tidak akan menanggapinya. Dengan suasana hati yang buruk, Ning menyeruput kuah dari cuankinya.

"Oh??!" dia membulatkan mata terhenyak sesaat, sebelum akhirnya memakan tahu cuanki beserta siomay, dan kawan-kawannya dengan lahap.

Harus dia akui, Jay memang jago dalam segala hal berbanding terbalik dengan Daniel yang katanya juga "serba bisa", Ning tak pernah melihat sok lugu itu memasak. Namun, dia juga baru melihat Jay memasak setelah mereka menjalani hubungan yang ambigu selama sebulan. Ning senyum-senyum sendiri sambil menikmati cuankinya, sementara itu Jay lebih memilih asyik dengan ponselnya. Sesekali dia melirik ke arah Ning yang terlihat sangat rakus saat makan, namun Jay tak masalah dengan itu asalkan usaha dia dihargai semuanya sudah cukup.

"Kenyang nggak? Masih ada tuh kalau mau nambah," katanya tanpa melihat ke arah Ning sama sekali. Dia masih sibuk dengan ponselnya, Ning yang mendengar itu langsung bereaksi.

Perempuan yang pipinya sudah chubby itu dengan sigap berjalan menuju bar dapur, membuka panci anti lengket berwarna hitam yang isinya kuah cuanki. Dia memilih menuangkan kuah lebih dulu ketimbang cuankinya, memang cewek yang unik. Jay diam-diam memperhatikan gerak-gerik Ning, kemudian dia memotretnya tanpa sepengetahuan Ning. Jangan salah paham, Jay begitu karena Mamanya memberi titah untuk memotret apa yang sedang dilakukan sang calon menantu di rumah Jay. Beliau khawatir karena anaknya juga normal seperti anak lelaki pada umumnya, dia mungkin bisa berbahaya.

"Ciee, foto-foto, moment spesial ya?" ternyata ulahnya ketahuan oleh Ning.

Jelas Jay langsung menanggapi tuduhan yang keluar dari mulut Ning yang semena-mena itu.

"Buat laporan ke Emak lo," katanya enteng.

"Hmm, iya deh," nadanya kurang percaya pada apa yang Jay bilang.

Tapi, karena cuanki buatan Jay seenak itu dia tak masalah jika Jay berbohong padanya. Tepat setelah makanan habis, Jay baru mengisi mangkunya dengan sisa cuanki yang masih ada di panci kukus, lalu menuangkan kuah cuanki yang sisa sedikit ke dalam mangkuknya. Ning bingung dengan Jay yang sejak tadi diam saja seolah tidak mau makan. Lelaki itu malah makan setelah dia kenyang, lagi pula masa Jay makan sisa Ning? Padahal kalau mau dia bisa makan bersama tadi, dasar cowok dingin!

"Kenapa makannya nggak bareng aja, sih Jay? Kan aku juga nggak larang kamu makan loh," Ning mengeluarkan isi hatinya.

Sedangkan Jay hanya menatapnya tanpa minat, lalu kembali menyuapkan bakso cuanki buatannya sendiri ke dalam mulut. Saat makan, lelaki itu tampak lucu sekali. Walaupun begitu Ning merasa bete karena Jay tidak menyahutinya, karena kesal dia kemudian pergi ke ruang tengah, dan duduk di sofa empuk yang ada di sana. Rumah Jay benar-benar aestetik, tidak besar seperti rumahnya atau rumah calon mertuanya yang bahkan bisa sebesar perusahaan. Kenyamanan menerpanya, tanpa sadar Ning sedang diperhatikan. Dia memejamkan matanya, Ning harap setelah itu dia bisa terbangun di kamarnya sendiri. Sebenarnya sangat canggung berduaan di satu atap dengan orang yang belum sah menjadi miliknya, belum resmi jadi suaminya.

"Ah bodo amat!" katanya dan alhasil ketiduran di tempat.

...🪶...

Mata Ning mengerjap beberapa kali, mencoba berbaur dengan cahaya lampu yang terang. Setelah kesadaran penuh, Ning baru teringat kalau dia tadi sedang bersandar di sofa ruang tengah. Tapi, kenapa tiba-tiba ada di kamar?! Dia bangkit dengan panik sambil meraba tubuhnya yang ternyata masih aman. Jay tidak gila Ning, dia tidak akan menyentuh sesuatu yang belum sepenuhnya miliknya. Ahem, "miliknya"? Baiklah, terserah tuan muda Jayden yang rupawan.

"Aduh... Malu banget ya Allah, maaf Jay udah salah sangka..." katanya sembari menutup wajahnya yang merah.

Ia segera menyadarkan dirinya sendiri, kemudian berjalan mengendap-endap ke arah pintu dan mengintipnya. Barang kali Jay sedang sibuk dan tidak sempat memperhatikannya. Dia membuka pintunya perlahan...

"Mau ke mana malem-malem begini?"

Ning salah besar sebab nyatanya Jay masih terjaga, dan tubuhnya tepat sekali di depan pintu membuat Ning hampir terkena serangan jantung. Untung saja jantungnya sehat, tapi deg deg an nya masih tersisa. Perempuan itu mengusap dadanya perlahan, mengembuskan napas pelan lalu mengomeli Jay yang sudah seenaknya membuat orang lain jantungan.

"Kamu kayak setan ih! Tiba-tiba aja muncul, aku mau pulang ah nggak jadi tidur di rumah kamu nyeremin!!" katanya sambil sedikit memukul dada bidang Jay.

Jay terlihat lelah, dia memijat pelipisnya.

"Sini liat," katanya menarik lengan Ning mendekat. Tubuh mereka hampir tidak berjarak, tentu saja membuat Ning menahan napasnya sejenak. Wajah tampan Jay terlalu dekat dengannya, napasnya juga mengenai lehernya yang agak sensitif. Ning bergidik ngeri karena hal tersebut.

Tangannya berusaha menahan agar tubuhnya dengan tubuh Jay tetap berjarak, "Ma-mau apa kamu..?" tanyanya kikuk sembari membuang wajah ke sembarang arah.

"Pffft--!" Jay yang merasa Ning terlalu menggemaskan, akhirnya tak bisa menahan tawa kecilnya. Sang empu mengedipkan mata beberapa kali, Jay tertawa?! Seorang Jayden Kaylee Abipraya? Ya Tuhan, dia indah sekali jika seperti itu selayaknya manusia biasa yang hatinya gampang terenyuh.

1
Towa_sama
Gak nyesel baca cerita ini, recommended banget!
Skyeuu: aww terima kasihh ^^
total 1 replies
SweetPoison
Saya terkesan dengan kedalaman emosi yang tersampaikan dalam kata-kata.
Skyeuu: terima kasihh ^^ 🫶🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!