"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalium Nitrat
Hari yang sibuk bagi mereka semua. Kazuto benar-benar bersemangat ketika dia akan membuat sesuatu yang menakjubkan, yang kemudian akan dia pamerkan kepada seluruh pengguna sihir. Dan menunjukkan bahwa dirinya yang bukan ahli sihir pun bisa menguasai dunia dengan benda ini.
Hanya saja, ini menjadi sebuah proses yang begitu rumit. Apalagi dia mengambil dua pekerjaan sekaligus seperti menyembuhkan mas-mas naga ini. Tidak masalah, menyembuhkan mas-mas naga atau Ryugard dengan menggunakan salep adalah hal yang begitu mudah.
Tak disangka pula, panas api milik Helen sudah mencapai titik leleh besi. Yaitu sekitar 1500 derajat Celcius. Yang sebelumnya, berada di bawah titik itu. Untungnya, Ryugard dengan senang hati membantu Helen untuk mencapai kekuatan api yang maksimal. Sehingga, bijih besi yang dia gunakan, kini menjadi berbentuk 2 wadah kecil semacam panci. Sisa bijih besi itu, Kazuto akan membuat senjata api dan selongsongnya.
“Kelapa yang diambil oleh Laura, adalah kelapa muda. Aku pikir kurang efektif untuk membuat minyaknya.” Ucap Kazuto.
“Aku pinjam pedangmu, ya. Biar aku yang mencarinya sendiri.” Kata Ryugard itu menawarkan.
Mereka bertiga terdiam. Kemudian Laura menyerahkan pedangnya sambil menelan ludah secara kasar.
Dia kemudian pergi dengan wajah yang begitu dingin tanpa ekspresi. Itu tentu saja membuat Kazuto merasa agak tertekan dengan sifat naga itu yang memang agak pendiam. Hanya saja, Kazuto tahu betul bahwa ketika seekor naga marah, hancurlah sebuah wilayah ketika naga itu berada.
Ryugard, sang naga itu sekarang berdiri di bawah sebuah pohon kelapa. Ada beberapa pohon kelapa yang berdiri, salah satu di antaranya tingginya mungkin hanya sekedar satu kali tinggi manusia. Dan sisanya menjulang tinggi. Hanya saja, pohon pendek itu tidak ada sama sekali kelapa tua.
Ryugard mengayunkan pedangnya dari bawah dengan begitu cepat berkali-kali. Hal yang tak terduga, ketika tebasan cepat itu bukan hanya memotong buah kelapa, tapi juga mengeluarkan energi yang membuat pohon kelapa itu roboh dengan tebasan yang tidak hanya sekali. Tapi berkali-kali.
Sementara itu di dalam gua.
Kazuto dan juga Helen bersama Laura, dia berjongkok di depan sebuah genangan air. Dimana, mereka berdua benar-benar begitu penasaran. Mereka melihat sesuatu yang mengendap di genangan tersebut, dan memang baunya cukup membuat Helen dan Laura menutup hidungnya.
“Ini disebut sebagai Guano.” Ucap Kazuto sembari menyaring endapan itu dengan begitu hati-hati. Yang kemudian, dia taruh ke wadah yang dibuat oleh Helen.
“Aku tidak percaya jika bahan ini bisa meledak seperti yang Anda katakan.” Helen mulai tertarik. Hanya saja dia benar-benar tidak percaya jika Kazuto akan membuat sebuah senjata api yang katanya bisa mengeluarkan suara ledakan. Lihat! Ini hanya kotoran kelelawar yang mengendap?
Kazuto tersenyum, “Kotoran kelelawar mengandung Kalium Nitrat. Jika kita berhasil mengekstraknya maka itu salah satu komponen yang begitu penting dalam pembuatan senjata api.”
“Senjata api itu, senjata yang bisa mengeluarkan api kah? Jika begitu, kenapa tidak menggunakan Helen saja?” Laura yang masih tidak mengerti pun bertanya.
Kazuto hanya nyengir hingga tampak gigi taringnya. Kemudian dia menggelengkan kepala. “Bukan, bukan seperti itu. Kamu akan mengerti nanti.”
Dengan penuh hati-hati, Kazuto menaruh endapan guano itu pada sebuah wadah. Yang untungnya, guano tersebut sudah memiliki endapan pada genangan, sehingga tidak begitu sulit untuk mendapatkannya. Jika tidak ada genangan ini, mungkin Kazuto harus mengumpulkan kotoran kelelawar dan menaruhnya ke dalam air hingga harus menunggu beberapa hari untuk mendapatkan sebuah genangan.
Jika ada gelas laboratorium, pasti akan begitu mudah untuk mengekstraknya. Hanya saja, saat ini belum ada untuk alat begituan.
Tidak apa-apa. Era Dinasti Han Tiongkok juga saat itu belum ada gelas laboratorium, dan berhasil bisa menemukan bubuk mesiu? Itu adalah hal yang menakjubkan.
Api kecil di pembakaran, Kazuto kemudian menggantungkan wadah endapan di atasnya. Lalu setelah itu, dia menambahkan abu pembakaran sisa Kazuto dan yang lainnya memasak jamur beberapa waktu yang lalu.
“Ini apa ini? Baunya jauh lebih pekat dibandingkan dengan kotoran kelelawar tadi!” Tanya Laura saat dia menyentuh batu belerang yang ada di sebelahnya.
Tapi memang, bau belerang benar-benar begitu khas. Baunya seperti sebuah telur busuk sehingga siapapun yang menciumnya tidak akan tahan dengan baunya. Memang aneh, saat Kazuto kecil, ketika dia menggunakan sabun sulfur, dia hampir benar-benar tidak mau mandi karena baunya yang begitu menyengat. Padahal panu di sekujur tubuhnya begitu merata.
“Itu belerang. Selain digunakan untuk menyembuhkan kulit mas mas naga itu, juga menjadi bahan senjata api yang disebut sebagai bubuk mesiu.”
Beberapa menit kemudian, Ryugard kembali dengan tiga buah kelapa tua ada di tangannya. Benar-benar begitu cepat. Bahkan Kazuto sendiri agak terkejut. Siapa yang tahu daripada Ryugard memanjat pohon, dia merobohkan pohon kelapa bak mematahkan sebuah lidi.
"Buat santan kelapa."
“Baik.” Ryugard mengangguk.
Dengan gerakan yang begitu ringan, Ryugard membelah kelapa-kelapa itu seperti menebang batang kelapa saja. Ketika dia melemparkan tiga buah kelapa ke udara, tangannya bergerak cepat, mengayunkan potongan tajam berulang kali. Dalam sekejap, kelapa-kelapa itu terbelah sempurna dan jatuh ke tanah.
Air kelapa memercik ke segala arah, tapi itu bukan masalah. Yang benar-benar mengejutkan adalah kemampuan Ryugard yang luar biasa. Kazuto hanya bisa melongo, sementara Laura terpaku, matanya membesar. Tidak ada yang menyangka bahwa naga di depan mereka ternyata memiliki keahlian pedang yang begitu mengagumkan.
Hari telah menunjukkan siang. Mereka sama sekali tidak begitu lelah. Samar-samar dari dalam gua menunjukkan bahwa mereka benar-benar bekerja sama dengan begitu baik.
Dan saat itu pula, disebelah Ryugard yang mengaduk sebuah santan, Kazuto memandang panci kalium nya.
“Inilah yang kita gunakan.”
Dia kemudian tersenyum saat cairan itu menguap dan meninggalkan sebuah kristalisasi yang begitu lembut. Hanya saja, jumlahnya amat teramat sedikit. Sehingga apabila digunakan untuk bubuk mesiu pun rasanya agak kurang.
“Nah, kita mendapatkan Kalium Nitrat.”
“Tapi jumlahnya tidak ada sesendok tuan.” Ungkap jujur Laura yang memperhatikan itu dengan seksama.
“Betul. Jadi aku minta tolong kepadamu untuk melakukan hal berulang kali sama seperti yang aku lakukan seperti awal.”
“Baik tuan.” Laura mengangguk dan akan melakukannya dengan senang hati.
Kazuto kemudian beralih ke Helen. Helen tampaknya agak sibuk dengan bijih-bijih besi yang mana Kazuto memerintahkannya untuk melelehkan besi itu dan membuat sesuatu.
“Agak rumit untuk membentuknya tuan. Tapi aku akan berusaha semampuku.”
“Tidak masalah, yang paling penting ukuran sebuah selongsong yang aku jelaskan tadi ukurannya hampir sama dengan lubang tempat keluarnya ini. Its okey, kerjakan dengan pelan-pelan.”
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan