Misca Veronica merupakan seorang pembantu yang harus terjebak di dalam perseteruan anak dan ayah. Hidup yang awalnya tenang, berubah menjadi panas.
"Berapa kali kali Daddy bilang, jangan pernah jodohkan Daddy!" [Devanno Aldebaran]
"Pura-pura nolak, pas ketemu rasanya mau loucing dedek baru. Dasar duda meresahkan!" [Sancia Aldebaran]
Beginilah kucing yang sudah lama tidak bi-rahi, sekalinya menemukan lawan yang tepat pasti tidak mungkin menolak.
Akan tetapi, Misca yang berasal dari kalangan bawah harus menghadapi hujatan yang cukup membuatnya ragu untuk menjadi Nyonya Devano.
Lantas, bagaimana keseruan mereka selanjutnya? Bisakah Cia mempersatukan Misca dan Devano? Saksikan kisahnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mphoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketidakpercayaan Misca
Setibanya di rumah kediaman Devano dan Cia, mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang sudah berada di dalam rumah sambil duduk menikmati sirup dingin di ruang tamu.
"Ma-mama? Pa-papa? Ka-kalian sudah pulang?"
Devano tidak menyangka orang tuanya pulang tanpa memberikan kabar. Begitu juga Cia yang melihat oma dan opanya sudah datang langsung berlari dalam keadaan wajah bahagia.
"Oma, Opa! Cia kangen banget sama kalian!"
"Astaga, cucuku!"
Wanita paruh baya bernama Irene Aldebaran berusia 55 tahun tampak meneteskan air mata berjongkok untuk menyambut pelukan hangat dari cucu kesayangannya.
Sudah sebulan berlalu, Irene terpaksa meninggalkan Cia demi menemani sang suami yang memiliki urusan bisnis di luar negeri, walaupun dia tidak percaya Devano bisa mengurus anaknya. Namun, tidak ada cara lain. Anggap saja sebagai pelajaran bila menjadi orang tua tidaklah mudah.
Terbukti bukan, Devano dan Cia seringkali bertengkar hanya karena berbeda pendapat. Akan tetapi, semua itu berhasil dilewati sampai sang anak tidak lagi mengeluh kepada mereka.
"Oma dan Opa juga rindu banget sama Cia. Cia baik-baik saja, 'kan, di sini? Apa daddymu masih cuek, hem? Jangan bilang dia masih menyakiti cucu kesayanganku ini?" tanya Irene melirik tajam ke arah Devano yang terang-terangan memasang wajah malas.
"Cihhh, bagian cucunya ditanyain kabar, anaknya boro-boro ditanyain malah dituduh. Orang tua macam apa mereka, menyebalkan!" umpat Devano di dalam hati dengan kesal, tanpa sadar kalimatnya persis seperti Cia mengomentari dia sendiri.
"Tidak, Oma. Daddy memang awalnya menyebalkan, egois, tapi lama-lama Daddy baik juga. Buktinya itu!" Cia menunjuk ke arah Misca yang berdiri tegak di samping Devano membuat mereka refleks menoleh.
"Daddy memberikan Cia, Mommy yang baik, cantik, ramah, juga sayang banget sama Cia. Cia bersyukur, ternyata duda meresahkan yang sering Oma katakan akhirnya menemukan jodoh juga hihihh ...."
Irene yang syok mendengar celotehan Cia perlahan berdiri menatap Misca dari atas sampai bawah. Dia merasa heran karena seorang Devano mampu jatuh cinta kepada wanita tersebut. Sementara ribuan wanita yang ngantre dengan berbagai macam bentuk rupa tidak ada yang berhasil menaklukkannya.
Sungguh, ini luas biasa. Ternyata selera Devano sangatlah berkelas. Irene sampai tak sanggup berkata apa-apa saking senangnya masih ada wanita yang menerima kekurangan sang anak.
Seorang pria paruh baya bernama Vigor Aldebaran berusia 58 tahun tampak mendekat ke arah Devano dengan postur tubuh tinggi kekar, berwibawa, juga tanpa ekspresi persis seperti sang anak yang dingin.
"Apakah yang Cia katakan itu benar, Devano? Dia yang akan menjadi ibu sambung Cia?"
"Iy---"
"Tidak, Tuan, Nyonya. Sa-saya babysitter Non Cia. Kebetulan Tuan Devano sedang sibuk kerja, jadi saya yang akan merawat dan menjaga Non Cia supaya kejadian kemarin tidak terulang kembali."
Misca memberanikan diri memotong pembicaraan Devano karena merasa kurang percaya diri mengumumkan tentang hubungan mereka.
Ini bukan masalah minder, malu, atau apa pun. Hanya saja mental Misca belum sepenuhnya percaya akan hubungan tersebut akan berhasil. Dia masih sedikit ragu, apalagi melihat kedua orang tua Devano seorang pembisnis hebat yang pasti memiliki klien penting di mana-mana.
Misca hanya takut, kalau seandainya kehadiran dia akan membuat mereka malu atau bisa jadi dianggap sebagai wanita yang berniat ingin menggeser posisi menantu pertama yang pastinya sangat dibanggakan semasa hidup.
Devano terlihat tidak suka sama apa yang Misca katakan. Matanya melirik tajam tanpa membuat sang gadis takut. Wanita itu malah mengalihkan pandangan ke arah kedua orang tua sang pria.
Keadaan seperti inilah yang membuat Misca tegang juga khawatir. Dia takut hubungannya tidak mendapatkan restu, padahal mereka belum mencoba untuk mengusahakannya.
"Hanya babysitter Cia?" tanya Vigor mengulang kata-kata Misca sambil mengintimidasi ketika melihat penampilan yang terbilang kampungan, tidak modis, juga penuh akan kesederhanaan.
"Iy-iya, tu---"
"Tidak, Pa! Dia calon istri Devano. Dia bukan babysitter Cia, tapi dia menantu di keluarga ini!" pekik Devano dengan segala ketegasan di setiap kalimat yang diucapkan tanpa rasa ragu.
Tangan Devano pun merangkul kasar pinggang Misca, sehingga tubuhnya berada di dalam pelukan sambil menatap satu sama lain.
"Sekali lagi kamu mengatakan kebohongan tentang hubungan kita di depan Mama dan Papa. Aku tidak akan segan-segan membawamu ke kamar!" ancam Devano tanpa memikirkan ucapannya.
Siapa suruh hubungan yang sudah diresmikan, meskipun status mereka masih terbilang seperti orang asing tetap saja hati keduanya sudah melekat menjadi satu.
Mungkin Misca pikir ini terlalu cepat, sedangkan orang tua Devano baru saja pulang dan belum mengenal dia secara detail. Namun, beda sama pikiran sang pria yang terang-terangkan mengumumkan tekadnya untuk menikah lagi setelah sekian tahun menduda.
"Ci-cia ..., O-opamu ternyata lebih menyeramkan dari Om Varo, ya?" bisik Nina yang langsung bersembunyi di belakang sang sahabat. Wajahnya terlihat ketakutan mendengar nada Vigor yang terbilang seperti orang marah, padahal tidak sama sekali.
"Ya, namanya juga pohon jatuh sebuah-buahnya ya, begitu, Nina. Tidak usah takut, Opa sudah jinak kok, kan, pawangnya Oma hihih ...," balas Cia sambil menutup mulut supaya ketawanya tidak terdengar oleh mereka semua.
"Aishhh, Cia. Aku serius!" sahut Nina kesal.
"Aku dua rius, jadi aku menang wlee hahah ...."
Cia pergi meninggalkan Nina. Dia tidak ingin ikut campur orang dewasa yang sangat memusingkan. Sementara sang sahabat segera menyusul ke kamar dengan wajah nyengir melihat ke arah mereka yang menatap datar padanya.
"Heheh ... pe-permisi, anak kecil mau lewat. Cia, tunggu aku!"
Selang beberapa detik Vigor dan Irene kembali fokus menatap sang anak yang tiba-tiba pulang membawa menantu, sesuai dengan prediksi Cia.
Berbeda sama Misca. Gadis itu memilih menunduk karena tidak sopan jika membalas tatapan mereka yang dianggap seperti menantangnya.
"Apa Mama tidak salah dengar, Devano? Sejak kapan kamu menyukai wanita seperti ini? Bukankah seleramu seperti Manda? Terus kenapa kamu memilih wanita sederhana ini yang pasti tidak mungkin bisa menjadi Manda!"
Tatapan serius dari Irena terhadap sang anak benar-benar mencolok. Dikarenakan selama ini Devano melarang keras tentang perjodohan atau pernikahan seolah-olah tidak akan hidup sendiri seumur hidup, nyatanya sekarang berbeda.
"Jawab mamamu, Devano! Apa yang membuat kamu mau membuka hati pada wanita ini? Bukankah Manda yang kamu inginkan? Terus mengapa sekarang kamu akui dia sebagai calon istrimu, sekaligus menantu di rumah ini. Apa alasannya!" cecar Vigor tak ingin anaknya melakukan kesalahan yang kelak akan merugikan banyak pihak.
"Itu memang faktanya, Pa! Devano memang mencintai Manda, tapi dulu. Dan, sekarang Devano sudah mencintai Misca karena masa depan yang cerah ada saat bersamanya. Devano tidak bisa menjawab apa alasannya karena cinta tidak perlu penjelasan, melainkan cinta butuh pembuktian dan perjuangan sejauh mana tekad kami untuk tetap bersatu!"
Vigor dan Irene saling memandang satu sama lain. Mata mereka seakan-akan sedang berbicara diwakilkan oleh hati dan pikiran yang menyatu.
Sementara Misca terlihat maju mundur untuk meyakinkan hati. Terlihat sekali dia takut menimbulkan perpecahan di anatara Devano dan kedua orang tuanya. Sebab sang gadis sudah menyadari kehadirannya tidak mungkin mendapatkan restu.
Yang ada Misca hadir bagaikan sebuah penghinaan besar yang dilontarkan untuk keluarga Devano, tanpa sadar itu hanyalah pikiran ketidakpercayaan akan cinta suci mereka.
"Se-sebelumnya saya minta maaf, Tuan, Nyonya. Saya sudah lancang datang ke sini tanpa persetujuan. Saya tau, saya ini bukan orang seperti yang kalian harapkan. Saya hidup dari keluarga sederhana, tidak memiliki harta, juga tidak secantik yang lain. Saya juga bekerja hanya sebagai seorang pembantu demi membiayai hidup. Niatnya saya ingin pergi dari kota ini dan mematikan rasa ini untuk Tuan Devano, tetapi saya tidak bisa!"
"Cinta yang saya berikan untuk Tuan Devano cukup besar, Tuan, Nyonya. Saya bingung harus bagaimana? Kalau saja boleh memilih, mungkin saya tidak ingin mencintai orang penting seperti Tuan Devano, apalagi bertemu. Cuma saya tidak punya kuasa atas hal tersebut. Namun, satu yang harus kalian tahu, saya mampu menghadapi 1 dunia sekali pun jika ada yang menghakimi cinta saya kepada Tuan Devano, asalkan tidak menghina kalian karena mendapatkan wanita sampah sepertiku!"
Devano yang tidak terima Misca merendahkan diri di hadapan orang tuanya langsung memarahinya. Mereka berdebat serius tanpa menghiraukan keberadaan Irene dan Vigor.
Misca menangis karena tidak ingin menghancurkan semua reportase keluarga Aldebaran yang susah payah dibangun. Hanya karena kehadiran sampah yang tidak berarti seperti dia.
"Tapi, Tuan. Saya ini---"
"Cukup, Misca! Jika kamu tidak percaya dengan cinta ini, kenapa kamu mencintaiku, hahh? Kenapa? Tidak perlu berpikir berlebihan seperti itu. Aku yakin Papa dan Mama pasti merestui hubungan kita yang akan melangsungkan pernikahan 6 bulan lagi. Benar begitu kan, Pa, Ma?"
"Tidak, kami tidak setuju!"
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...
" aku membencimu"