Terjerat Gairah Sang Pembantu

Sesuai apa yang dikatakan Feri bahwa ia benar-benar membawa Cani untuk berjalan-jalan mengelilingi kota. Mengendarai motor menikmati udara secara langsung benar-benar membuat Cani bahagia. Wanita itu terus melihat kearah kanan dan kiri, ternyata dunia ini sangat luas. Hanya saja selama ini sang Bibi selalu membuat Cani untuk tetap dirumah.

Berulang kali mengatakan kepada Cani bahwa dunia luar sangat kejam dan kotor. Nyatanya itu semua tergantung setiap manusianya, bagaimana pula dengan Cani yang berpengaruh buruk hanya karna sering menonton film yang berbau dewasa. 

Motor matic itu berhenti di penjual sate, Feri ingin mengajak Cani untuk makan bersama. “Kamu suka sate kan, Cani?” tanya Feri, ia takut mungkin saja wanita secantik Cani tidak suka dengan makanan di pinggir jalan. 

“Makanan apapun aku suka, Feri.” Jawabnya. 

Sungguh senang hati Feri mendengarnya, mereka langsung mencari tempat yang nyaman untuk makan. Selama Feri memesan sate yang ingin mereka makan, disaat itulah Cani menjadi kepikiran dengan Lucas. 

“Dia seharusnya memaksaku terus bukan?” Cani menghela napas secara kasar, sangat sulit baginya untuk tidak memikirkan Lucas sedikit saja. 

•

Cani menatap kepergian motor matic yang dinaiki Feri, baru saja diantar pulang tepat pukul 22:30 malam. Cani merapikan rambutnya yang sedikit berantakan sambil melangkah masuk. Matanya mengedar pada taman yang ia lewati, dimana ada air Pancur disana. 

Merasa lelah Cani memilih untuk duduk di bangku dekat pancuran air, memikirkan semuanya yang telah terjadi antara dirinya dengan Lucas. 

“Mungkin sebaiknya aku tidak usah mengharapkan pria itu, dia sudah memiliki istri. Aku tidak perduli mau dia_” Omongan Cani mendadak terhenti karena melihat Lucas yang berjalan kearahnya. 

Pria itu memakai kemeja putih polos yang digulung separuh, ekspresi wajahnya terlihat kesal sekali. Mata Cani langsung menuju kearah lantai atas, ia melihat lampu kamar utama yang sudah tidak menyala lagi. 

“Kau dari mana saja?” Tanya Lucas dengan ekspresi wajah yang sangat dingin. 

“Jalan-jalan dengan_”

“Jangan sebutkan nama itu, aku tidak suka!” Potongnya membuat Cani hanya menunduk, tidak heran semenjak malam itu Lucas memang suka membentak dirinya. 

Cani merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi diantara mereka, cepat-cepat Cani bangkit untuk segera pergi. Berdekatan dengan Lucas hanya membuat Cani malah semakin ingin memeluk pria itu. 

Sekalipun Cani pergi begitu saja Lucas tetap mengikuti dibelakang wanita itu. Berjalan perlahan tapi pasti terus mengikuti Cani kemanapun pergi. 

“Aku tidak suka melihatmu berdekatan dengan pria lain, Cani..” Ucapan Lucas membuat langkah Cani terhenti. 

Meskipun Cani tidak berbalik badan tapi ia sedikit melirik Lucas yang berada tepat dibelakangnya. Aroma Lucas membuat Cani sangat ingin memeluk atau bahkan mencium, ntahlah Cani mulai sudah tidak waras sekarang. 

“Aku tidak bisa fokus bekerja tadi karna membayangkan mu pergi dengan pria itu.. Keadaan tadi benar-benar membuatku kacau, Cani!” ujar Lucas apa adanya, ia menghela napas secara berat. 

Berusaha tangan Lucas meraih tangan Cani, mengelus punggung tangan wanita itu dengan usapan yang lembut. Cani tidak memberontak sama sekali, ia hanya diam memikirkan semuanya. 

“Tapi.. Semua ini sungguh menyakiti hatiku, Tuan. Kau menggantungkan semua hasrat yang menyiksaku..” ucap Cani yang kini sudah saling tatap dengan Lucas. 

“Wajar tidak kalau aku marah?” tanya Cani. “Jawab!”

Lucas membawa tubuh Cani menuju pelukannya, ia menyadari kesalahan terbesar itu. Hanya saja Lucas bingung harus apa akan semua itu, ia masih ragu untuk melakukan ketidakbenaran ini. Hanya saja Cani sudah berhasil membuatnya tertarik dan jatuh hati, sudah pasti Lucas tidak akan bisa melepaskan Cani begitu saja. 

Cani mendorong tubuh Lucas hingga pelukan itu terlepas, tangan Cani terus memukul dada bidang Lucas. Menangis tentunya. “Sementara tadi aku dengar.. Kau menyempatkan waktu yang sedikit hanya untuk Zoya, kenapa denganku tidak?!” Protes Cani lagi. 

Lucas menahan tangan Cani yang terus memukulnya, ia mencium punggung tangan Cani dengan durasi yang cukup lama. Lalu menatap Cani sangat intens, jari telunjuk Lucas menyentuh bibir Cani. 

“Kau hanya tau yang pertama saja, tanpa kau tahu yang sebenarnya jika.. Semua adegan tadi tidak memuaskan aku.” Ujar Lucas jujur apa adanya. 

Seketika ekspresi Cani berubah menjadi bingung. “Maksudnya?”

“Seperti biasa.. Zoya tidak melayaniku dengan baik, alasannya karna lelah.” Jawaban Lucas membuat Zoya semakin merasa bersalah. 

Cepat-cepat Cani menarik tangan Lucas menuju kamarnya, tidak lupa mengunci pintu memastikan agar Zoya tidak masuk nanti. Cani memaksa Lucas untuk duduk di pinggir ranjang, seakan Lucas pasrah saja sekarang. 

“Maafkan aku..” Ucap Cani, ia menunduk dengan penuh merasa bersalah. 

Lucas tertawa saja. “Kenapa minta maaf, sayang? Itu bukan salahmu, itu salah Zoya. Berhenti merasa bersalah seperti itu,” Ucap Lucas yang tidak tahu sebenarnya terbuat dari apa manusia seperti Cani ini. 

Karna rasa cemburu membuat Cani tidak bisa berpikir logis, ia hanya mengedepankan kemarahannya saja. Cani duduk dipangkuan Lucas, ia memeluk pria itu sangat erat. 

“Aku merindukan mu.. Aku tidak suka melihatmu mesra dengan Zoya atau bahkan milikmu ini..” Tangan Cani turun menuju senjata milik Lucas dibawah sana. 

“Aku tidak suka milikmu ini dipegang dia!” Sambungnya, malah Cani meremas kuat milik Lucas tanpa ampun. 

“Aaaaaaaaa! Sakit, Cani..” Lucas menjerit kesakitan tapi sang pelaku malah tersenyum puas saja. Wajahnya malah terlihat puas karna sudah memberikan pelajaran kepada adik Lucas. 

“Cantik cantik kejam amat..” Ejek Lucas. 

“Bodoamat!” Cani ingin turun dari pangkuan pria itu, tapi lagi dan lagi malah Lucas mengubah posisi hingga kini Cani yang berada dibawahnya. 

“Malam ini aku boleh meminta itu?” tanya Lucas dengan penuh hati-hati, posisi kedua tangannya seakan memenjarakan Cani. 

Dari posisi Cani yang dibawah ketampanan yang dimiliki Lucas memang sangat luar biasa. Apa lagi disaat Lucas sudah berekspresi seperti menahan hasrat, disaat itulah menurut Cani ekspresi yang sangat ia sukai dari Lucas. 

“Meminta apa?” Tanya Cani seakan menantang. 

Lucas menampilkan senyuman sinis, ia merasa sungguh tertantang dengan Cani yang sangat menarik. Tangan Lucas memegang bagian bawah milik Cani, meremas erat hingga membuat Cani sedikit mendesis. 

“Buah peach,” Jawaban Lucas membuat Cani terkekeh. 

“Buah peach?” tanya Cani lagi, ia tidak mengerti mengapa Lucas menyebutkan miliknya sebagai buah peach. 

“Karna warna milikmu pink seperti buah peach, menggoda. Itu panggilan ku untuk milikmu, aku harap kau mengerti kode ini.” Jelas Lucas yang semakin membuat Cani tertawa kencang.