NovelToon NovelToon
JUAL BELI DIUJUNG RERUNTUHAN

JUAL BELI DIUJUNG RERUNTUHAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Bertani
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Si kecil pemimpi

Chen Lin, sang mantan agen rahasia, mendapati dirinya terlempar ke dalam komik kiamat zombie yang ia baca. Sialnya, ia kini adalah karakter umpan meriam yang ditakdirkan mati tragis di tangan Protagonis Wanita asli. Lebih rumit lagi, ia membawa serta adik laki-laki yang baru berusia lima tahun, yang merupakan karakter sampingan dalam komik itu.
Sistem yang seharusnya menjadi panduan malah kabur, hanya mewariskan satu hal: Sebuah Bus Tua . Bus itu ternyata adalah "System's Gift" yang bisa diubah menjadi benteng berjalan dan lahan pertanian sub-dimensi hanya dengan mengumpulkan Inti Kristal dari para zombie.
Untuk menghindari kematiannya yang sudah tertulis dan melindungi adiknya, Chen Lin memutuskan untuk mengubah takdir. Berbekal keterampilan bertahan hidup elit dan Bus System yang terus di-upgrade, ia akan meninggalkan jalur pertempuran dan menjadi pedagang makanan paling aman dan paling dicari di tengah kehancuran akhir zaman!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si kecil pemimpi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peningkatan

Matanya langsung tertarik pada lemari kecil di pojok. Ia menyentuh gagangnya perlahan. Pintu lemari terbuka mulus, dan rak di dalamnya bergeser maju sendiri, berhenti tepat di depan tangan Wen Tao seolah tahu posisi tubuhnya.

Ia mengangkat alis.

Rak yang sopan sekali… bahkan lebih ramah daripada penjaga toko.

Kalo lemari yang ada dilantai satu, luasnya gak terkira tapi tidak otomatis.

Ia menutupnya pelan, lalu berpindah menuju kasur lipat di dinding. Ia menekan bagian pinggirnya. Kasur itu langsung melipat terbuka dengan gerakan halus, mengembang seperti kasur baru yang sudah lama dihangatkan.

Wen Tao menyentuh permukaannya. Hangat dan sedikit bergetar.

Kasur pijat? Wow

Ia bangkit lagi dan menuju meja. Ketika jarinya menyentuh permukaan kayunya, sebuah garis tipis cahaya muncul, seperti sensor yang mengukur dimensi barang.

Garis itu mengikuti gerak jarinya, menandai batas area penyimpanan. Wen Tao menatapnya.

Tersinggung gak ya, kalo dia salah taruh barang?

Ia melanjutkan ke laci kecil. Ketika ditarik, laci itu membuka dengan pelan dan bagian dalamnya langsung berubah: sekat-sekat kecil membentuk sendiri mengikuti ukuran ruang kosong, seakan menyesuaikan benda yang mungkin diletakkan di dalamnya.

Langkahnya kemudian menuju karpet. Ia menginjaknya pelan. Karpet itu mengeras sedikit di titik pijakan, meredam suara langkahnya secara otomatis. Permukaan lainnya tetap lembut.

Ia mendekati dinding dan menekan tombol kecil. Sebuah lampu lembut menyala, dan udara berubah sedikit lebih bersih—dingin sebentar, lalu kembali normal.

Wow Penyaring udara otomatis.

Ia hanya bisa memandang sekitar dengan campuran kagum dan ngeri.

Tak satu pun barang di sini normal. Semuanya tahu apa yang harus dilakukan bahkan tanpa disentuh penuh, berbeda dengan yang ada dilantai bawah.

Wow bagaimana jika di upgrade lagi menjadi level dua?

Jin Rang yang tidak peduli dengan kegaduhan itu berbalik menuju dapur dan membuka kulkas. Ternyata isinya benar-benar kosong. Dengan wajah datar, ia kembali keluar, menarik kerah Wen Tao yang masih sibuk memeriksa sana sini.

“Ayo. Turun. Kita ambil bahan-bahan,” katanya singkat.

“Apa?! Kenapa cuma aku yang diseret?” protes Wen Tao sambil menahan pintu.

“Karena kamu bukan pemilik bus,” jawab Jin Rang santai.

Wen Tao langsung terdiam, kehilangan semua argumen. Akhirnya, dengan pasrah namun tetap menggerutu, ia bekerja sama mengangkut barang-barang.

Untuk kulkas sendiri tidak jauh beda dengan kulkas biasa. Keunggulannya ia akan otomatis membaca jenis makanan di dalamnya dan menyesuaikan suhu tiap rak agar sesuai kebutuhan—tanpa perlu perintah. Ia juga bisa mengelompokkan aroma sehingga makanan berbau kuat tidak memengaruhi yang lain. Jika ada bahan yang mulai menurun kualitasnya, kulkas akan menahan proses pembusukan dengan meningkatkan pendinginan lokal hanya pada bagian itu, bukan seluruh ruang.

Semua proses tersebut terjadi diam-diam, membuat kulkas terasa seperti asisten kecil yang teliti.

Setelah beberapa kali bolak-balik, kulkas itu akhirnya terisi penuh.

Baru setelah itu, Jin Rang mulai memasak makan malam mereka dengan tenang.

Tangannya cepat, rapi, dan seolah tahu persis kapan api harus dikecilkan dan kapan harus diangkat.

Untuk merayakan kenaikan level bus, makan malam mereka sedikit lebih banyak.

Ada tiga macam hidangan!

Yang pertama, sup ayam hangat dengan kuah bening keemasan. Aromanya lembut namun kaya, rempahnya pas, dan potongan ayamnya empuk seperti dimasak berjam-jam, padahal hanya sebentar. Chen Wei langsung menelan ludah saat mencium aromanya.

Hidangan kedua, tumis daging lada hitam, potongannya tipis namun tebal rasa, dengan saus hitam pekat yang melapisi setiap sisi. Ketika Jin Rang memindahkannya ke piring, uapnya saja sudah membuat Wen Tao kehilangan kesopanan dan berdiri lebih dekat ke meja.

Yang terakhir, telur dadar tebal yang terlihat sederhana tapi baunya menggoda—permukaannya kecokelatan, bagian dalamnya lembut, berisi irisan sayur tipis yang membuat rasanya segar dan ringan.

Chen Lin sudah tidak sabar untuk memakannya, dia mengambil suapan pertama dari sup ayam itu. Begitu kuah menyentuh lidahnya, matanya melebar dan terlihat lucu.

Rasanya… sangat enak! Dia tidak tahu bagaimana menggambarkannya. Yang penting Enak!

Ia mengambil daging lada hitam. Teksturnya lembut tapi tetap kenyal, sausnya menempel sempurna tanpa berlebihan. Lalu telur dadarnya—lembut, harum, dan penuh rasa.

Chen Lin menatap piringnya lama.

Ia pernah makan di restoran mahal. Pernah mencicipi masakan chef terkenal di kehidupan sebelumnya. Tapi rasa ini… jauh lebih enak dari apa pun yang pernah ia coba.

Chen Lin diam-diam menoleh ke arah Jin Rang yang sedang makan dengan tenang, seakan biasa saja.

Tidak peduli apapun, dia harus memeluk pahanya agar dia tidak pergi kemanapun!

Wen Tao makan seperti orang kelaparan lima hari, kapan lagi dia bisa menikmati masakan Jin Rang.

Biasanya masakan Jin Rang masuk semua ke perut sepupunya dan dia hanya mendapat remahannya saja.

Chen Wei biasanya akan langsung senang begitu melihat makanan terhidang, tapi malam itu berbeda.

Ia duduk diam, tidak menyentuh sendoknya, matanya terpaku pada Jin Rang dengan waspada.

Dalam pikirannya hanya satu hal: Bagaimana kalau makanannya beracun?

Ia menunggu. Mengamati.

Baru setelah melihat kakaknya dan sepupunya makan dengan lahap dan tetap baik-baik saja, Chen Wei akhirnya perlahan mulai makan. Raut wajahnya yang tegang sedikit melunak.

Di saat Chen Wei tidak memperhatikannya lagi, Jin Rang sempat melirik ke arahnya. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum kecil.

Setelah makan malam selesai, mereka berempat kembali berlatih seperti biasa.

Chen Lin menugaskan Wen Tao untuk berlatih memotong benda agar tangannya lebih cepat saat menggali inti zombie.

Dia mulai dari potongan kayu yang dilempar oleh Chen Lin , tapi setiap kali menekan pisau, kayunya justru terpental atau tergores miring. Sesekali dia mengeluh pelan, tapi tidak berani berhenti dan tetap mencoba lagi sambil mengingat bagaimana Jin Rang menggali inti dengan bersih dan cepat.

Lambat laun gerakannya mulai sedikit membaik, meski beberapa kali pisaunya terpeleset dan hampir mengenai kakinya sendiri.

Namun tak berselang lama, mereka mendengar suara langkah kaki cepat dari luar bus. Suaranya panik—seperti seseorang yang sedang berlari demi nyawanya.

Chen Lin segera menghentikan latihan dan menekan layar kecil di dinding. Bus mereka sudah dilengkapi CCTV dari sistem, jadi meski suasana di luar gelap total, gambar yang muncul di layar terlihat jelas seperti siang hari.

Di layar, tampak seorang perempuan sedang berlari sekuat tenaga. Nafasnya memburu, rambutnya berantakan, dan di tangannya hanya ada sebuah raket bulu tangkis. Ia memukul zombie yang terlalu dekat sambil terus mundur dan berlari, wajahnya tegang dan penuh tekad.

Puluhan zombie mengejarnya.

...***************...

Aku kepikiran sebuah pertanyaan : Pembacaku ada yang cowok?

1
Dewi hartika
terus dan semangat jangan pantang menyerah,lanjuttt😁😁🙏🙏
Windy Hapsarini
semangat Thor n sehat selalu ,,🥰🥰
mamah wangda
semangat 💪💪,jgn putus ditengah jalan
Grey Casanova
lanjut kak
Grey Casanova
blm up2 dah 3hri kak
lee zha
kocak.... luar biasa.... menegangkan.... tapi juga manusiawi.... 👌👌👌👌👍👍👍semangat terus ya
Windy Hapsarini
akhirnya Wen Tao punya kemampuan..😍😍
Fitri R
lanjut...semangat thor upnya
Yu~
love me🥰
Fitri R
lanjut...semangat upnya thor
Yu~: siap🫂
total 1 replies
Windy Hapsarini
makasih Thor, istirahat penting.. sehat n semangat selalu Thor 😍😍
Yu~: makasih ya, kamu juga jaga kesehatan🫂
total 1 replies
Lela Salsabila
semangat terus thor 💪💪💪💪
Yu~: siap🫂
total 1 replies
Windy_days
Phoenix, Dark Knight, The Dragon, Eclipse, Sun Rises 😇maaf kepikiran nya cmn ini aja
Yu~: ih bagusss ini, makasih ya🫂
total 1 replies
putra jaya
bagus kali
Yu~: makasih ya dukungannya
total 1 replies
putra jaya
saya juga Lanang tong tong thor🤣
Yu~: semoga sesuai dengan seleramu ya🤧
total 1 replies
Fitri R
lanjut...semangat thor upnya
Rizki Rahmawan
saya Lanang 😄🤭
Yu~: loh othor jadi malu, tak kira pemintanya cewek aja. bertanya dengan nada halus 'ko bisa? ' /Facepalm/
total 1 replies
Rizki Rahmawan
hadir 🙋 kakak
Fitri R
lanjut...semangat thor upnya
Lela Salsabila
GK PP GK up tiap hari juga v minimal ttp harus ada up nya thor😄😄😄😄

makasih udah up untuk hari ini👍👍👍 cerita nya bagus seru sekali cerita nya👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!