NovelToon NovelToon
When It Rains I Find You

When It Rains I Find You

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Slice of Life
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Nana, gadis pemberani yang tengah berperang melawan penyakit kanker, tak disangka menemukan secercah keajaiban. Divonis dengan waktu terbatas, ia justru menemukan cinta yang membuat hidupnya kembali berwarna.

Seorang pria misterius hadir bagai oase di padang gurun. Sentuhan lembutnya menghangatkan hati Nana yang membeku oleh ketakutan. Tawa riang kembali menghiasi wajahnya yang pucat.

Namun, akankah cinta ini mampu mengalahkan takdir? Bisakah kebahagiaan mereka bertahan di tengah bayang-bayang kematian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16: Baikan

Pagi itu, gue bangun dengan perasaan tak menentu. Jam di dinding menunjukkan pukul 9:15. Gue punya waktu 45 menit sebelum ketemu Arga di Taman Musik.

Setelah mandi dan bersiap-siap, gue keluar kamar. Mama sudah di dapur, menyiapkan sarapan.

"Pagi, Ma," sapa gue pelan.

"Pagi, nak," Mama tersenyum. "Sarapan dulu ya sebelum pergi."

Gue menggeleng lemah. "Nggak nafsu makan, Ma. Nanti aja."

Mama menghela napas. "Ya udah, tapi bawa roti ini ya. Nanti dimakan di jalan."

Gue mengangguk, mengambil roti yang disodorkan Mama.

"Na," panggil Mama saat gue hendak keluar. "Apapun yang terjadi, dengerin dulu penjelasan Arga ya. Jangan dipengaruhi emosi."

"Iya, Ma," gue tersenyum tipis sebelum melangkah keluar.

Sepanjang perjalanan ke Taman Musik, pikiran gue berkecamuk. Apa yang akan Arga katakan? Bagaimana kalau ternyata dia memang selingkuh? Atau bagaimana kalau semua ini hanya kesalahpahaman?

Gue sampai di Taman Musik 15 menit lebih awal. Taman itu masih sepi, hanya ada beberapa orang yang jogging pagi. Gue duduk di bangku tempat biasa gue dan Arga main musik.

Sepuluh menit berlalu, tapi Arga belum muncul juga. Gue mulai gelisah. Apa dia nggak akan datang?

Tiba-tiba, gue mendengar suara yang familiar dari balik semak-semak di dekat gue. Suara Arga.

"Kirana, please ngertiin gue," suara Arga terdengar frustasi.

Gue terkesiap. Kirana? Ngapain dia di sini?

Dengan hati-hati, gue mendekati sumber suara, bersembunyi di balik pohon besar.

"Ga, lo harus ngomong ke Nana," suara Kirana terdengar. "Dia harus tau yang sebenernya."

"Gue tau," Arga menjawab. "Tapi gue takut dia salah paham lagi."

"Terus lo mau gimana?" tanya Kirana. "Lo nggak bisa nyembunyiin ini terus."

Ada jeda sejenak sebelum Arga berbicara lagi. "Gue... gue cinta sama lo, Kir."

Jantung gue seakan berhenti berdetak. Air mata mulai menggenang di pelupuk mata gue.

"Tapi bukan cinta yang kayak gitu," Arga melanjutkan. "Lo sahabat gue, dan gue sayang sama lo sebagai sahabat. Tapi Nana... dia segalanya buat gue."

Gue terdiam, nggak yakin harus merasa lega atau makin bingung.

"Gue tau, Ga," Kirana menjawab lembut. "Makanya lo harus jelasin ke Nana. Tentang penyakit gue, tentang kenapa kita pelukan waktu itu."

Penyakit? Gue makin bingung.

"Iya, lo bener," Arga menghela napas. "Gue akan jelasin semuanya ke Nana. Semoga dia mau dengerin."

Gue nggak tahan lagi. Dengan air mata mengalir, gue keluar dari persembunyian.

"Na?" Arga terkejut melihat gue. "Lo... lo udah di sini?"

"Jelasin," gue berkata dengan suara bergetar. "Jelasin semuanya sekarang."

Arga dan Kirana saling pandang, lalu Arga menghela napas panjang.

"Na, maafin gue," Arga mulai bicara. "Gue tau lo pasti salah paham liat gue pelukan sama Kirana kemarin. Tapi bukan seperti yang lo pikir."

"Terus apa?" tanya gue, berusaha menahan emosi.

"Kirana... dia baru didiagnosis kanker stadium awal," Arga menjelaskan pelan. "Dia dateng ke acara itu buat nemuin gue, minta saran tentang pengobatan. Soalnya dia tau gue udah nemenin lo selama ini."

Gue terdiam, mencerna informasi itu.

"Waktu itu gue peluk dia karena dia nangis, takut ngadepin penyakitnya," Arga melanjutkan. "Gue cuma berusaha nenangin dia sebagai temen. Nggak lebih."

"Tapi... tadi gue denger lo bilang cinta sama Kirana," gue berkata lirih.

Arga tersenyum sedih. "Iya, gue emang cinta sama dia. Tapi sebagai sahabat, Na. Kayak gue cinta sama Rara atau Dito. Bukan cinta romantis."

Kirana melangkah maju. "Nana, gue minta maaf udah bikin lo salah paham. Gue dan Arga cuma temen. Dan dia... dia selalu cerita tentang lo. Tentang betapa dia sayang sama lo."

Gue menatap Arga, air mata masih mengalir di pipi. "Bener?"

Arga mengangguk, perlahan mendekati gue. "Na, lo segalanya buat gue. Maafin gue udah bikin lo salah paham. Gue... gue nggak akan pernah nyakitin lo."

Tanpa bisa ditahan, gue menubruk Arga, memeluknya erat. "Maafin gue juga, Ga. Gue... gue harusnya percaya sama lo."

Arga membalas pelukan gue, mengusap punggung gue lembut. "It's okay, Na. Yang penting sekarang udah jelas semuanya."

Gue melepas pelukan, berpaling ke Kirana. "Kir, gue... gue minta maaf udah salah sangka sama lo. Dan... gue turut sedih denger tentang penyakit lo."

Kirana tersenyum lemah. "Thanks, Na. Gue yang harusnya minta maaf udah bikin situasi jadi rumit."

"Kir," gue meraih tangan Kirana. "Kalo lo butuh temen ngobrol tentang penyakit lo... gue ada di sini."

Mata Kirana berkaca-kaca. "Makasih, Na. Lo baik banget."

Kirana menarik napas dalam-dalam, lalu menatap gue dan Arga bergantian. "Guys, kayaknya gue harus pulang deh. Ada janji check-up sama dokter."

"Beneran?" tanya Arga. "Mau gue anterin?"

Kirana menggeleng. "Nggak usah, Ga. Gue bisa sendiri kok. Lagian..." dia melirik gue dengan senyum penuh arti, "kayaknya lo berdua butuh waktu berdua deh."

Gue bisa merasakan pipiku memerah. "Kir..."

"Udah, nggak apa-apa," Kirana tersenyum.

"Gue seneng kalian udah baikan. Jaga satu sama lain ya."

Arga mengangguk. "Thanks, Kir. Hati-hati ya pulangnya. Kabarin kalo udah sampe rumah."

"Siap, boss," Kirana bercanda. Dia lalu memeluk gue sekilas. "Na, sekali lagi maaf ya udah bikin lo salah paham. Jaga Arga baik-baik ya. Dia emang kadang bego, tapi dia sayang banget sama lo."

Gue tertawa kecil. "Iya, Kir. Thanks ya."

Setelah Kirana pergi, tinggallah gue dan Arga berdua di Taman Musik. Suasana hening sejenak, hanya terdengar kicauan burung dan gemerisik daun tertiup angin.

"Jadi..." Arga memecah keheningan, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kita... baikan?"

Gue menatap Arga, melihat kekhawatiran dan harapan di matanya. Tanpa kata-kata, gue melangkah maju dan memeluknya erat.

"Iya, Ga. Kita baikan," gue berbisik. "Maafin gue ya udah nggak percaya sama lo."

Arga membalas pelukan gue, menghela napas lega. "It's okay, Na. Yang penting sekarang udah jelas semuanya. Gue janji nggak akan bikin lo salah paham lagi."

Gue melepaskan pelukan, menatap mata Arga. "Gue juga janji akan selalu percaya sama lo. Kita hadapi semuanya bareng-bareng ya?"

Arga mengangguk, senyumnya melembut. "Selalu, Na. Lo tau kan gue akan selalu ada buat lo?"

"Tau dong," gue tersenyum. "Oh iya, Ga..."

"Hmm?"

"Gelang pemberian lo... gue... gue buang ke kolam waktu itu," gue mengaku malu-malu.

Arga tertawa kecil. "Gue udah menduga. Tenang aja, gue udah siapin yang baru kok."

Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan gelang yang mirip dengan yang dulu, tapi kali ini ada dua bandul not balok.

"Yang satu buat gue, yang satu buat lo," jelasnya sambil memakaikan gelang itu di tangan gue. "Biar kita selalu inget, musik adalah pengikat kita."

Gue menatap gelang itu, terharu. "Thanks, Ga. I love you."

"I love you too, Na," Arga tersenyum lembut. "Jadi... mau main musik?"

Gue mengangguk semangat. "Ayo! Tapi... lagu apa ya?"

Arga berpikir sejenak, lalu matanya berbinar. "Gimana kalo kita bikin lagu baru? Tentang perjalanan kita."

"Boleh tuh!" gue setuju. "Judulnya apa?"

"Hmm... 'Simfoni Cinta'?" Arga menyarankan.

Gue tertawa. "Cheesy banget sih lo. Tapi... gue suka."

Dan di pagi yang cerah itu, di Taman Musik yang mulai ramai, kami berdua mulai menciptakan melodi baru. Sebuah simfoni cinta yang menandai babak baru dalam perjalanan kami. Meskipun kami tahu perjalanan ini masih panjang dan mungkin akan ada rintangan lain, tapi kami yakin, selama kami bersama dan memiliki musik, kami bisa menghadapi apapun.

1
Kia Shoji
Hu hu hu... ❤️
Putu Diah Anggreni
Aku juga pas buatnya nangis kak/Sob/ Apalagi ini hasil imajinasi aku yg lagi di kemo/Sob//Cry/
dee zahira
nangis baca di part ini
dee zahira
semangat
dee zahira
keren kak...
azura Shekarningrum
Luar biasa
azura Shekarningrum
Lumayan
ㅤㅤZ
Paporitin dulu besok lanjut lagi
ㅤㅤZ
Keren
Protocetus
min kunjungin ya novelku Bola Kok dalam Saku
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
dah sampe sini dulu bacanya. besok lagi. mau tidur 🫶
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
ini terlalu sweet 🥹
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
hey kenapa favorit kita sama semua 😌🤌
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
aaaaaa jd ikutan excited
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
🥹 bertahan ya say
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
milih latarnya Borobudur doang 😍
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
aaaargggh gemas
🍾⃝ʙͩᴜᷞʟͧᴀᷠɴͣ sᴇᴘᴀʀᴜʜ
baca NT rasa WP 😆👍
Ms S.
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
Putu Diah Anggreni: Halo kak, sudah update lagi ya/Heart/
total 1 replies
Aerik_chan
wahhh untuk ada secercah harapan....
yuk kak saling dukung #crazy in love
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!