NovelToon NovelToon
Cinta Ceo Posesif

Cinta Ceo Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Time Travel / Persaingan Mafia
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Desfitri

**Karlina/Lina**: Seorang pekerja kantoran yang berdedikasi untuk ibunya yang sakit. Saat mengunjungi ibunya di rumah sakit, Karlina kecelakaan fatal dan meninggal. Rohnya kemudian bertransmigrasi ke tubuh Alia, yang dikenal sebagai Lia, di dalam buku novel romantis yang sedang populer. Karlina memiliki tekad kuat untuk mengubah alur cerita yang mengarah pada kisah tidak bahagia dalam novel tersebut.

**Alia/Lia**: Protagonis utama wanita, siswi SMA yang cerdas dan berbakat. Dia adalah target cinta dari Langit, pacarnya yang memanfaatkannya dan dari Dora, antagonis wanita yang iri padanya. Setelah diselamatkan dari penculikan oleh Levi, Lia jatuh cinta pada pandangan pertama. Perjalanan cintanya dengan Levi penuh dengan rintangan, termasuk pernikahan tidak bahagia dengan Keyla yang dipaksa oleh situasi.

**Levi Nata Samudra**: Protagonis pria, CEO muda yang cerdas dan posesif terhadap Lia. Dia adalah anak dari seorang pemimpin mafia luar negeri, Dafi, dan menemukan dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desfitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

**Pagi di Apartemen Levi**

Pagi menjelang dengan sinar matahari yang hangat menerobos jendela apartemen Levi. Lia bangun lebih dulu, melihat Levi yang masih tertidur dengan tenang. Dia tersenyum, merasa damai melihat wajah kekasihnya yang tenang. Lia memutuskan untuk bangun dan menyiapkan sarapan sederhana.

Di dapur, Lia sibuk membuat roti panggang dan kopi. Aroma harum menyebar ke seluruh ruangan, menarik perhatian Levi yang baru saja bangun. Dia berjalan ke dapur, mengenakan kaus oblong dan celana pendek, matanya masih setengah terpejam.

“Pagi, Lia,” sapa Levi dengan suara serak pagi.

Lia menoleh, tersenyum. “Pagi, Levi. Aku buatkan sarapan. Semoga kamu suka.”

Levi meraih secangkir kopi dan mencium aromanya. “Kopi buatanmu selalu yang terbaik. Terima kasih, sayang.”

Mereka duduk di meja makan, menikmati sarapan bersama. Lia menatap Levi dengan penuh kasih, merasakan kedamaian yang jarang dia temukan di tengah kesibukan mereka.

“Bagaimana rencanamu hari ini?” tanya Lia sambil mengoleskan selai pada roti panggangnya.

“Aku punya beberapa rapat di kantor, lalu harus mengecek persiapan operasi malam ini,” jawab Levi sambil mengunyah roti. “Kamu sendiri?”

Lia menyesap kopinya. “Aku ada kuliah pagi, lalu sore harinya ada pertemuan kelompok untuk tugas besar. Rina dan aku merencanakan untuk menyelesaikan sebagian besar tugas hari ini.”

Levi tersenyum. “Kedengarannya produktif. Jangan lupa istirahat di sela-sela kesibukanmu, ya?”

Lia mengangguk. “Aku akan mengingatnya. Kamu juga jaga kesehatan. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.”

Levi menyentuh tangan Lia dengan lembut. “Aku akan berusaha. Terima kasih, Lia.”

**Siang di Kampus Universitas Harapan**

Di kampus, Lia dan Rina sedang duduk di perpustakaan, dikelilingi oleh buku-buku dan catatan. Mereka berbicara dengan tenang, memeriksa referensi dan menyusun strategi untuk tugas kelompok mereka.

“Jadi, kita perlu menganalisis data ini dan membuat laporan yang komprehensif,” kata Rina, menatap catatan di depannya. “Kamu punya ide tentang bagaimana kita harus memulainya?”

Lia mengangguk, menunjuk pada grafik yang mereka buat. “Aku pikir kita bisa mulai dengan menyusun ringkasan dari data utama ini, lalu membangun argumen kita berdasarkan temuan tersebut.”

Rina tersenyum. “Ide bagus. Kamu memang selalu punya cara untuk membuat semuanya lebih mudah dipahami.”

“Aku hanya berusaha membantu,” jawab Lia dengan rendah hati.

Di saat yang sama, Langit dan Bumi masuk ke perpustakaan, melihat Lia dari kejauhan. Langit mengamati Lia dengan perasaan campur aduk, sementara Bumi menyenggol lengannya.

“Lia tampak bahagia,” kata Bumi. “Biarkan dia menjalani hidupnya.”

Langit menghela napas. “Aku tahu. Tapi aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku membuat banyak kesalahan.”

Bumi menepuk bahu Langit. “Kamu bisa memperbaiki dirimu sendiri, Langit. Itu yang terpenting.”

Langit menatap Lia sekali lagi sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya, berusaha menerima kenyataan.

**Sore di Kantor Nata Samudra Corp**

Levi sedang duduk di meja kerjanya, meneliti laporan keuangan terbaru. Pintu ruangannya terbuka, dan Ervin masuk dengan membawa berkas.

“Ada sesuatu yang perlu kamu lihat,” kata Ervin, meletakkan berkas di meja Levi. “Ini laporan dari pelabuhan. Tampaknya ada pergerakan mencurigakan.”

Levi membuka berkas itu dan membaca dengan cermat. “Apa yang kita hadapi di sini?”

“Kelompok yang tidak dikenal mencoba memasuki wilayah kita,” jelas Ervin. “Mereka bergerak dengan hati-hati, tapi kami menangkap beberapa tanda aktivitas mereka.”

Levi mengernyit. “Kita tidak bisa membiarkan mereka mengganggu operasi kita. Pastikan kita memiliki pengamanan yang ketat di sekitar pelabuhan. Dan beri tahu tim untuk tetap waspada.”

Ervin mengangguk. “Sudah diatur. Aku juga akan melakukan pengecekan langsung malam ini.”

“Bagus,” kata Levi, menutup berkas itu. “Kita tidak bisa mengambil risiko. Operasi ini harus berjalan lancar.”

**Malam di Markas Keluarga**

Malam itu, Levi berada di markas keluarga, bersiap untuk operasi. Dia mengenakan pakaian hitam yang memudahkannya bergerak, dengan pistol tersembunyi di bawah jaketnya. Thomas dan beberapa anggota mafia lainnya sedang bersiap-siap di ruang rapat.

“Semua sudah siap?” tanya Levi dengan suara tegas.

Thomas mengangguk. “Ya, Bos. Tim sudah di posisi dan siap bertindak sesuai perintah.”

Levi menatap peta operasional di atas meja. “Pastikan tidak ada kesalahan. Operasi ini sangat penting untuk kita. Jangan biarkan apapun atau siapapun menghalangi kita.”

Ervin masuk ke ruangan, memberikan tanda jempol. “Semua berjalan sesuai rencana. Kita siap berangkat kapan saja.”

Levi menghela napas, mencoba meredakan ketegangan. “Baik. Kita mulai sekarang. Tetap waspada dan pastikan kita tidak meninggalkan jejak.”

Mereka bergerak keluar dari markas, menuju lokasi operasi di pelabuhan. Malam yang gelap memberikan penutup sempurna untuk tindakan mereka. Di sepanjang perjalanan, Levi merasakan detak jantungnya yang meningkat, menandakan campuran adrenalin dan ketegangan.

**Di Pelabuhan**

Tim Levi tiba di pelabuhan dengan tenang, menyebar untuk memastikan tidak ada yang mencurigakan. Levi mengawasi semuanya dari sudut yang tersembunyi, memantau situasi dengan saksama.

“Posisi aman,” suara dari radio terdengar di telinga Levi. “Tidak ada tanda-tanda aktivitas mencurigakan.”

Levi merespons dengan tenang. “Bagus. Lanjutkan seperti yang direncanakan. Jangan buat kegaduhan.”

Di tengah operasi, Levi melihat bayangan mencurigakan bergerak di sekitar kontainer. Dia memberi isyarat kepada timnya, mendekati area itu dengan hati-hati.

“Siapa di sana?” tanya Levi dengan suara rendah.

Bayangan itu terhenti, kemudian muncul seorang pria dengan tatapan panik. “Tolong, jangan tembak. Aku hanya pekerja di sini. Aku tidak tahu apa-apa.”

Levi menatap pria itu dengan tajam. “Apa yang kamu lakukan di sini?”

Pria itu gemetar. “Aku hanya bekerja di sini. Aku tidak tahu apa-apa tentang apapun yang mencurigakan. Tolong, biarkan aku pergi.”

Levi menghela napas, melepaskan pegangan pada pistolnya. “Pergi dari sini. Dan jangan kembali lagi.”

Pria itu lari terbirit-birit, meninggalkan Levi yang merasa lega tidak harus menggunakan kekerasan. Dia kembali ke timnya, memberikan isyarat bahwa situasi aman.

“Lanjutkan operasi,” kata Levi dengan tegas. “Kita tidak punya banyak waktu.”

**Malam di Apartemen Levi**

Setelah operasi selesai, Levi kembali ke apartemennya dengan rasa lega. Dia membuka pintu, melihat Lia yang sudah tertidur di sofa, menunggunya pulang. Hatinya terasa hangat melihat Lia yang begitu peduli padanya.

Levi berjalan pelan, menutupi Lia dengan selimut. Dia duduk di sampingnya, menatap wajah tenang Lia dengan penuh kasih sayang.

“Aku akan selalu melindungimu,” bisiknya lembut. “Tidak peduli apapun yang terjadi.”

Malam itu, Levi tertidur di sofa di samping Lia, merasakan ketenangan yang langka di tengah kehidupan yang penuh dengan tantangan dan rahasia.

**Epilog: Rencana Baru**

Keesokan paginya, Levi dan Lia bangun dengan perasaan segar. Mereka berbicara tentang rencana hari mereka, menikmati momen kebersamaan sebelum terjun ke dunia mereka masing-masing.

“Jangan khawatir, Levi,” kata Lia sambil tersenyum. “Kita akan menghadapi semua ini bersama. Aku percaya padamu.”

Levi mencium kening Lia dengan lembut. “Dan aku akan selalu ada untukmu. Kita akan menjalani ini bersama.”

Dengan semangat baru, mereka menghadapi hari yang menantang, siap untuk mengatasi apapun yang datang dengan kekuatan cinta dan komitmen mereka.

bersambung_-

1
Giuliana Antonella Gonzalez Abad
Gua setia nungguin update lo, thor! jangan bikin gua kecewa 😤
♥\†JOCY†/♥
Bikin susah move-on, semoga cepat update lagi ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!