Bau bangkai menyengat selalu datang setiap mau maghrib sampai nanti menjelang isya, Kadang bayangan merah juga melintasi jendela. Lita terpaksa menyewa tempat yang paling ujung karena harga nya yang murah dan ukuran rumah ini lumayan besar, Namun rasa takut Lita berkurang ketika ada seorang pria bernama Sam juga menghuni rumah ini di bagian atas.
Yang membuat Lita merasa aneh, Sam datang nya selalu sore setiap mau maghrib.
Siapa Sam sebenar nya?
Kenapa Sam mau tinggal bersama Lita?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Usaha Tama
Tidak ingin mencari masalah dengan para mahluk ghaib, Laura pergi meninggalkan kamar kosong itu dengan perasaan yang sangat gundah. Hati dan jantung nya tidak bisa di kontrol lagi, Semua nya sangat kacau dan tubuh nya berkeringat dingin, Seratus persen Laura yakin dengan apa yang sudah di lihat nya, Tampak dari belakang kalau sosok itu berjalan mundur untuk mendekati nya, Bahkan rasa nya sekarang mau berjalan menaiki tangga yang menghubungkan lantai ketiga pun sangat sulit karena sendi nya terasa sangat lemas, Tidak ada satu pun orang yang keluar, Lantai dua atau tiga ini memang sangat sepi, Beda dengan lantai satu yang kadang kala masih ada manusia yang keluar dari kamar.
Andai kan saja mereka ada yang keluar kamar sekedar berdiri untuk saling ngobrol, Mungkin rasa takut ini akan sedikit surut. Sial nya sama sekali tidak ada satu orang pun yang keluar dari kamar nya, Laura hanya bisa mempercepat langkah agar segera sampai dan masuk kekamar nya, Namun otak nya tidak ingin menuju kamar sendiri. Dia ingin kekamar nya Andrea saja, Kalau pun di kamar sendirian maka sama saja dia akan ketakutan, Karena dalam kamar juga rasa nya sangat menyeram kan. Laura memutuskan berlari agar segera sampai di kamar teman nya itu, Dia akan tidur di sana saja malam ini.
"Eh! Selamat malam, Bu Melati." Laura menyapa Ibu Kost nya yang berjalan cepat.
Namun Bu Melati sama sekali tidak menjawab sapaan nya, Dia terus saja berjalan lurus menuruni tangga dengan gaun putih nya yang menebar aroma wangi mawar. Laura masih sempat menoleh karena heran, Biar pun biasa nya Bu Melati memang kaku, Tapi masih menjawab bila di tegur walau pun hanya sepatah kata saja. Tidak mungkin bila tidak dengar juga, Laura mengintip dari pagar tangga untuk melihat langkah Bu Melati, Namun sosok itu sudah lenyap entah kemana bersama sepi nya malam ini.
"Kok hilang? Masa sih secepat itu dia berjalan." Batin Laura sangat keheranan.
Entah karena rasa penasaran atau juga karena sesuatu energi yang memanggil nya, Laura malah menuruni anak tangga lagi untuk mencari Bu Melati yang bisa hilang dengan cepat nya, Mata Laura menatap kesana kemari untuk mencari sosok nya Bu Melati yang hilang entah kemana, Di lantai dua juga sama sekali tidak ada sosok nya, Padahal bila berjalan maka masih ada di pertengahan tangga ini. Tidak mungkin wanita itu langsung loncat dari lantai dua tadi, Di tangga hanya ada keheningan saja. Batang hidung Bu Melati tidak tampak di sini, Mungkin yang ia lihat tadi adalah hantu.
"Kau mencari ku?" Tegur suara dari belakang.
"Ya Allah!" Laura menoleh dan hampir tergelincir karena kaget dengan orang yang menegur nya.
"Jangan mencari tahu yang bukan urusan mu, Nanti kau bisa celaka." Ujar Bu Melati dengan nada dingin.
"Maaf, Bu. Tadi saya kira anda kemana, Kok hilang nya cepat sekali." Laura menjawab gugup.
Bu Melati hanya tersenyum saja dan kembali turun menuju lantai bawah, Dari sini Laura bisa melihat sampai kelantai satu yang sangat luas itu. Bisa di lihat nya bahwa Bu Melati malah lewat pintu belakang dan menuju kesana, Laura tidak ingin kepo lagi. Lebih baik dia segera menuju kamar nya Andrea, Rasa nya sangat mencekam sekarang.
"Siapa?" Andrea berteriak dari dalam kamar ketika pintu nya di ketuk.
"Ini aku, Tolong buka pintu nya." Pekik Laura yang merasakan diri nya di lewati oleh seseorang.
"Siapa nama mu?!" Sentak Andrea yang masih tidak berani membuka kan pintu.
"Laura! Cepat buka pintu nya." Laura menjerit kencang.
Andrea membuka pintu dan menarik tangan Laura agar segera masuk kedalam kamar, Rasa nya membuka pintu saat malam hari sangat lah menyeram kan. Laura sudah pucat pasi, Begitu juga Andrea karena dia juga merasakan ketakutan, Terlihat jelas dari wajah nya yang tampak resah.
...****************...
Tama menatap kamar nya yang memang terasa lain sejak dulu dia pertama kali masuk kesini, Malam ini dia tidak bekerja dan tak ada teman nya juga. Untuk membuktikan apa yang sebenar nya di takuti oleh para penghuni lain, Tama keluar dari kamar nya dengan nyali yang sangat besar, Tak peduli apa yang akan ia hadapi nanti. Setidak nya dia harus mencari tahu, Mahluk apa yang sudah menghantui semua penghuni.
Mata pemuda ini lurus menatap pohon mangga yang terlihat sangat menyeram kan memang, Padahal ini baru jam delapan malam. Di kota tentu nya masih banyak orang yang terjaga bahkan ada juga yang pesta atau pun dugem, Namun di kost sini sudah seperti kuburan yang sangat mencekam, Memang ada juga kuburan di sini. Tama menatap sesuatu yang sedang memanjat pohon mangga dengan posisi terbalik, Dia mengucap kan doa dan mendekati pohon mangga itu dengan perasaan yang sangat tenang. Sama sekali tidak ada rasa takut nya, Walau pun dia tak punya pegangan ilmu, Namun Tama yakin bahwa Allah akan melindungi nya.
"Siapa kau sebenar nya?" Tama menatap sosok itu.
"Jangan ikut campur, Aku sudah ada sejak lamaaa....
"Kau mengganggu kami! Sehingga aku harus ikut campur!" Sentak Tama.
"Berani kau ikut campur masalah kuuuuu...
Mahluk itu berteriak nyaring karena keberadaan nya di usik oleh Tama, Sedang kan Tama langsung terpental karena teriakan itu punya kekuatan yang sangat dahsyat sekali. Terbentur pinggiran meja yang terbuat dari keramik, Tama menggeliat dan tak lupa masih menyebut tuhan nya, Mahluk itu terbang dan mengambang tepat di hadapan wajah Tama.
"Kau hanya mampu membuat ku tak menyentuh mu, Tapi bukan berarti kau bisa mengusir ku." Geram nya dengan seringai maut.
"Aku pasti akan melenyapkan mu, Kau tunggu saja." Ancam Tama.
"Seperti nya hati dan jantung mu sangat enak bila di kunyah, Andai aku bisa merasakan nya." Mahluk itu menjulur keluar.
Sekejap kemudian dia sudah menghilang dari pandangan mata, Tama menarik nafas berat karena ternyata di sini memang ada mahluk terkutuk itu. Dan nama nya bukan hanya hantu, Dia adalah sejenis iblis yang cukup kuat dan kejahatan nya sudah banyak, Entah berapa nyawa yang sudah ia telan selama menjadi iblis.
Tama bangun dan memegangi pundak nya yang terasa sangat sakit, Bisa jadi memar karena hantaman yang sangat kuat tadi. Tama pun kembali masuk kedalam kamar nya yang ada di lantai satu, Setidak nya dia harus mencari teman yang paham dengan mahluk ghaib, Tama tidak menyadari bahwa ada sepasang mata tajam menatap nya tidak suka, Sosok yang memakai gincu merah pekat.