NovelToon NovelToon
Cafe Memory

Cafe Memory

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Karir / Persahabatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Fhadillah

​Kematian, tentu saja tidak ada seorang pun yang suka menghadapi kematian, namun hal ini dengan jelas tentu tak dapat terhindari. Namun bagaimana kamu akan menghadapi kematian tersebut? Terlebih kematian seseorang yang sangat berharga bagimu? Bagaimana kamu akan menghadapi kematian seseorang yang kamu harapkan tetap bersamamu untuk seluruh sisa hidupmu? ​Ethan tak pernah membayangkan dirinya akan berdiri di hadapan kuburan teman masa kecilnya yang juga merupakan cinta pertamanya, bahkan setelah bertahun-tahun kematian itu berlalu, Ethan masih tak percaya gadis itu telah pergi meninggalkannya sendirian disini. Satu hal yang selalu Ethan sesali bahkan setelah belasan tahun, dia menyesal tak bisa mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, karena sikap pengecutnya, dia tak pernah bisa memberitahukan perasaannya yang sudah lama ia pendam pada gadis itu. ​“Papa!” Ethan tersadar dari lamunannya, dia berbalik dari batu nisan itu kearah asal suara. Gadis kecil berusia 7 tahun yang imut dalam balutan dres bunga-bunga pink nya berlari dengan susah payah mendekati pria itu. “Jangan lari, nanti kamu jatuh” pria dewasa itu mengangkat tubuh gadis kecil itu lalu mengendongnya dalam pelukannya. Dia pergi mendekati wanita yang berdiri tak jauh dari sana, mereka bertiga berjalan semakin jauh meninggalkan kuburan itu lagi, meninggalkan batu nisan dan penghuni di dalamnya lagi, mungkin Ethan akan kembali kesini atau mungkin ini akan menjadi kali terakhir dia berdiri di hadapan sahabatnya yang sudah tertidur bertahun-tahun itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Fhadillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Hari-hari terus berlalu dan tak terasa sudah hampir 5 bulan Ethan berada di perusahaan tersebut, dia masih mengikuti pelatihan walaupun sekarang dia lebih sering berada di lapangan. Pak Yusuf orang yang sangat perfeksionis dan tidak menerima kesalahan sekecil apapun. Terkadang Ethan berada di dalam masalah besar hanya karena kesalahan kecil yang masih sering dia lakukan. Ada sangat besar tekanan pekerjaan yang harus Ethan hadapi, setiap hari pekerjaannya bertumpuk, dia harus mengunjungi rumah-rumah klien yang jauh, senior-senior tempatnya bekerja sering meremehkan dan mengalihkan pekerjaan mereka kepada Ethan. Walaupun begitu Ethan tetap bersyukur dia bisa bekerja disana. Setiap harinya Ethan mencoba untuk bekerja dengan ikhlas dan memenuhi dirinya dengan perasaan positif, dia juga mencoba untuk tidak mengeluh atau mengumpati hal-hal buruk yang terjadi.

​Ethan selalu pulang kerumah dengan keadaan sangat kelelahan, dia menjadi lebih sering lembur. Suatu hari setelah Ethan selesai mandi dan bersiap-siap untuk tidur tiba-tiba bel pintu nya berbunyi. Ethan melirik jam di dinding, sudah jam 22.17 dan sangat jarang ada yang mengunjunginya pada jam segini, sebenarnya sangat jarang ada yang mengunjunginya di jam apapun itu. Ethan berjalan ke pintu dan membukanya menampilkan Emy yang berdiri disana dengan sekantong plastik di tangannya. Walaupun Ethan tidak mengatakan apapun atau bereaksi apapun, dia tetap terkejut dengan kedatangan Emy yang tiba-tiba itu.

​Ethan dengan ragu mempersilahkan Emy masuk ke dalam dan gadis itu langsung masuk, memberikan kantung plastik berisi roti bakar rasa cokelat. Ethan menyajikan makanan itu dan meletakannya diatas meja di depan Emy beserta dengan air mineral dingin.

“kenapa kamu datang kesini?” di jam segini. Tanya Ethan mengalihkan perhatian Emy yang sedang mengamati seisi ruangan itu menatap Ethan. Gadis itu hanya tersenyum simpul untuk beberapa saat tanpa mengatakan apapun hingga akhirnya dia hanya mengatakan kalau tak ada maksud apapun dan hanya ingin berkunjung. Mereka hanya duduk saling berhadapan di meja makan tanpa mengatakan apapun, kecanggungan terasa begitu pekat dan menusuk menyelimuti mereka berdua. Emy terlihat sedikit gelisah di tempat duduknya, dia sedikit menunduk menatap roti bakar itu sambil memainkan jari-jarinya. Ethan mau tidak mau terus memperhatikan setiap gerakan Emy dan dia tau ada sesuatu yang mengganggu gadis itu, Ethan diam saja tanpa bertanya apapun, jika dia ingin bercerita gadis itu tentu saja akan buka suara.

​Malam terus larut dan mereka masih terselimuti kekakuan, setiap menit yang terlewati hanya dengan kesunyian dan sesekali hanya ada percakapan basa-basi yang mengalir diantara mereka hanya untuk mengingatkan bahwa mereka tidak sendirian di ruangan itu. setelah beberapa saat Emy bangkit dari tempat duduknya dan mulai berpamitan pada Ethan, Ethan mengantar gadis itu kedepan pintu.

“kamu tidak masalah pulang sendiri?” tanya Ethan saat mereka berdua kini sudah berdiri di depan pintu.

“eum tidak apa-apa, aku bawa mobil” balas Emy sambil memainkan kakinya dengan pelan. Gadis itu tidak langsung pergi dari sana dan hanya berdiri dengan kepala tertunduk, sepertinya masih ada hal yang ingin dia katakan namun Ethan tidak bertanya apapun dan masih setia berdiri disana menemani gadis itu.

​Mungkin Ethan pria yang pasif dan tak berusaha untuk melakukan apapun untuk menghibur orang yang bersamanya atau semacamnya, tapi Ethan hanya mencoba untuk jujur dan tak ingin terlihat sok tau tentang segalanya. Dia memang sedikit peka namun dia ingin orang tersebut mengatakan dengan jelas apa yang dia rasakan agar Ethan tak perlu menebak apapun dan membuat asumsi tentang hal itu. tiba-tiba Emy mengangkat kepalanya dan menatap Ethan, ada sedikit sorot sendu yang terpancar dari mata gadis itu.

“boleh aku memelukmu sebentar?” tanya nya dengan lirih dan suara yang teramat pelan, Ethan menghela napas pelan tanpa disadari oleh Emy, pria itu berjalan lebih dekat pada gadis itu dan langsung memeluknya. Emy merasakan kehangatan dan ketulusan menyetuh hatinya, dia membalas pelukan Ethan, pelingkarkan kedua lengannya di pinggang pria itu. Ethan menepuk-nepuk kepala Emy sesaat lalu membisikan ”kalau kamu ingin bercerita, ceritakan saja padaku” tepat di telinga Emy lalu melepaskan pelukan mereka. Emy mengangukan kepalanya dengan senyuman hangat lalu pergi meninggalkan rumah Ethan.

​Ethan tidak begitu ingat kapan terakhir kali dirinya memeluk seseorang dengan perasaan setulus itu, apa saat Jihan mencukur rambutnya? Atau saat dia akan pergi bertanding bulu tangkis untuk terakhir kalinya? Semua itu sudah sangat lama, perasaan itu dan kehangatannya sudah sangat lama tidak dirasakan oleh Ethan dan ini terasa seperti baru pertama kali baginya. Ethan merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur dengan kasar dan menatap langit-langit kamarnya dengan kosong, membiarkan pikirannya berkelana kemana saja.

​Secara perlahan dan bertahap Ethan membangun karirnya dan juga membangun reputasinya. Tidak ada lagi yang melihatnya dengan buruk hanya karena dia pernah dipenjara. Semua orang mengakui karya dan hasil kerja Ethan. Dari awal dia menekuni hal ini dengan sangat serius, dia mendedikasikan semua yang dia miliki disini. Suatu hari pak Yusuf menawarkan Ethan untuk kembali berkuliah agar dia bisa meraih cita-citanya. Bagi Ethan desain interior tentu saja lebih dari cukup namun sejak awal dia memang sangat ingin menjadi arsitektur. Ethan melewati semua rintangan, berkuliah di luar negeri walaupun sebagian masa mudanya terbuang dengan sia-sia. Menyelesaikan study nya dalam waktu kurang lebih tiga setengah tahun dan kembali ke tempat asalnya. Ethan melamar kerja sebagai arsitektur di perusahaan-perusahaan besar namun sayangnya dia hanya di terima di perusahaan yang tak begitu besar dan baru dibangun sekitar 5 tahun terakhir. Namun walaupun begitu, Ethan dengan tulus bekerja dengan rajin dan serius.

​Ethan kembali bertemu dengan Emy yang memang sejak awal tidak pernah meninggalkan kota itu. mereka memutuskan untuk makan malam bersama sebagai suatu bentuk reunian. Saat makan malam Emy menceritakan betapa dia kaget dan binggung karena Ethan yang pergi secara mendadak. Ethan bertanya bagaimana kabar gadis itu dan Emy menjawab dengan senyum kecut bahwa dia baik-baik saja sejauh ini, Emy juga menceritakan bahwa dia pernah menikah sekali lalu bercerai tidak lama setelahnya. Emy dengan senyum paksa berkata bahwa dia juga kehilangan bayinya. Itu tentu saja membuat Ethan sangat kaget dan menyanyangkan hal itu namun hal yang sudah berlalu hanya tinggal menjadi kenangan, tidak ada yang bisa diubah. Ethan juga menceritakan dia pernah kehilangan dua orang yang sangat teramat penting bagi hidupnya, bagaimana dia bertahan hidup sendirian bertarung dengan depresi dan dirinya sendiri yang buruk. Ethan juga mengatakan hal yang paling sulit dari semua hal itu adalah perasaan sepi dan pemikiran untuk mengakhiri hidup yang sering kali muncul.

​Emy sangat kaget mendengar cerita Ethan, dia tidak pernah tau Ethan pernah mengalami hal semacam itu. kematian memang akan selalu dihadapi oleh semua orang tidak peduli siapapun dia, dan tak ada yang dapat mencegahnya, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah melepaskan dan mengikhlaskannya karena bagaimana pun hidup terus berlanjut.

​Setelah pertemuan mereka itu, mereka menjadi lebih dekat dan lebih sering bertemu, menjadi teman dekat dan bercerita tentang berbagai hal. Mereka juga sering pergi ke tempat-tempat baru yang tidak pernah mereka kunjungi sebelumnya atau pergi ke tempat yang menyimpan banyak memori hanya untuk kembali mengingat kenangan-kenangan lama. Ethan membawa Emy ke makam ibunya dan memperkenalkan gadis itu, dia juga membawanya ke makam Jihan dan berkata pada kuburannya betapa akan sangat menyenangkan jika Jihan masih disini, mereka pasti akan berteman dengan baik walaupun perilaku dan sikap mereka sangat jauh bertolak belakang.

​Terlepas dari perusahaannya yang kecil, Ethan tetap mampu untuk mengembangkan karirnya dan membuatnya menjadi sukses. Dia mulai masuk dan berteman dengan orang-orang kelas atas. Walaupun begitu Ethan masih tetap menjadi pribadi yang sederhana dan tidak sombong. Walaupun kini Ethan berpenghasilan cukup banyak dan bahkan lebih dari sekedar mencukupi biaya hidup, dia tidak pernah membeli barang-barang mewah atau menghambur-hamburkan uang, Ethan sering menyumbang sebagian besar penghasilannya untuk panti asuhan ataupun panti jompo. Dia bahkan tidak merenovasi sedikitpun rumah masa kecilnya, tempat dia tumbuh bersama satu-satunya orang tuanya yaitu ibunya, Ethan hanya memperbaiki hal-hal yang telah rusak dimakan waktu namun tidak mengubah apapun dari rumah yang menyimpan begitu banyak kenangan tentang sosok ibunya dan dirinya yang dulu, dan juga Jihan. Rumah itu telah mempresentasikan dan menggambarkan dengan tepat masa kanak-kanak Ethan dan dia tidak ingin mengubah apapun darinya.

1
Bening Hijau
marathon loh aku bacanya..
kamu orangnya konstisten...
saya senang gayamu..
nanti akan ku baca cerita mu yang lain marathon juga dan komen di bagian akhir..
semangat terus..
Bening Hijau: tak langsung kamu buat q motivasi untuk menyelesaikan imajinasi ku sampai selesai
Nurul Fhadillah: Terima kasih banyak, senang sekali kalau kamu suka sama ceritanya😁
total 2 replies
mary dice
biasanya ada koma sebelum tanda petik
Nurul Fhadillah: Ouh oke kak, terima kasih untuk koreksi nya😁🙏🏻
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak...
S. M yanie: InsyaAllah, hhheee
Nurul Fhadillah: Iya kak, kakak juga semangat ngejalani hari2🦾
total 2 replies
cytoid
kakak bisa lihat novelku lewat profilku(^^
cytoid
kasian ethan🥺. Btw aku juga lagi buat novel baru nih kak, tolong disupport ya?🙏
todoroki shoto: semangat,kak/Smile/
Nurul Fhadillah: Ouh oke kak, semangat terus berkarya nya ya, terima kasih juga udah baca novel ini😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!