NovelToon NovelToon
To Be Your Mistress

To Be Your Mistress

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: moonwul

Ketika ketertarikan yang dihiasi kebencian meledak menjadi satu malam yang tak terlupakan, sang duke mengusulkan solusi kepada seorang gadis yang pastinya tidak akan direstui untuk ia jadikan istri itu, menjadi wanita simpanannya.

Tampan, dingin, dan cerdas dalam melakukan tugasnya sebagai penerus gelar Duke of Ainsworth juga grup perusahaan keluarganya, Simon Dominic-Ainsworth belum pernah bertemu dengan seorang wanita yang tidak mengaguminya–kecuali Olivia Poetri Aditomo.

Si cantik berambut coklat itu telah menjadi duri di sisinya sejak mereka bertemu, tetapi hanya dia yang dapat mengonsumsi pikirannya, yang tidak pernah dilakukan seorang wanita pun sebelumnya.

Jika Duke Simon membuat perasaannya salah diungkapkan menjadi sebuah obsesi dan hanya membuat Olivia menderita. Apakah pada akhirnya sang duke akan belajar cara mencinta atau sebelum datangnya saat itu, akankah Olivia melarikan diri darinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonwul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17: Wajah, Kekayaan, atau Sifatnya?

Sepanjang malam, Simon tidak dapat tidur.

Pria itu menginginkan Olivia. Bahkan, di titik ini ia tersadar bahwa dirinya rela terbakar untuknya.

Mandi pagi dan menyiapkan penampilannya, Simon lalui setiap tindakan monoton nan membosankan itu dengan pikiran yang tak hentinya melupakan bagaimana rasa dari bibir Olivia semalam.

Saat di kamar ganti dengan cermin setinggi badan, bukannya ia melihat dirinya yang tengah mengancing kemeja lengan pendeknya, melainkan wajah cantik nan sensual gadis itu karena sentuhannya.

Aku tidak bisa tidur di malam hari karena menginginkanmu. Bahkan jika aku sebenarnya tidak menyukaimu, aku menginginkanmu. Itu adalah hal yang paling menjengkelkan, memperdaya, dan terkutuk, tapi itulah dia perasaanku kepadamu.

Simon menoleh pelan saat mendengar suara asisten pribadinya masuk ke kamar.

“Yang Mulia Duke? Sarapan sudah dihidangkan. Kedua orang tua Anda pun akan bergabung pagi ini,” serunya memberi informasi dengan suara cukup keras lantaran tahu bahwa Simon sedang berada di ruang ganti.

Simon melihat sekilas pantulan dirinya lalu berjalan keluar. “Baik, terima kasih, Jeffry,” ucapnya begitu melihat sang asisten pribadi.

Pria tua yang hampir menginjak usia empat puluh tahun itu telah melayani Simon sejak pria itu masih remaja. Jika Benedict sebagai sekretaris hanya membantu dalam setiap hal pekerjaan kantor, maka ia akan melakukan semua hal kecuali itu.

Jeffry mengikuti langkah Simon. “Yang Mulia, Nona Charlotte rencananya akan datang siang nanti. Sesuai keinginan Nyonya Ainsworth bahwa pesta ulang tahunnya harus diadakan di sini,” jelasnya.

Simon menghela pelan. “Kapan tepatnya pesta itu?”

Jeffry tertegun beberapa saat, tidak menyangka bahwa Simon telah melupakan pesta penting untuk tunangannya itu. “Lusa, Yang Mulia. Sedari kemarin mansion sudah didekor dengan sedemikian rupa. Hari ini pun para staf akan semakin ramai dan sibuk untuk menyiapkannya.”

“Hm,” gumam Simon menerima informasi itu.

Ia masih terus berjalan hingga kini terlihat jelas ke mana pria itu akan pergi. Namun, sebelum tangannya bergerak untuk membuka pintu, dengan sigap Jeffrey melakukannya.

“Kalau begitu, mari saya antar ke ruang sarapan, Yang Mulia.” Jeffrey berkata berjalan di depannya.

“Sebelum itu... “ Perkataan Simon itu membuatnya berhenti dan berbalik.

“Ya, Yang Mulia?”

“Antarkan saya ke ruangan staf perempuan.”

Jeffrey serasa tidak memercayai pendengarannya. “Bagaimana maksudnya, Yang Mulia?”

Sedangkan Simon dengan tanpa berkedip menjawab begitu tenangnya. “Ada seseorang yang ingin saya temui di sana.”

♧♧♧

Paul terkejut dengan permintaan tiba-tiba Olivia padanya di tengah malam tadi.

Meski begitu, ia sedikit mengerti mengapa gadis itu sampai ingin cepat-cepat pindah dari mansion keluarga sang duke.

Mengendarai mobilnya setelah melalui pengecekan ketat para keamanan dan bantuan dari Aditomo, akhirnya ia sampai di depan bangunan bak istana itu.

Pria itu memang brengsek. Aku hanya berharap bahwa tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan pada Olivia karenanya.

Saat Paul menajamkan pandangannya dan menemukan sosok Olivia yang berdiri dengan dua buah koper, ia segera menepikan mobil di dekatnya.

Menyelesaikan urusan mobilnya, Paul segera turun dan menemui Olivia.

“Semuanya baik-baik saja?” tanyanya khawatir.

Olivia menampilkan senyum kecilnya dan mengangguk. “Tentu saja. Aku hanya merasa tidak enak terus menumpang di sini secara gratis.”

Paul mengangguk sekali, ia memilih memercayai perkataan gadis itu. “Baiklah. Hanya ini saja?” tanyanya segera meraih dua koper itu.

Olivia menggeleng singkat. “Masih ada beberapa lagi di dalam. Aku ambil dulu, ya.”

“Hm.” Paul mendekat ke arah Olivia, ia mengacak pelan rambut gadis itu. “Santai saja. Aku bisa menunggu dengan sabar di sini.”

Olivia tertawa pelan akan tindakan itu. Sebuah kebiasaan Paul yang mengacak puncak kepalanya bak seorang kakak pada adiknya.

“Terima kasih, Paul.” Sebelum berbalik pergi Olivia ingin mengutarakan perasaan sejatinya pada pria yang sudah ia anggap kakak itu. “Lagi-lagi kamu selalu menyelamatkanku.”

Paul menatap wajah itu, Olivia tidak akan baik-baik saja di saat kedua matanya yang selalu jernih namun kini malah sedikit memerah. Ia memberi sebuah anggukan pelan yang dalam padanya. “Akan selalu dan kapan pun kamu membutuhkanku.”

Olivia menarik kedua sudut bibirnya dan tersenyum samar. Ia harus kembali ke ruangannya dan mengambil dua tas lagi di sana.

Di perjalanannya melewati berbagai ruangan dan lorong panjang, Olivia sedikit keheranan dengan betapa lengangnya suasana di sekitar ruangan khusus staf pagi ini.

“Apa mereka sudah membantu persiapan pesta, ya?” tanyanya sendiri.

Olivia lantas sampai di depan pintu kamarnya. Kini, ia mengernyit begitu melihat pintu kayu itu terlihat terbuka kecil.

“Seingatku tadi sudah kututup deh. Mengapa dia terbu— Yang Mulia?”

Simon yang tengah melihat-lihat sekeliling kamar berukuran sedang pun berbalik ketika mendengar suara Olivia. Ia memiringkan kecil kepalanya dan tersenyum.

“Olivia.”

Pandangan dan kedua tangan Olivia gemetar, ia melangkah mundur hendak keluar dari kamar. Namun, saat ia melihat dengan saksama bahwa kedua tasnya berada tepat di dekat kaki pria itu, ia mengurungkan niatnya.

“S-saya akan pindah, Yang Mulia.” Pandangannya terarah pada kedua tas yang ia takuti akan menjadi bahan candaan sang duke.

“Aditomo tidak mungkin mengantar kamu sekarang. Bagaimana kamu bisa pergi?” tanya Simon.

Olivia menggenggam kedua tangannya ke depan dada. “Seseorang membantu saya untuk itu, Yang Mulia. Sekarang saya mohon berikan tas itu, supaya saya bisa segera menghilang dari hadapan Anda.”

Simon menunduk pada kedua tas yang dimaksud. “Kamu tahu saya bagaimana, Olivia. Saya tidak akan memberikannya dengan mudah.”

Tidak. Jangan menangis di depannya lagi.

Olivia menggigit bibir dan mengatur emosinya. “Tidak. Yang saya tahu, Anda adalah seorang duke sempurna, pria sejati yang bijaksana. Tentu saja Anda akan berbaik hati dan memberikannya pada saya.”

Tawa Simon pecah dengan pernyataan yang ia tahu adalah sebuah kebohongan itu. Gelak tawanya kencang bahkan menampakkan sepasang lesung pipit yang Olivia tidak ketahui sebelumnya.

“Lucu sekali. Kemarin malam kamu mengatakannya dengan sangat jelas bahwa saya adalah pria brengsek. Tetapi, sekarang saya jadi pria sejati, begitu?”

“S-siapa saja bisa melakukan kesalahan. Maafkan saya atas kesalahan malam tadi, sungguh pikiran saya tengah kacau saat itu.”

Alis Simon terangkat ringan. “Pikiranmu kacau malam tadi?” pancingnya.

Olivia hanya memikirkan cara tercepat untuk mengakhiri semua hubungan dengan Simon, tanpa pikir panjang ia mengatakan sesuatu yang malah merumitkan keadaan.

“Tindakan Anda semalam mengacaukan pikiran saya. Bagaimana saya bisa berpikir jernih setelah semua itu, Yang Mulia?”

Setelah tidak mendapatkan sahutan apa-apa melainkan hanya senyuman menyeringai dari Simon, barulah Olivia tersadar akan perkataan cerobohnya.

“B-bukan begitu maksud saya, Yang Mulia,” panik Olivia.

Simon berjalan beberapa langkah mendekat, meninggalkan kedua tas gadis itu. “Jadi, ciuman saya yang membuat pikiranmu kacau?”

Olivia meneguk ludah. Ia kembali mendongak akibat tinggi pria itu. Jantungnya pun mulai berdebar kencang seiring adrenalinnya meningkat.

Melihat Simon yang berjarak satu langkah darinya, ia harus segera mengatakan sesuatu untuk mengakhiri semua ini.

Maka sesaat sebelum jemari panjang Simon berhasil menyentuh pipinya, ia menghentikannya dengan berkata sesuatu yang membuat marah sang duke.

“Saya telah mencintai pria lain. Dia tengah menunggu saya sekarang. Maka, mohon izinnya, Yang Mulia, saya harus bergegas.”

Simon diam dengan perkataan yang jauh lebih jelas dari pada mimpi-mimpinya akan gadis itu.

Olivia pun bersyukur dalam hati dan segera berjalan melewatinya untuk mengambil kedua tas berisi barang-barangnya itu.

Pikir Olivia semuanya akan berjalan lancar, namun ternyata Simon belum kunjung melepaskannya begitu saja.

“Apa yang kamu lihat dari pria itu?” tanya Simon dan Olivia berhenti sebelum melewati pintu kamar. Ia berbalik menoleh pada pria itu.

“Wajahnya, kekayaan, atau sifatnya? Katakan apa yang kamu lihat—“

“Masa depan,” potong Olivia. “Saya dapat melihat masa depan bersamanya, Yang Mulia.”

...♧♧♧...

^^^^^^*** the picture belongs to the rightful owner, I do not own it except for the editing.^^^^^^

1
agnesia brigerton
Jadi duke nih lagi nunggu sampe Olivia lebih dewasa aja?? Setidaknya dia gak pedofil deh :)
agnesia brigerton
Gilakkkkk
agnesia brigerton
Udah manggil ayah mertua ajaa
agnesia brigerton
Aku padamu Olivia 😭😭😭
agnesia brigerton
😭😭😭
agnesia brigerton
Duh pulang kampung nih??😥
agnesia brigerton
Hubungan mereka kerasa sensual banget tapi menegangkan juga duh panas dingin jadinya 🙃
agnesia brigerton
Iya iya pergi aja dari duke obses ituu
agnesia brigerton
Gue tereak terus woiii
agnesia brigerton
What?????? Merk gaunnya terus lagu yang diputar????
agnesia brigerton
Tunangan asli kayak nyadar deh
agnesia brigerton
Benedict selama kerja sama duke gak kepikiran buat resign kah??
agnesia brigerton
Oke... oke... si duke obses nih parah
agnesia brigerton
Kamu kuat bangettt
agnesia brigerton
S-SIAP YANG MULIA!!
agnesia brigerton
UPSS 🤭🤭
agnesia brigerton
Lo kayaknya masih bingung deh sama perasaan sendiri 🙃🙃
agnesia brigerton
AAAA 😚😚😚
agnesia brigerton
Apa? Mau ngapain emangnya🤭
agnesia brigerton
AAAA GUE DUGUN DUGUN
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!