NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Perjalanan kisah romansa dua remaja, Freya dan Tara yang penuh lika-liku. Tak hanya berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka juga harus menelan kenyataan pahit saat harus berpisah sebelum sempat mengutarakan perasaan satu sama lain. Pun mereka sempat saling melupakan saat di sibukkan dengan ambisi dan cita-cita mereka masing-masing.

Hanya satu yang akhirnya menjadi ujung takdir mereka. Bertemu kembali atau berpisah selamanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

"Gimana Ris, udah enakan?" tanya Freya seraya memijat kaki sahabatnya itu pelan.

Risa pun mengangguk. "Abis di kasih krim pereda nyeri udah nggak sakit lagi kok Frey." jawabnya.

Freya dan Hana pun lega mendengarnya. Usai beristirahat selama setengah jam, akhirnya kelima remaja itu pun kembali melanjutkan pendakian mereka.

Satu persatu dari ketiga gadis itu menarik nafas panjang. Rasa lelah mulai menggelayut ke seluruh tubuh. Terlebih kedua kaki mereka yang harus terus melangkah sambil menahan beban carrier yang mereka bawa.

"Semangat guys, sebentar lagi kita bakalan sampe ke puncak." ujar Andre dengan menggebu-gebu.

Dan benar saja, hampir 20 menit mereka menanjak, mereka pun akhirnya tiba di puncak gunung. Rasa haru dan bangga bercampur aduk menjadi satu. Bagaimana tidak, itu adalah pengalaman pertama bagi mereka terkecuali Tara. Sebelumnya lelaki itu pernah melakukan pendakian saat masih duduk di bangku SMP.

Kembali mereka mengabadikan momen berharga yang mungkin tak bisa mereka ulang lagi di masa depan. Kamera yang di pegang Andre akan menjadi bukti nyata bahwa kelima remaja itu pernah menghabiskan waktu bersama merangkai kenangan indah di masa remaja.

Setelah puas mengambil banyak foto, mereka pun mendirikan tenda tepat di puncak gunung. Memang niat mereka ingin bermalam di sana. Menghabiskan waktu di alam bebas pasti memiliki kesan yang berbeda, batin kelima remaja itu.

Dua tenda sudah berdiri kokoh dan saling bersisian. Lalu bergegas mereka mengeluarkan segala keperluan memasak dari dalam carrier. Dengan cekatan, Freya pun mulai menggoreng beberapa frozen food yang mereka bawa.

Untuk makanan pokok, mereka hanya membawa nasi instan yang hanya perlu di seduh dengan air panas. Di saat Freya sibuk menyiapkan hidangan makan siang mereka, Hana pun turut membantu. Walau ia hanya sekedar memotong beberapa buah-buahan saja.

Dari ketiga gadis itu hanya Freya lah yang terbiasa dengan peralatan memasak. Bukan karna Freya memiliki keahlian dalam bidang itu. Melainkan tuntutan hidup lah yang membuat gadis itu harus menjadi serba bisa.

"Calon istri idaman banget lo Frey." tukas Andre seraya mengarahkan handycam ke arah Freya.

Gadis itu hanya tersenyum tipis tanpa menoleh.

"Pokoknya lo beruntung banget lah Tar kalo bisa ngedapetin Freya." sambung Andre, lelaki itu mengalihkan handycam ke arah Tara yang sejak tadi tak melepaskan pandangan dari Freya.

"Kedip lo Tar, awas kemasukkan debu mata lo!" sindir Risa menyadari Tara tak bergeming menatap Freya.

Secara bergantian Andre mulai mengarahkan handycam ke sekelilingnya. Mulai dari aktifitas mereka di dalam tenda, pemandangan di puncak, sampai hasil masakan Freya pun tak luput di dokumentasikan oleh lelaki itu.

Hidangan makan siang mereka pun sudah tertata rapi di hadapan masing-masing. Walau sederhana dan apa adanya, entah kenapa rasanya begitu nikmat. Ternyata bukan tentang soal makanan apa yang di hidangkan, melainkan dengan siapa mereka menikmati hidangan itu.

Makanan mewah sekalipun jika di nikmati bersama orang yang tak sehati, maka akan terasa biasa saja bahkan juga terasa hambar.

***

Malam harinya kelima remaja itu duduk mengitari api unggun seraya menikmati coklat panas buatan Freya.

"Manis banget ini Frey." kata Tara setelah menyeruput minuman itu.

"Kemanisan?! Perasaan nggak gue kasih......"

"Iya kemanisan, sama kayak senyuman lo." Tara memotong ucapan gadis itu.

Seketika ketiga sahabat Freya pun berdecih, merasa menjadi penganggu bagi kedua sejoli itu.

"Pindah ke planet jupiter aja yuk guys!" celetuk Andre yang langsung di respon baik oleh Risa.

"Baru tau gue Tar, kalo lo juga jago ngegombal." ucap Hana sambil menoleh ke arah Tara yang duduk di sebelahnya.

"Dah lah males gue kayak gini. Selain cinta gue bertepuk sebelah tangan, gue juga harus menyaksikan kebucinan lo berdua!" tukas Risa memberengut.

"Apaan sih lo pada?!" Freya pun membuka suara. Berusaha menetralkan suasana yang sempat riuh tak jelas.

"Cie Freya!" goda Andre.

"Udah ya Ndre. Nggak usah jadi kompor dua tungku lo." balas Freya.

"Modelan kayak lo ada nggak sih Tar di toko oren?" tanya Risa.

"Kalo modelan kayak gue mah limited edition. Cuma ada satu di dunia. Itu pun cuma untuk Freya." Tara menjawab dengan santai.

"Akhh... makin berasa numpang di bumi gue." teriak Andre mulai frustasi.

"Pulang aja yuk Ndre." ajak Hana walau tak serius.

"Atau enggak dua orang ini aja yang kita suruh pulang." Risa menimpali.

Candaan dari ketiga sahabat Freya itu pun kontan membuat Tara tertawa. Tara sangat senang bisa masuk ke circle sepupunya. Ia tak menyangka jika berteman dengan Andre bisa seasyik dan seseru itu.

"By the way guys, abis pulang dari sini lo pada ada rencana mau ke mana lagi?" tanya Tara.

"Kalo gue kayaknya mau tidur di rumah sih." jawab Andre.

"Sama Ndre." Risa menimpali.

"Kalo lo Frey?" Tara menatap Freya yang duduk tepat di hadapannya. Walau terpisah oleh api unggun, namun Tara masih bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas.

Freya tergugu, pertanyaan Tara terlalu spontan untuk di jawab.

"Kalo lo nggak ada rencana, gue mau ngajak lo ke pantai. Lo mau nggak?" tanya Tara lagi.

"Mau honeymoon lo ke pantai?!" celetuk Andre.

"Serius Tar lo mau ke pantai? Gue ikut dong." sahut Risa tampak antuasias. Kalau urusan jalan-jalan, Risa memang tidak mau ketinggalan.

"Ngapain lo ikut? Mau jadi nyamuk lo?" tanya Hana yang membuat Risa hanya mencebikkan bibir.

"Gimana Frey?" kali ini Tara bertanya serius.

Suasana hening sejenak. Menanti jawaban dari mulut gadis itu.

"Gue.... Gue..."

"Udah lah Frey, mau aja. Jangan sok jual mahal lo." untuk kesekian kalinya, Andre memprovokasi Freya.

"Lo ada masalah apa sih Ndre sama gue?!" Freya pun akhirnya jengah.

"Nggak usah mengalihkan pembicaraan lo Frey. Udah buruan jawab, lo mau nggak di ajak Tara honeymoon?" sekak Andre.

"Gue nggak bisa...."

"Idih sok banget lo Frey!" Risa mengikuti jejak Andre sebagai provokator.

"Sorry ya Tar. Pulang dari sini gue mau bantuin nyokap gue. Soalnya borongan nyokap gue itu banyak banget." tolak Freya, walaupun hati kecilnya ingin menerima ajakan Tara.

"Yah, gagal deh jalan-jalan ke pantai." Risa pun harus menelan kekecewaan.

"Namanya juga hidup Tar, ya wajar sih kalo terkadang kita mendapat penolakan." Andre sok memberi petuah. Sedangkan Tara terlihat biasa saja, meskipun dalam hatinya juga menyimpan kekecewaan.

Membicarakan banyak hal yang tak penting sembari menikmati langit malam dari puncak gunung membuat kelima remaja itu terlupa akan waktu.

Hingga udara malam semakin terasa dingin dan menusuk kulit baru lah mereka masuk ke dalam tenda untuk beristirahat.

Dengan di temani sinar bulan yang temaram, kelima remaja itu pun akhirnya tertidur pulas. Melepaskan setiap penat dan rasa lelah yang sejak tadi bersemayam di raga mereka.

***

Tara membuka paksa kedua matanya yang masih terasa berat. Ia melirik arloji di tangan kirinya. Masih pukul empat lewat dua puluh menit ternyata. Namun lelaki itu tidak kembali melanjutkan tidur. Suara derap langkah kaki di sebelah tenda mereka membuat Tara mengabaikan rasa kantuknya.

Ia mencoba membangunkan Andre yang masih tertidur pulas. Namun sepupunya itu sama sekali tak bergeming. Takut ada sesuatu yang ingin mengganggu tenda mereka, Tara pun mengabaikan Andre dan memilih keluar dari tenda seorang diri.

Seketika lelaki itu mematung di depan tenda seraya menatap punggung seseorang yang tengah berdiri beberapa meter dari bibir jurang. Dengan langkah kecil, ia menghampiri sosok yang mengenakan jaket berwarna pastel itu.

"Freya..." panggil Tara sedikit ragu.

"Itu lo kan Frey?" tanya Tara memastikan. Takut ada sosok lain yang menyerupai gadis pujaannya itu.

"Maksud lo gue makhluk tak kasat mata gitu?!" sahut Freya seraya menoleh ke belakang di mana Tara menghentikan langkahnya beberapa centi dari tempat gadis itu berpijak.

Tara pun menghela nafas lega sembari mengelus dadanya beberapa kali. "Lagian lo ngapain sih di luar tenda jam segini? malah rambut lo tergerai lagi. Gue jadi sempet berpikiran negatif kalo lo itu....."

"Kalo gue apa?!" sentak Freya.

"Udah lah Frey lupain. Pamali tau, kita itu masih ada di gunung." ujar Tara. Ia pun mengambil posisi di samping gadis itu.

"Lo sendiri kenapa udah bangun?" tanya Freya merasa aneh juga dengan Tara.

"Terpaksa. Karna denger suara langkah kaki yang gue kira bukan lo, gue jadi terpaksa bangun."

"Sorry ya, gue nggak bermaksud...."

"It's okay Frey. Kalo tadi gue tetap molor, mungkin gue bakalan ngelewatin kesempatan berharga ini."

Freya pun menoleh menatap Tara. "Lo juga mau ngelihat sunrise?" tanyanya.

"Enggak." Tara mengunci tatapannya pada wajah Freya. "Gue cuma mau nemeni lo di sini." sambung lelaki itu.

"Gue kira lo marah sama gue." tutur Freya.

"Marah kenapa?!" dahi Tara tampak mengerut.

"Karna gue nolak ajakan lo semalem."

Terlihat senyum simpul di wajah Tara. "Nggak lah Frey. Nggak semudah itu gue marah sama lo."

Ucapan Tara pun membuat Freya lega. Setelah itu tak ada lagi percakapan di antara mereka. Membiarkan kesunyian mengurai waktu hingga sunrise tiba.

Yang sangat di tunggu akhirnya menampakkan wujudnya di ujung sana. Senyum Freya langsung merekah sempurna dan tak kalah indah dengan pesona yang di pancarkan sang fajar.

Namun Tara seolah tak peduli dengan keindahan alam yang ada di hadapannya. Lelaki itu lebih memilih menikmati setiap detail sempurna wajah Freya. Tara lalu mengeluarkan ponsel dari dalam saku jaketnya. Mengarahkan kamera dari benda itu tepat pada gadis di sampingnya.

Dan Tara berhasil mengabadikan momen langka tersebut. Akan ia simpan potret wajah Freya di ponselnya. Walau tanpa itu pun wajah gadis itu sudah terpatri jelas di ingatannya, bahkan di mimpi-mimpi Tara.

***

Jarum jam tepat menunjuk angka delapan. Ketiga sahabat Freya baru saja terbangun dari tidur lelap mereka. Tanpa harus bersusah payah menyiapkan untuk sarapan pagi, ketiganya sudah bisa langsung menikmatinya.

Usai menyaksikan sunrise dan segala pesonanya tadi, dengan di bantu Tara, Freya mulai berkecimpung pada peralatan masak yang seadanya itu.

Tanpa berlama-lama lagi, setelah selesai sarapan dan membereskan segala keperluan dan juga tenda, kelima remaja itu bergegas meninggalkan puncak.

Selama menuruni jalur pendakian, tak banyak pembicaraan di antara kelimanya. Selain karna sudah lelah, mereka juga ingin segera sampai ke bawah. Namun naas, kejadian tak mengenakan malah menimpa Freya.

Tepat di area yang sedikit curam dan terdapat banyak akar pepohonan yang melintang di tengah jalur, tanpa sengaja kaki gadis itu tersandung salah satu akar pohon yang cukup besar. Ia pun terjatuh dan menyebabkan kaki kanannya mengalami cedera ringan.

Hal itu langsung membuat yang lainnya terlihat panik. Terlebih Tara, ia merasa gagal dalam menjaga Freya. Padahal tujuannya sedari awal adalah ingin menjaga gadis yang ia sukai itu.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!