Kisah Cinta Devanno dan Paula tidak berjalan mulus. Sang mama tidak setuju Devanno menikahi Paula yang bekerja sebagai waiters di sebuah diskotik. Sang mama berusaha memisahkan Devanno dan Paula. Ia mengirim Devanno ke luar negri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab: 23
Mobil David melaju membelah jalanan menuju tempat yang di inginkan. Paula duduk di sampingnya dan gadis itu lebih banyak diam. Sesekali ia menghirup aroma minyak kayu putih dalam botol kecil yang di pegangnya.
Beberapa saat kemudian mereka tiba di sebuah restorant. Seperti yang sudah di katakan oleh David. Restorant itu tempatnya memang nyaman. Ada tempat lesehannya disana.
Paula memesan jus jeruk hangat. Dan karena tidak mau melakukan kesalahan yang bisa mengakibatkan Paula mual, David pun memesan minuman yang sama.
Setelah mereka membicarakan hal-hal yang ringan, akhirnya David merasa sudah bisa membicarakan tujuannya mengajak Paula kesini.
"Paula, apakah dari semalam sampai sekarang kamu sudah menemukan jalan keluar untuk masalahmu atau kamu memikirkan rencana apa gitu?" tanya David hati-hati. Dia takut salah bicara sebab dia tahu perasaan Paula saat ini sedang sensitif.
"Belum. Tapi ku akui mas, semenjak aku bercerita padamu aku merasa lega, tapi entah bagaimana nanti aku nggak tahu mas, masalah ini sangat rumit, aku belum menemukan jalan keluarnya," jawab Paula pelan.
"Aku punya rencana," ucap David.
"Rencana apa itu?" Paula bertanya tanpa semangat.
"Menikahlah denganku!"
Paula terkejut, hampir saja ia tersedak minumannya.
Restorant tempat mereka duduk saat ini begitu sunyi senyap. Tidak terdengar apapun kecuali suara klakson mobil dari kejauhan.
"Mas, tolong ulangi sekali lagi apa yang mas David katakan tadi," Paula memecah kesunyian tempat itu.
Tangannya yang mendadak merasa dingin memainkan sedotan dalam gelas minumannya dengan perasaan gelisah.
Benarkah apa yang barusan di dengarnya? lalu, jika memang yang di dengarnya barusan itu benar, Apakah David serius atau hanya bercanda? Apa pantas bercanda seperti itu di saat sedang menghadapi masalah seperti itu? itulah isi kepala Paula saat ini.
David tersenyum mendengar permintaan Paula.
"Kamu tidak salah dengar Paula, aku benar-benar ingin menikahimu demi bayi dalam kandunganmu itu," kata David kemudian.
Mengetahui dirinya tidak salah dengar, Paula menatap mata David dengan bingung. Sedikitpun ia tidak tahu harus bersikap bagaimana dan mengatakan apa untuk menanggapi pernyataan David itu. Pikirannya benar-benar buntu.
David yang paham akan situasi Paula pun, dengan lembut tangannya terulur meraih tangan Paula yang dingin itu.
"Jangan takut Paula, pernikahan ini ku tawarkan haya demi menyelesaikan masalahmu," kata David kemudian sambil meremas lembut tangan Paula yang ada di dalam genggamannya.
"Maksud kamu apa mas?" lirih Paula.
"Maksudku, pernikahan ini hanya formalitas saja. Hanya namanya saja kamu istriku. Tapi kenyataannya enggak seperti itu."
"Tapi itu nggak adil buat kamu, mas."
"Apanya yang nggak adil?"
"Kamu tahu maksudku kan mas, padahal aku nggak siap untuk menikah dengan mu," Paula menundukkan wajahnya.
"Aku tahu Paula, kamu nggak usah berpikir yang macam-macam. Karena perlu kamu tahu kalau aku ini seorang..., pria impoten. Udah hampir dua tahun lamanya," David memotong perkataan Paula.
Untuk kedua kalinya Paula terkejut mendengar penuturan David. David sangat jujur dan terbuka. Karena memang jarang sekali ada pria yang mengakui kelemahannya. Apalagi ini menyangkut kejantanannya.
"Aku sangat menghargai kejujuranmu itu mas, tapi aku nggak mau nerima pengorbananmu karena kondisi mu itu. Karena itu hanya akan menguntungkanku."
"Aku nggak berkorban. Di dalam pernikahan yang akan kita lakukan kita akan sama-sama di untungkan kok!" jawab David dengan tegas.
"Apa keuntunganmu mas?"
"Banyak."
"Apa saja itu?"
"Mamaku nggak akan bisa menahanku lagi untuk tetap tinggal bersamanya jika aku mempunyai seorang istri. Dan aku bisa bertanggung jawab pada darah daging keluargaku. Hidupku juga akan lebih teratur."
Paula terdiam. Dalam diamnya ia mencoba untuk mencerna semua hal yang telah di katakan oleh David. Tapi pria itu tidak membiarkannya termenung.
"Paula, aku nggak minta jawabanmu sekarang. Sebaiknya kamu pikirkan di rumah saja dengan pikiran yang jernih dan tenang," kata David dengan suara lembut.
Paula mengangkat wajahnya, kemudian menatap mata David beberapa saat. Lalu ia menganggukkan kepalanya.
"Baiklah mas, akan aku pikirkan dalam beberapa hari ini."
Bersambung...
Semoga Paula bisa melewati masalah ini. Hrus bgt di support keluarga sih....
tidak semua waitress club malam itu berstatus wanita gampangan....keren....
Poor girl. Semoga Paula ttap bisa mmpertahankan bayinya. Tapi aku takut ngebayangin gimana reaksi ibunya Paula...