Polygamy Or Divorce

Evan telah berada di kantornya, tapi baru saja turun dari mobil, Anna terlihat menghampiri Evan dengan senyum ceria. Dia merangkul lengan pria itu lalu mengecup pipi.

"Pagi, Sayang."

"Pagi," sahut Evan sambil mencoba menjauhkan tangan Anna dari lengannya.

"Ada apa, Mas? Kau tidak senang jika aku bermanja seperti tadi?"

"Bukan gitu, Sayang. Begini, sekarang kita sedang ada di kantor dan aku tidak mau siapapun mengetahui hubungan kita berdua."

Anna tersenyum hambar. "Lalu, sampai kapan kau ingin merahasiakan semua ini, Mas?"

"Pasti nanti ada waktunya untuk kita meresmikan hubungan ini, Sayang."

Anna terlihat tidak senang, dia ingin secepatnya menjadi Nyonya besar di dalam kehidupan Evan.

"Ya sudah, lupakan!"

Evan mengelus kepala Anna dengan lembut agar gadis itu tidak marah.

"Oh, ya. Mas udah sarapan belum?''

"Kebetulan tadi Zahra memasak untukku, jadi aku sarapan dirumah. Aku tidak mungkin menolak ajakannya.''

"Kak Zahra, memasak?"

Evan mengangguk.

"Bukannya dia terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga tidak bisa mengurusmu?"

"Entahlah, aku rasa dia berniat untuk mengubah semua itu. Tadi pagi dia juga mengabaikan panggilan meeting dari kantornya."

Anna sendiri merasa ketar-ketir, dipikirannya saat ini bagaimana jika Zahra berubah jadi lebih baik dan Evan melupakan janjinya untuk menikahi Anna.

"Mas, kau jangan sampai terpesona dengan perubahan sikap Zahra. Kau masih ingat janjimu 'kan? Masa depanku sudah rusak karena dirimu!" Anna terlihat naik pitam.

"Anna sudahlah! Aku harus ke ruanganku sekarang dan aku tidak ingin berdebat denganmu. Aku mohon mengertilah," Evan pergi setelah mengatakan hal itu membuat Anna semakin kesal.

"Mas! Mas Evan! Argh." Anna mengepalkan kedua tangannya, sebelum Evan jatuh kembali ke dalam pelukan Zahra, maka dirinya harus bertindak cepat.

"Lihat saja, aku tidak akan melepaskanmu, Mas Evan! Kau sudah masuk ke dalam perangkapku."

****

Zahra yang kala itu baru saja sampai di kantornya terus menerus tersenyum hingga membuat sekertarisnya keheranan.

"Selamat pagi, Bu Zahra."

Zahra menghentikan langkahnya dan dia melebarkan senyuman. "Selamat pagi, Melly. Bagaimana, apa saja jadwalku pagi ini?" tanyanya bak bicara dengan teman karena bagi Zahra, Melly memanglah teman dekatnya.

Melly menjelaskan jadwal Zahra pagi ini. Setelah itu, Zahra meminta pada Melly untuk mengumumkan ke semua karyawan, jika hari ini dia akan berbagi sedikit bonus. Bukan tanpa sebab, Zahra berharap hubungan hangat rumahtangganya akan kembali seperti semula.

Semua karyawan sangat senang dan bahagia, bahkan Zahra berniat untuk mengajak para karyawan makan malam bersama. Tentu saja Zahra yang akan mentraktir mereka semua.

Waktu berjalan dengan cepat, Zahra menatap seorang pria yang ada di hadapannya saat ini. Mereka sedang membicarakan hal penting, yakni kerjasama antar perusahaan.

"Lalu bagaimana dengan penawaran saya, Nyonya?"

Zahra terdiam sejenak untuk berpikir, proyek ini akan sangat menguntungkan bagi perusahaan jika dia mengambilnya. Tak lama kemudian, Zahra mengulurkan tangan sebagai tanda sepakat.

"Saya sangat senang bisa bekerjasama dengan Anda, Nyonya Zahra. Semoga saja, kerjasama kita ini membuahkan hasil yang sangat memuaskan."

"Saya juga berharap seperti itu, Tuan Wilson. Anda bisa menghubungi sekretaris saya jika ingin membicarakan hal lainnya."

"Baik, kalau begitu saya pamit. Permisi,"

Zahra berdiri dari kursi sebagai tanda sopan kepada rekan bisnisnya itu. Ketika Wilson sudah menjauh, Melly mendekati Zahra.

"Bu, apa Anda tidak melihat ada hal yang aneh dari Tuan Wilson?"

"Apa maksudmu, Melly? Sudahlah, jangan berpikir buruk." Zahra ingin melangkah tetapi di cekal oleh Melly.

"Tunggu dulu, Bu! Saya melihat dari cara Tuan Wilson menatap Anda dan dari caranya bicara, sepertinya dia tertarik pada Anda."

Zahra menahan tawanya. "Kau ini, ada-ada saja. Melly, kenapa pikiranmu sangat jauh menerawang kesana? Mereka pasti tahu jika aku ini sudah menikah."

"Bu, ketertarikan itu tidak memandang dari status."

"Sst! Kau semakin mengada-ada. Sudah, ayo kita kembali ke kantor! Masih ada pekerjaan yang harus ku selesaikan, aku akan tiba di rumah terlebih dahulu sebelum suamiku pulang."

Melly yang melihat bos-nya sudah berjalan langsung menyusul.

Bersambung