NovelToon NovelToon
Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rifaat Pratama

Menganggur selama 3 tahun sejak aku lulus dari Sekolah Menengah Atas, aku tidak mengetahui ada kejadian yang mengubah hidupku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifaat Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Aku menatap wajah Melissa dengan serius, dan Melissa tampak terkejut.

Aku melihat matanya, matanya seperti seseorang yang ingin menangis. Tetapi dia kemudian tersenyum, senyuman yang sangat tulus sampai membuat jantungku berhenti untuk seperkian detik.

Melissa mengangguk dan melipat bibirnya. Dia menepuk pahanya sekali dan mencoba memikirkan apa yang harus dia katakan.

“Oke, kalau kamu udah baikan kabarin aku ya. Aku tunggu.” Melissa kemudian berdiri, dia berpamitan dengan keluargaku. Aku hanya terdiam di tempat dudukku seperti orang bodoh, bahkan aku tidak mengantarnya sampai depan pintu dan membiarkan Melissa keluar sendirian.

Aku tidak tahu apa yang salah dengan diriku, aku merasa senang karena seseorang menghampiriku dan mengajakku berbicara. Namun, di satu sisi aku tidak bisa mengungkapkan apa yang ada di dalam diriku dan malah menunjukkan sikap kasar kepadanya.

Dengan menyesal aku pergi ke kamar, aku langsung mengunci pintu kamarku dan memeluk bantal gulingku. Aku meringkuk seperti bola, menutupi seluruh wajahku dan menyesalkan semua yang terjadi hari ini.

Saat ini aku berpikir, kehidupanku sangat tidak adil. Aku akhirnya bisa bertemu dengan seseorang yang bisa memberikanku rasa nyaman dan seseorang yang selalu membuat pergerakan terlebih dahulu. Seseorang yang begitu manis yang mungkin tidak bisa aku temukan di masa depan, tetapi di sisi lain aku juga kehilangan seseorang yang sudah memberikanku kehidupan di dunia ini.

Aku merasa nasibku sangat buruk dan takdir menertawakanku. Dan jika takdir sedang tertawa sekarang, aku mengucapkan, “Selamat, kamu berhasil.”

Larut dalam kesedihan membuatku tidak sadar sampai aku tertidur dan bangun pada pukul 3 sore. Tetapi aku tidak langsung bangun, aku hanya diam dan tidak bergerak. Pikiranku bahkan kosong dan aku tidak tahu sedang melihat apa.

Aku masih mendengar suara rebut di luar, suara Nenek dan Pamanku masih terdengar di sana. Mereka belum pulang, sepertinya masih membantu Ibuku untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.

Aku mencoba mencari ponselku tetapi aku tidak bisa menemukannya. Aku menyalakan lampu kamar untuk mendapatkan penglihatan lebih baik, aku duduk di atas kasur dan mencoba melihat sekeliling. Tetapi aku tidak bisa menemukan ponselku.

Aku mencoba mengingat di mana itu berada, tetapi aku bahkan tidak bisa mengingat itu karena hanya kematian Ayahku yang terus muncul di dalam pikiranku.

Aku akhirnya memutuskan keluar dari kamarku. Ketika mendengar suara pintu kamarku terbuka, Ibu menoleh ke arahku.

Ibu tersenyum. “Makan dulu, kamu belum makan, kan?”

Tetapi aku menggelengkan kepalaku, aku tidak lapar sekarang dan ini bukanlah waktu yang tepat untuk makan. “Bunda, liat handphone ga?” Aku mencoba bertanya kepada Ibu, siapa tahu Ibu mengetahuinya.

“Oh, handphone. Tadi di meja tv.” Ibu menunjuk ke arah meja televisi. Aku berjalan ke sana, aku bahkan masih merasa pusing dan pandanganku masih kunang-kunang.

Ponselku memang ada di atas meja televisi. Tetapi ketika aku ingin menyalakannya ponselku sudah mati karena kehabisan baterai. Aku hanya bisa menghela nafasku dan cemberut. Aku kembali masuk ke kamarku, menghubungkan pengisi daya ponsel ke ponselku dan kembali meringkuk seperti bola.

Aku berpikir mungkin sosial media dan game bisa menghilangkan rasa yang ada pada diriku, tetapi hanya memikirkan itu saja membuatku sangat malas. Tanpa sadar aku tertidur lagi sampai malam tiba.

Aku yang tidak pernah telat untuk mencabut pengisi daya ponsel dari ponselku, untuk pertama kalinya membiarkan itu. Karena ponselku hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk mengisi baterainya, dan aku tertidur selama 7 jam.

Aku selalu menyayangi barangku, entah barang itu adalah pemberian dari orang lain atau barang yang kubeli dengan uang yang kudapatkan sendiri.

Aku mencabut ponselku dari kabel pengisi daya, tetapi aku tidak langsung menyalakannya. Aku hanya diam menatap langit-langit, aku menjulurkan tanganku dan melihat gelang yang Melissa berikan. Ini masih terikat di tanganku, aku bahkan tidak ingat jika aku pernah melepaskannya.

Saat melihat gelang ini, aku menjadi kepikiran terhadap Melissa. Aku sudah bertindak kejam terhadapnya, tetapi aku merasa aku tidak memiliki energi untuk berbicara kepadanya.

Ingatan terhadap Ayah tadi pagi masih terus berputar-putar di kepalaku, ingatanku terus memutar apa yang kulihat hari ini. Mulai dari Ayah berbaring di ranjang, ketika Mbak Putri memeriksa Ayah, dan warga desa datang ke rumahku.

Ingatan ini membuat dadaku sakit dan hatiku terus menangis, aku ingin mencoba melupakannya. Tetapi aku tidak bisa melakukannya, entah apapun sesuatu yang menyenangkan yang coba kupikirkan untuk menghilangkan kesedihanku, itu semua tidak berhasil.

Aku keluar dari kamarku dan mendapati rumahku sepi, aku menoleh ke arah dinding untuk melihat jam. Waktu menunjukkan pukul 10 malam, aku melihat Ibu tidur di kasur yang Ayah tempati saat itu. Ibu terbiasa tidur dengan lampu yang gelap, jadi saat aku berjalan melewati ruang keluarga aku berjalan ditemani kegelapan.

Aku pergi ke ruang tamu, bersandar di tempat yang Ayah biasa duduki. Kegelapan ini sangat mendukung kesunyian yang kurasakan, aku hanya termenung di sana. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.

Aku berandai-andai, jika saja aku selalu menemani Ayah mengobrol di sini. Mungkin aku bisa mengurangi sedikit penyesalanku, aku terus merasa aku tidak banyak menghabiskan waktu dengan Ayah dan sibuk dengan duniaku sendiri. Dan saat Ayah sudah tidak ada, aku setidaknya menginginkan 1 hari lagi saja bersama Ayah. Aku belum banyak bercerita apapun dengan Ayah, aku bahkan tidak tertarik melakukannya saat dulu.

Aku jarang bercerita apapun terhadap Ayah, tentang rencana hidupku, apa yang sedang kulakukan, bagaimana aku melakukan sesuatu, bagaimana hariku. Aku juga tidak ingat apakah aku pernah menanyakan kepada Ayah bagaimana hari Ayah di kantor saat Ayah bekerja, bagaimana perasaan Ayah ketika bekerja, dan bagaimana perasaan Ayah ketika melihat diriku saat dia pulang ke rumah.

Aku tidak tahu bagaimana Ayah melihatku selama ini, selama 3 tahun ini aku tidak memiliki pekerjaan tetap seperti yang diinginkannya. Aku juga tidak yakin bahwa Ayah masih menaruh harapan kepadaku ketika kerjaku hanya berdiam diri di kamar dan tidak pernah keluar rumah.

Setelah beberapa lama aku duduk di sini, akhirnya aku mengingat beberapa percakapanku dengan Ayah yang terjadi di sini. Ayah sesekali memanggilku karena ingin berbicara pada malam hari. Namun, apa yang Ayah bicarakan selalu berulang-ulang sampai membuatku kesal saat itu.

Sekarang, aku tidak bisa merasakan kesal lagi karena Ayah yang selalu mengulangi perkataannya. Tetapi sekarang aku kesal karena aku tidak mengdengarkan Ayah lebih banyak dan hanya menganggap perkataannya sebagai angin lewat. Masuk dari kuping kanan, dan keluar dari kuping kiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!