Seruni adalah seorang gadis tuna wicara yang harus menghadapi kerasnya hidup. Sejak lahir, keberadaannya sudah ditolak kedua orang tuanya. Ia dibuang ke panti asuhan sederhana. Tak ada yang mau mengadopsinya.
Seruni tumbuh menjadi gadis cantik namun akibat kelalaiannya, panti asuhan tempatnya tinggal terbakar. Seruni harus berjuang hidup meski hidup terus mengujinya. Akankah ada yang sungguh mencintai Seruni?
"Aku memang tak bisa bersuara, namun aku bisa membuat dunia bersuara untukku." - Seruni.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjuang Sendiri
Seruni
Aku sebenarnya tidak mau berharap lagi pada Avian namun tak bisa kuhindari ada satu persen dalam diriku yang meyakini kalau Avian akan bertanggung jawab atas semua kesalahannya padaku. Entah besok, lusa atau nanti. Sayangnya harapanku harus kukubur dalam-dalam. Avian sudah pergi entah ke mana.
Aku bangun pagi-pagi sekali untuk membereskan semua barang-barangku. Semua barang-barang pemberian Avian akan aku berikan pada orang lain. Aku tak mau lagi mengenang laki-laki pengecut yang tak punya hati nurani seperti dirinya. Rose tak banyak bertanya. Ia tahu betapa aku sangat sedih. Rose menyuruhku untuk menenangkan diri di rumah saja namun aku menolak tawarannya. Bagiku lebih baik aku bekerja keras menghasilkan banyak uang untuk biaya hidupku nanti. Rose tak bisa lagi melarangku kalau aku sudah keras kepala seperti ini.
Dengan perut yang semakin membesar, kupaksakan diri mengerjakan cucian dari beberapa rumah. Aku dan Rose sama-sama sibuk sampai jarang bertemu. Aku sibuk dengan cucianku sedangkan Rose sibuk dengan toko alat-alat listrik miliknya yang ramai pembeli.
Berkat hasil kerja kerasku yang tak kenal lelah, pundi-pundi uang yang kumiliki semakin banyak. Kalau aku hitung-hitung, sudah cukup untuk biaya persalinan dan biaya hidup selama aku memulihkan tubuhku sehabis melahirkan. Semua keperluan untuk melahirkan sudah kubeli dan aku siap menanti buah hatiku lahir ke dunia ini.
"Runi!" Ibu Nunung memanggilku yang sedang berjalan pulang sambil melamun. Aku menyunggingkan seulas senyum lalu berjalan mendekati Ibu Nunung. "Sore sekali kamu baru pulang. Ibu hamil itu jangan pulang sore-sore apalagi mendekati maghrib, pamali!"
Bu Nunung memang perhatian sekali padaku. Sejak aku berbohong dan mengatakan kalau ayah dari anakku sudah tiada, Bu Nunung semakin baik padaku. Beliau bahkan memberikan masakan buatannya untukku.
Aku tersenyum dan menganggukkan kepalaku menanggapi nasehat baiknya.
"Kamu sudah makan belum?" tanya Bu Nunung lagi.
Aku kembali menganggukan kepalaku. Tadi di tempat aku bekerja, pemilik rumah baik sekali padaku. Aku dibelikan nasi p
Padang yang lezat. Aku bersyukur sekali dikelilingi oleh orang-orang yang baik dan mau menolong serta berbagi padaku.
"Wah sayang sekali, padahal saya masak banyak loh. Kalau kamu mau, nanti saya ambilkan."
Aku menggelengkan kepalaku dan mengisyaratkan terima kasih pada kebaikan hati Bu Nunung.
"Baiklah kalau kamu tak mau. Oh iya Runi, saya lihat perut kamu sudah turun. Sepertinya, bayi dalam kandunganmu sudah masuk ke panggul. Kamu sudah periksa belum ke bidan?" tanya Ibu Nunung dengan wajah yang terlihat khawatir.
Masuk ke panggul? Maksudnya apa ya?
Seakan tahu kalau aku tidak mengerti maksud ucapannya, Bu Nunung pun menjelaskan apa yang ia katakan. "Itu loh, sudah masuk ke jalan lahir. Biasanya kalau perutnya sudah turun tandanya sebentar lagi akan melahirkan. Kamu jangan bekerja terlalu keras. Pulang juga jangan terlalu malam, jaga kesehatan kamu. Melahirkan itu butuh banyak tenaga. Siapkan kesehatan kamu sejak sekarang. Kamu ketuk saja rumah saya kalau sudah mulas-mulas ya, nanti saya temani ke bidan." Bu Nunung baik sekali padaku, membuat mataku berkaca-kaca karena terharu dengan kebaikannya.
Aku kembali menganggukkan kepalaku. Bu Nunung lalu memintaku masuk ke dalam rumah karena sebentar lagi adzan maghrib akan segera berkumandang. Setelah mengisyaratkan terima kasih aku pun masuk ke dalam rumah.
Rumah kontrakanku sangat kecil tapi selalu kujaga kebersihannya. Hanya ada sebuah kasur berukuran kecil, lemari baju plastik dan rak piring di dalamnya. Aku tak punya televisi, hanya sebuah radio yang aku beli di toko barang bekas lumayan untuk menemani tidurku agar tidak terlalu sepi.
Setelah mengunci pintu, aku duduk di atas kasur dan merasa perutku agak kencang. Bayi di dalam perutku tak bisa diam sejak tadi, terus bergerak memutar, membuatku merasa tak nyaman. Perutku juga terasa agak mulas. Aku awalnya tidak mengindahkan rasa sakit perut yang kurasakan tapi ketika sakit perut tersebut terjadi setiap 5 menit sekali, aku merasa kalau ada yang tidak beres. Apakah aku akan melahirkan?
Segera aku mengambil ponsel yang diberikan oleh Rose. Baru saja aku hendak menghubungi Ros ketika kurasakan perutku semakin sakit. Aku menekan tombol darurat, tak lama Rose mengangkat teleponku namun aku tak bisa menjawabnya. "Runi? Kenapa kamu telepon aku? Biasanya kamu SMS. Runi? Kok tidak dijawab? Hallo, Runi? Kamu masih di sana?"
Aku tak kuat lagi menahan sakit perutku. Rasanya begitu melilit dan seperti ada yang mau keluar dari bagian intiku. Aku harus siap-siap, aku harus segera pergi ke bidan sekarang. Aku berusaha berdiri namun tak kuat. Rasanya sakit sekali.
Ya Allah ... tolong aku. Tolong selamatkan aku dan bayiku.
Bagaimana caranya aku meminta pertolongan? Aku hendak mengetikkan pesan pada Rose ketika perutku kembali melilit dan kali ini rasanya lebih sakit dari sebelumnya.
Rose menghubungi balik ponselku namun saat aku hendak mengambilnya, tanganku yang berkeringat terasa licin saat memegang ponsel. Ponselku malah terjatuh dan masuk ke dalam kolong lemari makan. Aku tak bisa mengambilnya. Aku sudah tidak kuat untuk memindahkan tubuhku. Perutku semakin sakit ... semakin melilit.
Ya Allah ... bagaimana aku meminta bantuan pada yang lain?
Ya Allah, tolong aku! Tolong hamba-Mu ini. Hanya kepada-Mu aku memohon. Tolong selamatkan aku dan bayiku. Hanya Engkau-lah yang Maha Memberi Pertolongan.
Air mata terus menetes dari kedua mataku perutku sakit dan aku tak bisa bangun untuk meminta tolong. Rasanya aku ingin berteriak atas semua rasa sakit yang kurasakan namun tak ada suara yang keluar.
"Runi!" Sebuah suara terdengar memanggilku dari depan pintu.
Rose datang!
Rose menggedor-gedor pintu rumahku namun aku lupa kalau aku sudah menguncinya. "Runi! Kamu di dalam?" Rose kembali memanggilku dengan berteriak.
Sakit perutku semakin tak tertahankan. Aku merasa kalau ada sesuatu yang akan keluar dari bagian bawah tubuhku saat Rose terus mengetuk-ngetuk pintuku dan memanggil namaku. Suara terdengar sangat khawatir.
Bagaimana aku akan menjawabnya? Ya Allah ... tolong aku!
Tubuhku terasa semakin lemah. Rasa sakitnya bertambah berlipat ketika aku merasakan sesuatu keluar dari bagian bawahku. Aku terkejut saat kepala bayi dan tubuhnya keluar bersama air ketuban. Mataku membola melihatnya. Tak lama suara tangis bayi terdengar.
Oek ... oek ... oek ...
Bayiku ....
Aku hendak memeluknya. Aku ingin menggendongnya namun aku tak kuasa.
Tidak lama Rose datang setelah mendobrak pintuku. "Runi! Runi ... Ya Allah, Runi!"
Aku merasa sekelilingku mulai gelap. Aku masih mendengar suara bayi menangis sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri.
****
eh jd papa Dio dan mama Ayu...itu yg punya bisnis Ayu Furniture itu?...olala...😂😂😂
Kavi menjadi pemuda yang luar biasa, Seruni berhasil mendidiknya.