NovelToon NovelToon
Obsessed With My Handsome Duke

Obsessed With My Handsome Duke

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:21.3k
Nilai: 5
Nama Author: Melsbay

Emily, seorang pekerja kantoran ambisius, memiliki dua kehidupan yang sangat berbeda. Di luar kesibukannya sebagai seorang profesional, ia menemukan pelarian dan kepuasan dalam menulis novel online sebagai hobi.
Suatu malam, setelah pulang dari kantor, Emily mengalami kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya. Namun, kematian tidak mengakhiri kisahnya. Saat Emily membuka mata, ia mendapati dirinya tidak lagi berada di dunia nyata. Sebaliknya, ia terbangun dalam tubuh Putri Adeline, salah satu tokoh figuran di novel yang selama ini ia tulis. Putri Adeline adalah karakter kecil dalam narasi Emily, yang memiliki nasib tragis—mati karena salah minum anggur beracun dalam sebuah pesta kerajaan. Dengan pengetahuan dari dunianya yang lama, ia mulai merancang strategi untuk memanipulasi alur cerita dan menjadikan Adeline sebagai protagonis, bukan sekadar korban.

"Ah, Aku seorang Author! Kenapa harus menjadi peran pendukung yang akan mati menyedihkan? Lebih baik jadi protagonis sekalian!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melsbay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rosalina, Ratu Pergaulan Sosial

Beberapa Keluarga bangsawan datang memberikan selamat kepada pertunangan Putra Mahkota dan Elisa, di lain sisi Bangsawan lainnya juga memberikan selamat kepada Adeline dan Duke Emeric yang akan menikah dalam waktu singkat.

Putra Mahkota, Nathaniel dan Duke Emeric akhir nya bergabung dengan para pria bangsawan yang hadir dan berbincang sedangkan para wanita berkumpul berbincang dengan Adeline dan Elisa.

Rosalina datang dengan beberapa putri bangsawan lainnya. wanita cantik dengan wajah angkuh, jiwa antaginis Rosalina tergambar dengan jelas di wajahnya.

"Halo, Putri Adeline... ah, Ngomong-ngomong selamat karena sebentar lagi akan menikah. Saya sungguh terkejut mendengar Putri akan segera menikah dengan pria hebat seperti Duke Bethel."

Adeline menangkap nada sinis dalam ucapan selamat Rosalina, dan dia merasakan kehadiran yang mengganggu di belakang senyumannya. Dia sadar bahwa Rosalina adalah wanita yang terobsesi dengan Duke Emeric.

Adeline dengan senyum tipis "Terima kasih atas ucapan selamatmu, Nona Rosalina Rovase. Saya sangat menghargainya."

Elisa mencoba menahan diri agar tidak menunjukkan ketegangan, tetapi dia juga merasakan kehadiran yang tidak menyenangkan dari Rosalina.

"Dan... Nona Westberg? sungguh mengejutkan seorang saintess akan menjadi Putri Mahkota. Selamat atas pertunangannya." seru Rosalina memandang Elisa dan Adeline dengan wajah kesal, suara nya penuh penekanan, dia terlihat menggigit bibir nya untuk menekan amarahnya.

Elisa dengan ramah berkata "Terima kasih, Nona Rovase. Semoga kebahagiaan juga menghampiri Anda."

Rosalina hanya mengangguk dengan dingin, tetapi tatapannya menuju Duke Emeric tidak luput dari perhatiannya. Seakan-akan ada api kecemburuan yang terbakar di balik tatapannya.

Rosalina, dengan sikap yang angkuh dan tatapan sinis, memandang Adeline dengan seakan-akan merendahkan pandangannya. Rosalina bahkan tidak menjaga kesopanan nya lagi, dan terang-terangan bertindak tidak sopan.

"Ah, Adeline, Adeline. Seorang gadis yang selalu berlarian dengan kelakuan kekanakan dan tidak memperhatikan etiket yang seharusnya. Sungguh mengejutkan bahwa kamu, dengan segala kepolosanmu, akan menikah. Namun, maafkan aku jika aku tidak terlalu optimis. Kamu seharusnya belajar dengan baik tentang tugas dan tanggung jawab seorang mempelai sebelum tergesa-gesa melangkah ke dalam pernikahan. Jangan sia-siakan kesempatan ini dengan kebodohanmu." Ucap Rosalina dengan sarkastik, mendengar itu putri bangsawan lain yang merupakan komplotan Rosalina terlihat cekikikan di samping nya.

Adeline merasa tersinggung namun berusaha menahan diri agar tidak menunjukkan reaksi yang terlalu jelas. Adeline memanggil Rosalina dengan nada manis namun penuh sindiran, mencoba menegaskan kedudukan dan kepercayaan dirinya di hadapan wanita itu.

"Oh, Nona Rosalina Rovase, aku sangat bangga mendapatkan perhatian dari seorang wanita bangsawan kelas atas yang memiliki gelar Ratu pergaulan sosial. Tapi apa yang bisa ku lakukan kalau yang sudah tidak sabar untuk menikah adalah Duke Emeric?!"

"Apa katamu?" Rosalina termakan omongan Adeline, emosi nya tergambar dengan jelas di wajah nya setiap kali nama Duke Emeric keluar dari mulut Adeline.

Rosalina menahan kejengkelannya, tetapi tatapannya penuh dengan cemoohan. Tidak ada kehangatan yang terasa di antara mereka, hanya persaingan yang menyengat di balik senyum mereka.

"Sungguh senang ada Yang Mulia Raja dan Putra Mahkota di belakangmu untuk membuat Duke Bethel bersedia menikahimu, Adeline. Itu satu-satunya prestasimu. Cukup dengan kebohongan untuk menjaga pamor mu... kami semua yang berada di sini memahaminya." Rosalina tersenyum dengan sinis.

Adeline, dengan sikap tenang dan tajam, menatap Rosalina dengan penuh kepercayaan diri.

"Oh, Rosalina Rovase, begitu pandai kamu menyusun kata-kata yang merendahkan. Namun, sayangnya, kecerdasan itu tampaknya tidak diimbangi dengan kebijaksanaan. Kamu benar, aku tidak perlu mengatakan kebohongan untuk menjaga gengsiku. Namun, kamu juga salah jika mengira aku memaksa Duke Emeric untuk menikah denganku."

Rosalina mengejek, "Oh, tolong, Adeline. Jangan berpura-pura. Kau pasti menggunakan segala daya upaya untuk memastikan Duke Emeric menikahimu. Aku yakin Raja dan Putra Mahkota ikut campur tangan dalam hal ini."

Adeline tersenyum dengan sinis, mengangkat jemarinya dan tertawa halus. Terlihat cincin Duches Bethel yang mencolok, sebuah tanda dari tradisi keluarga Bethel secara turun temurun untuk melamar calon Duchess Bethel. Cerita yang sangat terkenal di Kerajaan Splendora. Rosalina melihat nya kemudian bergidik.

"Ah, Rosalina, kamu selalu memilah-milah kata-kata dengan begitu indahnya. Namun, apakah kamu tahu tentang tradisi keluarga Bethel? Cincin ini bukanlah hasil paksaan atau campur tangan. Ini adalah warisan dari tradisi keluarga Bethel, yang menandakan persetujuan langsung dari kepala keluarga Bethel saat Duke Emeric melamar. Aku tidak perlu memaksa siapa pun."

Tanggapannya dipenuhi dengan kepercayaan diri dan keanggunan yang mengesankan, sementara Rosalina terlihat terdiam, mungkin merenungkan kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Adeline. Rasa marah dan cemburu bergelora di hatinya.

Rosalina kembali menyuarakan sindirannya dengan sinis, mencoba merendahkan Adeline dengan kata-katanya.

"Aku sungguh penasaran, Adeline, dengan cara rendah yang kamu gunakan untuk menggoda Duke Bethel. Apa trik kecil yang kamu pakai?"

Adeline menjawab dengan senyuman lembut, matanya bercahaya dengan keyakinan.

"Nona Rosalina Rovase, aku tidak perlu menggunakan trik apa pun. Duke Emeric mencintai ku karena dia terpesona oleh kecantikan dan kebaikan hatiku. Aku tidak perlu menggoda siapa pun. Hohoho..."

dengan bangga dan percaya diri Adeline melanjutkan kata-katanya. "Nona, tidak perlu merasa iri atau merasa kalah. Dari pada Nona Rosalina sibuk dengan hubungan ku dan Duke Emeric, bagaimana kalau kau mulai membuat cerita romantismu sendiri?!"

"Adeline...Ah, mari kita lihat bagaimana cerita romantis mu akan berlanjut." Rosalina menggigit bibir nya terlihat memendam kemarahan tang dalam.

Dengan nada sinis, Rosalina mencoba mengalihkan perhatian dari perdebatan dengan Adeline ke Elisa.

"Oh, tapi tentu saja, ini bukan hanya masalah Adeline, bukan? Kami juga harus memikirkan nasib kerajaan Splendora dengan memiliki seorang rakyat biasa sebagai Putri Mahkota. Begitu banyak tanggung jawab yang harus diemban, begitu banyak harapan yang harus dipertahankan. Apakah kamu yakin, Nona Putri Mahkota, bahwa kamu bisa menghadapinya?"

Elisa hanya terdiam, merasakan pukulan kata-kata yang menusuk hatinya. Dengan keheningan, dia hanya menunduk, membiarkan Rosalina memenangkan perdebatan verbal mereka.

Rosalina, dengan keangkuhannya yang khas, mencoba menyalahkan Elisa dengan cara yang sama dengan yang dia lakukan pada Adeline.

"Saya hanya khawatir, Anda tahu, dengan situasi yang sangat tidak biasa ini. Para Bangsawan Splendora mungkin tidak akan menerima begitu saja seorang rakyat biasa sebagai Putri Mahkota mereka. Saya tidak tahu bagaimana Anda akan menangani semua itu."

Elisa, meskipun terdiam, mencoba tetap tenang dan tegar di hadapan cemoohan Rosalina, meski hatinya terasa terluka.

"Saya..." perkataan Elisa terpotong oleh suara Nathaniel yang terdengar dingin dan menusuk.

"Nona Rovase, saya tak menyangka kamu begitu pesimis terhadap kemampuan Tunanganku. Jangan khawatir, dia akan mengemban tanggung jawabnya dengan baik sebagai Putri Mahkota Splendora. Tidak perlu bagi kamu untuk khawatir dengan siapa yang akan menjadi pasangan ku. Kamu tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan keluarga ku." Suara dingin Nathaniel menusuk suasana, menimbulkan ketidaknyamanan di antara mereka.

Nathaniel secara tidak sengaja mendengar perkataan Rosalina ketika hendak menghampiri Adeline dan Elisa. Duke Emeric mengikuti di sampingnya. Mata Nathaniel menyiratkan kekecewaan dan kemarahan saat dia menatap Rosalina.

Nathaniel melangkah maju, meraih Elisa ke sisinya dengan tegas, memberikan dukungan dan jaminan padanya. Dia menatap Rosalina dengan tatapan tegas, menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap perilaku Rosalina.

"Count Rovase terkenal sebagai seorang bangsawan yang santun dan cerdas. Sayangnya, sifat yang sama sepertinya tidak diwariskan pada putrinya." seru Nathaniel dengan nada tegas dan dingin.

Rosalina terdiam, wajahnya menunduk dengan gemetar. Suaranya terbata-bata saat dia berusaha untuk menyampaikan permintaan maafnya kepada Putra Mahkota.

"Maafkan saya, Yang Mulia, saya tidak bermaksud..."

Namun, Nathaniel memotong kata-katanya dengan tegas.

"Kamu tidak hanya berutang permintaan maaf kepada ku, tetapi juga kepada Tunanganku. Kamu telah menghina dia dengan kata-kata mu. Menghina Tunanganku juga menghinaku."

Nathaniel menegaskan bahwa permintaan maaf Rosalina juga harus ditujukan kepada Elisa, yang telah dihina oleh komentar Rosalina.

Namun, Elisa dengan lembut mencoba mengakhiri ketegangan tersebut, mencoba menenangkan situasi yang memanas.

"Nona Rovase, anda tidak perlu..."

"Dengan tulus saya memohon maaf atas kata-kata saya yang tidak pantas tadi. Saya menyadari bahwa saya telah melampaui batas dengan perkataan saya, dan saya menyesal telah menyakiti perasaan Anda, Putri Mahkota."

Setelah meminta maaf pada Elisa dengan anggun, Rosalina menundukkan kepala dengan penuh penyesalan.

"Ah, Nona Rovase..." kata-kata Elisa terhenti karena Rosalina dengan cepat membalikan badannya.

Dengan langkah yang teguh namun penuh kesedihan, dia meninggalkan Nathaniel, Elisa, dan Duke Emeric, diikuti oleh kelompok putri bangsawan yang ikut dengannya. Langkah mereka yang anggun meninggalkan ruangan itu, meninggalkan suasana yang tegang di belakang.

"Aku tidak menyangka hal itu akan terjadi. Putri Count yang angkuh." seru Nathaniel terlihat kesal.

"Tidak apa-apa, Yang Mulia. Nona Rovase mungkin hanya mengungkapkan ketidaknyamanannya dengan cara yang salah. Maaf telah merepotkan."

"Maaf, Putri Mahkota. Yang Mulia Putra Mahkota telah melakukan tindakan yang benar. Tidak ada yang boleh menghina Keluarga Raja." seru Duke Emeric dengan suara datar.

"Anda..." Elisa tertegun melihat Duke Emeric, pria yang memberikannya sapu tangan saat berada di halama istana beberapa hari yang lalu.

"Rosalina memang menjengkelkan. Setelah menghina ku dia kemudian menghina iparku. tsk tsk..."

Duke Emeric segera mendekati Adeline dan memeriksa jejak Adeline di sakiti.

"Adeline, apa kau baik-baik saja?" ucap Duke Emeric dengan nada khawatir, mencoba menyentuh wajah Adeline.

"Aku tidak apa-apa, Emeric. Rosalina tidak akan mampu melawan ku jika harus berdebat." lanjut nya dengan bangga.

"Yah... Aku tidak khawatir sama sekali dengan watak mu."sahut Nathaniel dengan senyum mengejek.

"Apa maksud kak Nathan?" ucap Adeline dengan nada kesal karena telah di ejek kakak nya.

"Sudah, sudah. Ayo kita istirahat sejenak, Adeline." Dyke Emeric menyudahi Adeline dengan Nathaniel dan membawa Adeline untuk beristirahat di balkon aula pesta.

"Terima kasih banyak, Yang Mulia." Seru Elisa dengan tulus setelah Duke Emeric dan Adeline meninggalkan mereka di aula pesta.

"Mari kita pergi dari sini, Nona Elisa. Aku pikir kita berdua membutuhkan tempat untuk menenangkan diri."

"Baiklah, Yang Mulia." Elisa tersenyum hangat melihat reaksi Nathaniel yang tidak terlalu sinis lagi padanya.

1
salwi
/Chuckle/
Narimah Ahmad
💪💪
Narimah Ahmad
lanjutt 👍
salwi
/Chuckle/
Melsbay
Halo... terima kasih sudah menjadi pembaca setia. Untuk mendukung author, mohon di like, subscribe, komentar, kasih bintanng dan di vote ya... terima kasih banyak...
Melsbay
mohon di like, subscribe, bintang dan follow akun ya gaess ya...😇 biar authir lebih semangat up karya dan jangan lupa di komen juga ya😇😇😇 Sankyuuu...
Olive
/CoolGuy//CoolGuy/
Niaa🥰🥰
Luar biasa
Niaa🥰🥰
😁😁🥰🥰
Melsbay
mohon bantu support author dengan like, subscribe, follow dan bintang ya... jangan lupa dikomen ya, teman2... sankyu😇😇😇
Bird
👣👣👣
Keyzie
👣👣👣👣
Pembaca Setia
update terus ya thor👍👍
Pembaca Setia
gentle👍👍
Pembaca Setia
/Hey//Facepalm/
Ryfca
🥰🥰🥰
Vallleri Abel
up up up
Suryavajra
Saintes itu apa kak?
Melsbay: sama sama😄
Suryavajra: wah keren.. insight baru.. thanks kak
total 3 replies
Suryavajra
buat aku, author yang bisa bikin cerita kerajaan itu sesuatu banget.. keren ah kak.. baca pelan2 ah 👍👍👍
Suryavajra
wow.. produktif sekali kak.. udah keluar karya baru lagi 👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!