Puspa Melita seorang gadis berusia 14 tahun yang harus kehilangan Ibunya dengan cara yang mengenaskan diakibatkan orang ketiga, kematian Ibunya membuat seorang gadis yang dulunya ramah, penuh senyum, dan juga ceria berubah 360° menjadi gadis yang pendiam dan penuh dengan dendam.
Puspa sudah menyusun rencana yang sangat matang untuk membalas dendam kepada orang yang sudah menghancurkan Ibunya.
" Kau hancurkan Ibuku, Ku hancurkan keluargamu. " Puspa melita dengan segala dendam kesumatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Ferry melangkah keluar dari dalam rumah meninggalkan istrinya yang masih terus memanggil-manggil namanya tapi dia sama sekali tidak peduli dan tetap meneruskan langkah kakinya. Di luar rumah Ferry langsung masuk masuk ke dalam mobil dan melajukan nya meninggalkan rumahnya bersama sang istri, di dalam mobil Ferry berteriak sekencangnya meluapkan rasa sesak yang ada di dada.
" Aaaarrrggghhh. " Bukan hanya berteriak tetapi Ferry juga mengusap wajahnya dengan kasar.
Saat Ferry sedang melajukan mobilnya mengarah ke luar komplek perumahan, tanpa sengaja dia melihat Lita yang sedang jalan kaki seorang diri.
Tiiin...
Ferry menekan klakson mobilnya, lalu Lita pun nampak menghentikan langkah kakinya dan berbalik badan badan menghadap ke arah mobilnya, tanpa ragu Ferry langsung turun dari mobil lalu berjalan ke arah Lita dan memegang tangannya membawanya masuk ke dalam mobil. Lita yang kebingungan hanya diam saja dan menurut masuk ke dalam mobil, setelah mereka berdua duduk dengan nyaman. Ferry mulai melajukan mobilnya ke arah luar komplek perumahan mereka.
" Mas Ferry ada apa? Kita mau kemana? " tanya Lita yang kebingungan sembari menatap ke arah Ferry yang tampak serius mengemudikan mobilnya.
" Tolong temani aku Lita? " jawab Ferry sembari menatap wajah Lita sekilas lalu fokus mengemudikan mobilnya lagi.
" Iya pasti aku temani Mas, tapi kita mau kemana? " tanya Lita lagi pasalnya malam ini Lita hanya mengenakan celana hotpants dan kaos lengan pendek press body.
Berulang kali Lita bertanya kemana Ferry akan membawanya, tapi nyatanya Ferry hanya diam dan tetap melajukan mobilnya menuju ke sebuah club malam yang paling terkenal di sana.
" Ayo kita turun? " Ajak Ferry sembari membuka seatbelt-nya, namun tanpa sengaja tangannya yang terluka menyentuh seatbelt tersebut membuatnya meringis kesakitan.
" Sssttt aaw. " ringis Ferry saat merasakan sakit sekaligus nyeri di punggung tangannya.
" Kenapa Mas? Apa tanganmu ada yang terluka? " Lita bertanya sembari memegang tangan kanan Ferry yang terluka.
" Ssstttt pelan-pelan Lita sakit. " ringis Ferry lagi.
" Maaf-maaf Mas, aku lihat pelan-pelan ya? " izin Lita dan Ferry pun mengangguk.
Lita menghidupkan lampu flash di ponselnya lalu terlihatlah tangan kanan Ferry yang terluka dan ada bekas darah yang mengering.
" Ya ampun kok bisa sampai seperti ini sih Mas? Mas punya kotak p3k gak? " ujar Lita yang terlihat sangat khawatir, secara refleks Ferry tersenyum saat melihat wajah khawatir Lita.
" Mas kok malah senyum sih dimana kotak p3k nya? Biar aku obati? Bisa-bisanya luka begini di biarkan mana kacanya masih ada yang menancap seperti ini lagi! " tutur Lita sembari mengomeli Ferry.
Bukan marah Ferry justru semakin melebarkan senyumnya saat melihat Lita yang sedang ngomel-ngomel.
" Itu kotak p3k nya ada di laci. " jawab Ferry memberitahu dan Lita pun segera mengambil kotak p3k tersebut.
Setelah mendapatkan kotak p3k nya Lita mulai mengobati luka yang ada di punggung tangan Ferry dengan bantuan lampu flash ponselnya.
" Sssssttt aaw sakit Lita. " ringis Ferry saat Lita mencabut pecahan kaca yang menancap di punggung tangannya.
" Tahan dikit ya Mas? Ini harus lekas di obati supaya tidak infeksi? " sahut Lita yang lanjut mengobati luka tersebut hingga selesai.
" Nah sudah selesai, lain kali hati-hati ya Mas? Kalau lagi emosi jangan suka pukul-pukul dan pecahin yang macam-macam jadi gini kan akibatnya. " omel Lita lagi sambil merapikan kotak p3k nya.
" Kamu kalau lagi marah-marah begini semakin bertambah cantik Lita. " ucap Ferry yang sejak tadi terus memandang wajah Lita.
Sekarang baru Ferry sadari ternyata Lita jauh lebih cantik jika di lihat dengan pandangan yang fokus dan dalam posisi dekat seperti ini.
" Mas lagi kesurupan ya? tiba-tiba kok muji aku cantik. " ujar Lita yang sudah menyimpan kotak p3k nya lagi.
Setelah menyimpan kotak p3k tersebut Lita kembali duduk menghadap ke arah Ferry yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Lita.
" Mas ngeliatin nya jangan seperti itu dong? " seru Lita yang sudah salah tingkah di buatnya.
Tetapi Ferry yang sedang fokus menatap wajah cantik Lita tidak mendengar ucapannya sama sekali, malahan Ferry semakin mendekatkan wajahnya ke arah wajah Lita. Lita yang sudah sangat paham dengan apa yang Ferry mau, hanya diam saja dan menyambut datangnya tamu baru yang akan menyapa bibirnya.
Di dalam mobil Ferry, mereka saling berpagutan mesra, untuk sesaat Ferry melupakan statusnya dan juga janjinya untuk setia dengan istrinya. Cukup lama mereka berpagutan mesra hingga mereka merasa dunia hanya milik mereka berdua.
Namun setelah mereka sama-sama merasa ingin kehabisan napas seperti orang sakit TBC akhirnya mereka menyudahi aktivitas yang sangat mengasyikan tersebut.
" Maaf Lita a-aku. " ucap Ferry terbata namun Lita segera menutup mulut Ferry dengan menggunakan tangannya.
" Gak apa-apa Mas kita sudah sama-sama dewasa, jadi tau sama tau saja. " ujar Lita seraya tersenyum manis ke arah Ferry.
" Kamu gak marah Lita? " tanya Ferry lagi yang masih terus menatap wajah Lita.
" Untuk apa aku marah, kita mau sama mau jadi it's okay gak masalah. " jawab Lita meyakinkan Ferry.
" Terima kasih Lita aku kira kamu akan marah saat aku dengan lancangnya sudah berani mencium bibir kamu? " ucap Ferry sembari tangannya terulur untuk menghapus sisa saliva yang sedikit menempel di sudut bibir Lita.
Setelah itu mereka saling berpandangan cukup lama hingga Lita lah yang terlebih dahulu memutus pandangan mereka.
" Hmm katanya mau ke club Mas? Ayo aku temani? " ajak Lita memecah keheningan di antara mereka.
" Ayo, aku sampai lupa dengan tujuan utama kita datang ke sini. " jawab Ferry yang mulai keluar dari dalam mobilnya di ikuti oleh Lita.
Setelah keluar dari dalam mobil tanpa sungkan Ferry langsung memeluk mesra pinggang Lita saat masuk ke dalam club malam tersebut, dan Lita pun tidak mempermasalahkan hal itu karena yang seperti itu sudah biasa baginya.
Mulai malam ini Ferry sudah bertekad untuk kembali lagi menjadi cowok playboy club malam seperti dahulu, dari pada jadi cowok setia tetapi selalu di curigai lebih baik ia mendua sekalian. Malam itu Ferry bersenang-senang di club malam tersebut bersama Lita, Ferry banyak sekali minum alkohol hingga dirinya mabuk dan meracau yang tidak jelas.
" Wanita tidak tau di untung kamu Vera, aku sudah setia tapi kamu tuduh mendua, sekarang aku akan benar-benar mendua seperti yang kamu tuduhkan selama ini. " racau Ferry saat dua orang penjaga club malam membawa tubuhnya menuju ke mobil atas perintah Lita karena dirinya tidak mampu memapah tubuh tinggi tegap milik Ferry sendirian.
" Terima kasih pak atas bantuannya. " ucap Lita sembari memberikan beberapa lembar uang merah kepada penjaga tersebut.
" Sama-sama Mbak kami permisi? " pamit penjaga tersebut yang kembali masuk ke dalam club, sedangkan Lita masuk ke dalam mobil Ferry dan melajukan nya meninggalkan club malam.