Ditinggal Sang kekasih begitu saja, membuat Fajar Rahardian Lee Wijaya pergi ke sebuah kota kecil untuk menenangkan diri dari rasa kecewa,terluka dan tentunya malu pada keluarga besar yang sudah melakukan segala persiapan pernikahannya.
Tapi tak di sangka, disana ia malah bertemu dengan seorang wanita yang membuat ia lupa niatnya untuk datang. Alih alih ingin tenang, Fajar justru kembali pulang membawa seorang Janda perawan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part #17
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Maaf, aku harus pergi," pamit Fajar yang hanya mengusap pipi Shena dengan satu tangannya, tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, ia benar-benar bergegas keluar dari kamar.
Shena yang menatap punggung Fajar yang perlahan jauh dan hilang hanya bisa meneteskan air mata, lagi dan lagi ia di tinggal tanpa kejelasan mau kemana.
"A', ada apa?" tanya Abah yang tak sengaja berpapasan dengan cucunya itu.
"Mau kerumah sakit, Bah."
"Apa Tuan Gunawan separah itu?"
"Entah, tapi Alina tadi menangis, kita doakan saja semua baik baik saja," jelas Fajar yang belum tahu apapun yang menimpa Alina sekarang.
Gadis itu hanya menelepon sambil menangis sesegukan tanpa bicara apapun lagi padahal Fajar terus bertanya ada apa dengannya.
"Ya sudah, kamu temui Alina ya." Abah yang paham dengan posisi Fajar hanya bisa mengusap lengan cucunya tersebut.
Fajar yang pergi tak lupa menitipkan Shena karna bagaimana pun gadis itu adalah tanggung jawabnya. Ada dua orang yang kini sedang butuh dirinya. Shena yang terlanjur ikut ke Ibu kota sedangkan Alina yang memang tak punya siapa siapa lagi, itulah alasan ia di jodohkan dengan Fajar agar Alina tak kesepian dan punya keluarga yang hangat dan lengkap tak seperti 10 tahun belakangan ini yang hanya tinggal berdua dengan papanya saja.
.
.
Di rumah sakit, Alina yang ada di ruang tunggu langsung berhambur memeluk Fajar saat pria itu datang.
"Ada apa?"
"Papa, aku sudah bilang pada Papa jika hubungan kita sudah berakhir," jelas Aliana.
Fajar yang mendengar hal tersebut sontak kaget dan tak percaya karna mereka sepakat akan membicarakan ini lagi saat keadaan
Tuan Gunawan membaik dan pastinya itu bukan sekarang.
"Kenapa? kamu mau bunuh papamu, hah?" sentak Fajar, dan ini baru pertama kalinya di lakukan oleh pria itu saking Fajar kesal pada Alina, taruhannya tentu adalah nyawa.
"Maaf, tapi aku bingung, A', aku gak tahu harus gimana lagi, karna aku--," balas Alina yang terlihat sangat frustasi.
"Kamu kenapa?" desak Fajar.
"Aku hamil."
Satu hal yang tak ingin di dengar pun akhirnya sampai juga di telinga Fajar, pelukannya tak sekuat tadi karna bagaimanapun Alina adalah wanita satu-satunya yang selama setahun ini bersama dengannya. Dan jika ia hamil, itu tandanya wanita sudah benar-benar berkhianat di belakang Fajar yang masih belajar menerima dan mencintai.
"Apa itu anaknya?" pertanyaan bodoh di layangkan Fajar, padahal tak perlu bertanya ia sudah tahu jika bayi tak berdosa dalam rahim Alina adalah hasil hubungan dengan kekasih wanita itu.
"Kamu pikir dengan siapa? aku tak akan mau melakukannya dengan jika bukan dengan pria yang aku cintai, A'. Termasuk kamu!" bentak Alina.
"Cinta sudah membuat mu jadi wanita bodoh, Lin." lirih Fajar, seharusnya ia tak kaget tapi lagi lagi reaksi orang tuanya yang sedang ia pikirkan.
"Maaf."
Keduanya diam beberapa saat, memikirkan lagi apa yang harus mereka lakukan. Cukup papa Alina yang tahu jika putrinya itu kini tengah hamil, jangan sampai kejadian ini terdengar oleh keluarga Lee Rahardian.
"Kamu pasti malu dan jijik melihatku, iya kan?"
"Aku belum tentu jauh lebih baik darimu, Lin. Jangan beranggapan seperti itu," jawab Fajar yang kini posisi duduk mereka justru berdampingan dengan tubuh bersandar di punggung kursi tunggu.
"Sudah sejak awal aku memang tak pantas denganmu. Aku bebas sejak remaja dan kamu tahu itu kan?"
Fajar mengangguk, beruntungnya adik dan kakak kembarnya tak satu Universitas jadi tak tahu seliar apa Alina sebagai mahasiswi. Tapi, ia pandai menutupi itu semua dari papanya, yang pria paruh baya itu tahu putri tunggalnya teramat baik dan pantas menjadi menantu Rahardian.
"Sudahlah, ini semua sudah terjadi. Aku harap anak tak berdosa itu bukan alasan untukmu meninggalkanmu," ujar Fajar dengan helaan napas berat.
Ia yang menang ingin mengakhiri seolah mendapat jalan yang semakin luas. Tak mudah memaksa hati seseorang jika masih Sang mantan yang jadi pemenang.
"Tidak, ini bukan alasan. Aku pun baru tahu. Aku akan mempertahankan anak ini, buah cintaku dan Tom," balas Alina yang tanpa sadar sudah membuat hati Fajar mencelos.
"Bagus, semoga kalian berbahagia. Aku hanya bisa mendoakan. Dan untuknya, apa dia mau bertanggung jawab?" tanya Fajar dengan perasaan harap-harap cemas.
"Tentu, tapi aku belum bisa menghubunginya sejak pagi. Aku ingin urusan ini kita selesaikan bersama. Tolong bantu aku bicara dengan Papa, A', dan buat Papa bisa menerima Tom sebagai Ayah dari cucunya," mohon Alina.
Fajar menatap kedua manik wanita yang kini sudah reda tangisnya, sejak Awal memang tak ada cinta di mata Alina untuknya dan itu terbukti hingga kini.
"A' ada apa? kenapa menatapku seperti itu? jangan bilang kamu mencintaiku!"
Fajar tertawa kecil, wajah Alina memang cantik Siapapun akan suka termasuk Fajar, ia punya data tarik tersendiri dengan tubuh tinggi semampai di usia dewasanya.
"Mencintaimu harusnya jadi tugasku, tapi tentu jika kamu jadi milikku. Tapi ternyata kita tak berjodoh jadi ku urungkan semua niat baikku itu untukmu, Alina."
.
.
.
Masalah Shena yang belum selesai karna ia masih mengalami trauma dan mimpi buruk, datang lah masalah dengan Alina yang awalnya ia kira semua akan berakhir dengan cepat dan baik-baik. Sepulang dari hilangnya Fajar, pria itu belum menginjak kan kakinya ke perusahaan, semua masih di Handle oleh Asisten dan juga Ayahnya sendiri untuk urusan meeting yang sangat penting.
Dan Pagi tadi, Fajar di telepon oleh Alina untuk kembali datang ke rumah sakit. Papanya yang mulai membaik siap untuk mendengar penjelasan dari Alina dan Fajar yang katanya Tom juga akan datang kesana.
"Apa Ayah perlu ikut, A'? Ayah takut Gunawan Drop lagi," ujar Ayah Keanu saat mengantar Si tengah sampai pintu utama.
"Papanya sudah tahu, aku cukup mengembalikan Alina baik-baik, Yah. Dan juga membantu Alina untuk bicara tentang hubungannya bersama Tom. Jika keadaan papanya sudah semakin baik, kita bisa silaturahmi kesana, bagaimana?"
"Kamu benar. Apa kamu marah pada Alina?" tanya Ayah dengan tatapan penuh selidik, hanya Fajar yang tak bisa ia tebak isi hatinya.
"Untuk apa? Tuhan pasti sudah menyiapkan jodoh yang jauh lebih baik dari Alina," Jawab Fajat dengan nada bicara yang sangat tenang.
Tak ada dendam dan marah, tapi karna ia adalah manusia biasa tentu punya rasa kecewa, bukan pada Alina tapi pada takdir yang seolah sedang mempermainkan nya.
"Ayah do'akan, semoga kamu cepat dapat gantinya Alina. Cepat kenalkan pada Ayah dan Bubun jika kamu sudah dapat orangnya ya," pinta pria kesayangan Si mantan Buaya betina.
.
.
.
Sabar ya, Yah... nunggu Si 'BULAN' tiga kali datang dulu...