Tek ketek tek ketek tek ketek ketek ketek
'Lagi-lagi suara itu! Ingin ku buang mainan berbentuk dua onde-onde yang saling digantung pake tali dengan bunyi yang merusak panca indera ku itu. Bisa-bisanya orang seumurannya menyukai hal absurd begitu!!
"Shanuuuuuum maiiin yuuuuuk" Teriak pemuda itu terdengar tanpa dosa sudah mengganggu hari minggu indahku!
"Minggat sana! Shanum lagi ke Dubai jualan karpet terbang bareng Aladin!!!"
Bukannya pergi laki-laki itu malah duduk menunggu di depan kostku! Sumpah ya, entah kesalahan dan dosa apa yang aku lakukan di kehidupan yang lalu sampai dipertemukan dengan orang gaje super nyebelin kayak Abyan itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Di Klinik
Mungkin aku egois. Bukan mungkin tapi memang iya.. Iya aku egois, aku ingin diprioritaskan oleh Abyan tanpa mau mengerti kalau Abyan juga menginginkan hal yang sama.
Nggak terhitung berapa banyak dia mengungkapkan perasaannya, tapi aku masih diam di tempat yang sama. Aku lupa, jika suatu saat dia akan jenuh, menjauh dan mungkin menghilang karena ulahku sendiri.
Sore tiba, aku udah nyuci dan nyetrika hoodie Abyan. Aku berniat mengembalikannya. Aku ingin mengucapkan terimakasih dengan baik dan benar karena udah mau nganterin aku pulang dan balikin aku ke sini dengan selamat tak kurang satu apapun seperti janjinya.
Aku nunggu dia di tempat biasa dia akan lewati. Tapi udah setengah jam dia nggak ada muncul. Padahal biasanya jam jam segini dia udah bersliweran menambah keruwetan jalanan.
"Ka ka.. Kamu nunggu sisi siapa Num?" Handi datang. Makhluk yang tak ingin ku lihat wujudnya ini malah yang muncul.
"Nggak nunggu siapapun. Mau ke sini aja."
Handi tak langsung percaya dengan perkataan ku. Dia melihat paper bag yang ku tenteng. Matanya menatap seperti bertanya 'Itu apa?'
"Boom!" Aku berkata tanpa ditanya.
Dia kaget. Menaikan kacamatanya yang makin tebal aja.
"Kok kam kaammu ta.. Tauu ka-"
"Tau. Kebaca." Handi sepertinya tahu mood ku lagi jelek, dia memilih menjauh dariku. Good boy! Jangan sampai aku panggil karpet terbang Aladin buat angkut Handi jauh-jauh dari zona ku!
Sebuah pesan masuk ke ponselku. Dari Dieska. Dia bilang kang lato ada di klinik. Adududuh.. Jangan jangan Abyan sakit gara-gara aku. Gara-gara hujan-hujanan semalem. Aiih aku makin merasa bersalah.
Dengan langkah cepat aku kembali ke kos. Menemukan ada Dieska di depan sana sedang ngemil pentol.
"Dies pinjem motor ya, aku males ngeluarin motor!" Aku segera memasang helm tentara di kepala.
"Ngeluarin motor? Lewat mana? Buset dah.. Makin aneh aja lu!" Males kebanyakan ini itu, aku biarin aja si Dieska ngoceh kek parkit kurang makan.
"Mau kemana tuh bocah, buru-buru banget?" Giliran Bella yang bertanya. Dieska hanya menaikan kedua sudut bibirnya membentuk cekungan khas nya.
Tanpa babibu aku memacu motor Dieska menuju klinik terdekat. Aku ingin tahu keadaan Abyan, semoga saja dia nggak kenapa-napa.
Sampai sana juga. Benar aku melihat motornya terparkir manis di depan klinik tersebut. Aah jadi dia beneran sakit, asyem aku kok khawatir banget gini sih.
Eh tapi, si Dieska tahu dari mana kalau kang lato sakit ya? Nggak penting! Dia itu udah kayak asisten gugel, ditanya apapun pasti tau jawabannya. Luar biasa sekali emang.
Di dalem aku nemuin dia duduk di kursi tunggu. Mukanya biasa aja, nggak pucat seperti kebanyakan orang sakit pada umumnya. Hmm.. Lalu dia sakit apa nggak sih ini?
Aku mendekat. Perasaan campur aduk ada di dadaku. Yang paling banyak menyumbang adalah perasaan gugup. Entah kenapa aku gugup banget lihat dia.
Saat aku berhenti di jarak yang nggak begitu jauh, dia malah melihat ke arahku. Aku bingung, aku pura-pura melihat ke arah lain.
"Kamu ke sini? Kenapa? Sakit? Kok nggak Wa aku aja," Tanpa dikomando tangannya menyentuh keningku.
"Ini tempat umum By, kamu apa sih. Aku nggak sakit lah.." Aku mundur. menjauh dari jangkauannya.
"Kalau nggak sakit kenapa ke sini? Mau beli obat? Atau mau minta surat keterangan sakit, kan hari ini kamu bolos kerja." Oiya, aku malah belum kepikiran soal itu. Syukur deh kang lato ngingetin aku. Mumpung di sini aku mau sekalian minta surat keterangan sakit sama dokter.
Udah jadi rahasia umum saat karyawan macam kuli seperti ku ini nggak berangkat kerja pasti langsung minta surat keterangan sakit dari instansi terkait. Ya tujuannya, agar nggak kena jurus penyejuk kalbu yang dikeluarkan para atasan untuk pegawai genep-genep kayak aku ini.
"By, kamu sakit?" Tanyaku akhirnya.
Senyum itu muncul. Dia menarik ku duduk di kursi tunggu bersamanya. Aku ngikut aja.
"Nggak. Siapa yang bilang kalau aku sakit?" Matanya menatap ke ke dalaman netra ku.
"Dieska bilang kamu ada di klinik. Aku kira kamu sakit.." Lirih. Aku tak mau grogi ku membuyarkan segalanya. Image jaim ku ambyar seketika jika dia terus di pada posisi ini. Dia deket banget, ya salam.
"Aku nggak sakit Num. Makasih ya perhatiannya. Aku nganter temenku aja. Minggu kemarin dia kesrempet motor. Sempet di rawat di rumah sakit tiga hari, dan sekarang jatah dia kontrol. Karena kata dokter bisa kontrol di kliniknya, nggak perlu jauh jauh ke rumah sakit, ya udah.. Aku anterin dia ke sini." Keterangannya membuat ku lega dan malu dalam waktu bersamaan. Ku cekik kau Dieska!!
"Oowh iya gitu ya.. Hmm By ini hoodie mu. Aku mau ucapin makasih, kamu udah mau bersusah payah nganterin aku pulang dan balikin aku ke kos lagi. Kamu capek banget pasti.." Berkata seperti itu, aku merasa yang bicara bukan aku. Ya, aku yakin itu semua dikendalikan orang lain!
"Buat kamu aja. Aku punya banyak."
"Kamu kok lucu, nggak pernah kayak gini sebelumnya.. Aku curiga kamu lagi nggak enak badan. Mau periksa? Aku anterin. Biar aku ambil nomer pendaftaran dulu." Sebelum dia pergi untuk mengambil nomer antrian, aku memegang tangannya.
Hangat.. Ada sensasi trecep-trecep muncul di hati. Aku lihat dia melangkah mendekati ku..