NovelToon NovelToon
FOREVER HATE YOU

FOREVER HATE YOU

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:486.3k
Nilai: 4.7
Nama Author: Chyntia R

Jika ada yang paling dibenci oleh Brianna di dunia ini, itu adalah sosok lelaki bernama Arthur Matthews.

Arthur bukan hanya pria yang membully-nya di Universitas, tapi dia juga yang sudah menghancurkan hidup Brianna.

Lalu, apa jadinya jika mereka kembali dipertemukan dalam keadaan Brianna yang sudah berbeda? Apakah Arthur masih bisa bersikap semena-mena padanya? Atau justru ini adalah saat yang paling tepat untuk Brianna membalaskan dendamnya pada lelaki itu?

"Aku bukan lagi gadis yang dulu bisa kau injak-injak. Aku sudah menjadi wanita yang independen dan mampu melawanmu. Apapun yang terjadi, aku akan tetap membencimu, Arthur! Selamanya!" -Brianna Walton.

"Meski penampilanmu sudah berubah, tapi kau tetaplah Brianna yang dulu. Aku tidak sabar untuk kembali mengusik hidupmu karena kau adalah permainan yang selalu menyenangkan." -Arthur Matthews.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Meminta bantuan

Brianna tidak bisa hanya menunggu kabar tanpa melakukan apapun, dia gelisah setengah mati karena Zach belum juga mengabarinya terkait keadaan Chico. Ingin rasanya Brianna terbang ke New York sekarang juga, tapi dia tak tau harus memberi alasan apa pada Jane terkait hal ini. Jane tak pernah tau jika Brianna sudah memiliki anak, jadi haruskah Brianna mengatakan bahwa anaknya sedang sakit? Sepertinya itu tidak mungkin, apalagi saat dia melamar pekerjaan statusnya adalah seorang single.

Brianna mondar-mandir di kamarnya. Dia tidak tahan berada dalam situasi ini dimana dia hanya bisa menunggu tanpa kepastian.

Sementara disisi lain, Arthur benar-benar menemani Amanda clubbing di sebuah club' malam ternama yang ada di pusat kota London. Wanita itu mengajak Arthur bergabung dengannya di lantai dansa, namun Arthur menolak.

Arthur hanya menyaksikan Amanda yang bergoyang dari posisinya yang duduk disebuah sofa VIP sambil menikmati minuman bersoda miliknya. Ya, Arthur menghindari meminum alkohol jika dia sedang bersama seorang wanita. Dia tidak mau mabuk dan menyebabkannya harus terjebak dalam sebuah masalah. Arthur tak mau repot dengan hal itu.

"Apa kau tidak mau minum?" Amanda mendatangi posisi Arthur, kemudian menyodorkan sebuah gelas berisi minuman ke arah pria itu.

"Aku sudah minum," jawab Arthur seraya menunjukkan gelas minuman soda nya.

Amanda tertawa. "Maksudku bukan minum itu, tapi ini ..." katanya mengendikkan dagu ke arah minuman yang dia maksudkan.

"No. Besok aku harus pulang ke New York, jadi aku tidak bisa minum malam ini." Arthur beralasan, tentu bukan itu yang sebenarnya dia hindari.

"Jadi, malam ini adalah malam terakhirmu di London? Ku pikir kau akan disini beberapa hari lagi?"

"Kau tau sendiri jika pekerjaanku dan Gerard sudah rampung dibahas," kata Arthur.

Amanda mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia lalu duduk memepet tubuh Arthur dengan gayanya yang manja.

"Kalau begitu, apakah kau bersedia menghabiskan waktu denganku malam ini?" tanyanya penuh maksud.

Arthur menaikkan sebelah alisnya. Meski sejak awal dia sudah menduga kemana arah pertemuan mereka malam ini, namun dia tak mau mereka berakhir dalam sebuah hubungan one night stand. Terlebih, Arthur memiliki aturan yang tidak bisa diganggu gugat. Dia tak mau mengecewakan Amanda karena prinsip yang dia pegang.

"Ayolah, Arthur! Anggap saja ini sebagai salam perpisahan dariku, atau jika kau mau kita bisa bertemu lagi dilain waktu saat ada kesempatan," bujuk Amanda.

"Humm, aku bukan menolakmu, Manda. Tapi aku memiliki aturan untuk menghabiskan malam dengan seorang wanita, aku tidak mau kau kecewa." Arthur berkata terus terang, karena dia mengenal Amanda secara personal, jika saja Amanda adalah wanita panggilan maka dia takkan berkata jujur sejak awal. Dia takkan memikirkan kekecewaan wanita yang hanya dipakainya sebagai alat pemuas, tetapi Amanda tidak mungkin dibuat Arthur selayaknya wanita seperti itu.

"Aku akan mengikuti aturanmu, hemm?" Amanda mengedipkan sebelah matanya, dia mulai berani mengelus-elus lengan Arthur.

"Kau akan kecewa karena aku tidak akan bisa melakukannya denganmu," ujar Arthur jujur.

Amanda terkekeh. Dia menganggap ucapan Arthur adalah sebuah lelucon. "Jangan bercanda, aku akan membuatmu mau melakukannya denganku," jawabnya dengan senyum menggoda yang penuh percaya diri.

Arthur memutar bola matanya. "Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Tapi, jangan salahkan aku jika kau kecewa dengan aturanku," katanya.

Arthur dan Amanda lalu meninggalkan area club', tentu saja Amanda sudah berdebar-debar disepanjang jalan menuju hotel yang akan segera mereka kunjungi. Dalam pemikiran wanita itu, Arthur akan sangat memuaskan sebagaimana penampilan pria itu yang tampak menggoda kewanitaannya.

Didepan pintu kamar yang sudah mereka pesan, Amanda mencoba mencium bibir Arthur dengan gelagatnya yang tidak sabaran, tapi Arthur jelas menolaknya.

"Tidak ada ciuman, Amanda," ujar Arthur menekankan kata-katanya.

Amanda cukup terkejut sebenarnya, dia juga langsung mencebik. Amanda bingung kenapa Arthur harus menolak ciumannya? Tapi, dia yakin Arthur takkan menolak tubuhnya, dia menarik Arthur untuk memasuki kamar tersebut, dia mulai melucutii pakaiannya sendiri layaknya seorang wanita yang tau apa yang dikehendaki lelakinya, tapi suara Arthur berhasil menghentikan pergerakan Amanda secara tiba-tiba.

"Maafkan aku, Amanda. Ku pikir ini tidak perlu diteruskan."

Amanda menatap Arthur dengan tatapan tak percaya.

"Why?" lirih wanita itu.

"Aku tidak mau menjadikanmu seperti pelampiasan has rat. Percayalah bahwa yang ku lakukan saat ini adalah yang terbaik untuk kita. Aku tidak mau membuat sebuah hubungan menjadi rumit."

"Aku tidak akan membuatmu terikat padaku jika itu yang kau takutkan, Arthur. Kita bisa segera melupakan yang terjadi malam ini, jika itu yang kau mau."

Arthur menggeleng tegas. "No! Aku tidak mau ada hubungan lebih selain hubungan pekerjaan dan pertemanan diantara kita," ujarnya.

Amanda yang sudah hampir menurunkan gaunnya itu langsung menarik nafas panjang yang tampak sangat kecewa.

"Aku kecewa pada keputusanmu, Arthur," katanya pelan.

"Percayalah kau akan lebih kecewa lagi jika ini diteruskan. Aku adalah pria egois yang menuntut kepuasanku sendiri tanpa menghiraukan kepuasanmu, Manda."

Amanda tercenung dengan ujaran yang Arthur berikan.

"... aku bukan menolakmu, tapi aku menghargaimu sebagai salah seorang partner kerjaku. Untuk itu, lebih baik ini dihentikan disini atau jika kita melanjutkannya maka kau akan merasa tidak berharga," tukas Arthur kemudian.

Arthur angkat kaki dari kamar hotel tersebut, tujuannya adalah langsung kembali ke Resort. Entah kenapa dia merasa tidak enak hati. Padahal, sebenarnya dia selalu membuka diri untuk wanita lain yang barangkali bisa membuatnya melupakan seorang gadis polos yang dirusaknya 4 tahun yang lalu. Sayangnya, setiap dia berusaha untuk melakukan itu, disaat itu juga dia sadar bahwa dia tidak bisa.

Arthur tau dia sudah gila. Arthur pun sadar jika dia tidak menginginkan gadis atau wanita manapun lagi. Untuk itulah dia tidak mempunyai keinginan menikah dan berkeluarga, tentu juga karena faktor pernikahan orangtuanya yang berakhir dengan perceraian.

Begitu Arthur tiba di Resort, dia justru melihat Brianna yang mondar-mandir di koridor. Mereka saling bertatapan, sorot mata mereka pun bertemu satu sama lain. Entah kenapa Arthur dapat melihat kegelisahan dimata Brianna. Ingin sekali dia menanyakan apa yang terjadi, tapi egonya selalu lebih tinggi jika berhadapan dengan wanita itu.

Arthur mencoba mengabaikan, sebagaimana Brianna yang juga selalu mengabaikannya.

"Aku mau kembali ke New York malam ini." Suara Brianna berhasil menghentikan langkah Arthur. Pria itu berpikir, mungkin Brianna hendak segera pergi karena perbuatannya kemarin malam yang sudah melecehkann Brianna.

"Ku pikir itu bukan urusanku," jawab Arthur acuh tak acuh.

Hening. Brianna maupun Arthur sama-sama terdiam tanpa berkomunikasi lagi. Arthur hendak memasuki kamarnya sendiri, meski sebenarnya dia tak bisa mengabaikan kegelisahan yang terpancar dari sikap Brianna, tapi Brianna kembali bersuara didetik-detik pria itu hampir meninggalkannya di koridor.

"Aku harus kembali malam ini juga, tapi aku tidak mempunyai alasan yang tepat untuk ku katakan pada ibumu."

Arthur sudah membuka mulutnya hendak mengomentari pernyataan Brianna, tapi wanita itu segera menyela bahkan sebelum Arthur mengeluarkan suaranya.

"... bisakah kau mengantarkan aku ke Bandara, sekarang? Maaf jika aku lancang, tapi ini terlalu larut untuk aku memesan taksi dan aku tidak memiliki keberanian untuk hal itu, London masih begitu asing bagiku." Lagi-lagi Brianna terpaksa menunjukkan sisi lemahnya pada Arthur. Padahal jika bisa, tentu dia mau menutupi hal itu dari sang pria.

Arthur diam mematung, dia masih mencerna ujaran Brianna. Haruskah dia senang karena akhirnya wanita itu meminta bantuannya? Ini sama seperti Brianna membutuhkannya, bukan?

Melihat Arthur hanya diam, Brianna akhirnya kembali bicara.

"Jika kau keberatan, tak apa. Mungkin aku bisa meminta bantuan pada Mr. Smith, barangkali dia mau membantuku."

Kelopak mata Arthur melebar mendengar Brianna menyebut nama Gerard. Dia tidak mungkin membiarkan Brianna ketergantungan pada pria itu.

"Baiklah, aku akan meminta bantuan pada---"

"Aku yang akan mengantarmu," potong Arthur. Meski sebenarnya dia juga tak mengerti kenapa Brianna terlihat tergesa-gesa sekali untuk kembali ke New York malam ini juga.

Haruskah Brianna mengucapkan rasa terima kasihnya pada Arthur? Entahlah, dia juga bingung harus mengatakan apa, tapi dia bersyukur Arthur mau membantunya.

"Apa tiketnya sudah kau beli?" tanya Arthur.

Brianna mengangguk. "Aku membelinya via online satu jam yang lalu," katanya sembari berjalan untuk kembali menuju ke kamarnya, sementara Arthur mengikuti dibelakang tubuh wanita itu.

"Jangan masuk!" Brianna mewanti-wanti Arthur agar tak ikut masuk ke kamarnya. "Tunggulah disini, aku hanya akan mengambil barang-barangku," lanjutnya.

Arthur mengangguk tanpa protes. Meski dikepalanya ada banyak pertanyaan mengenai kepulangan Brianna yang mendadak, tapi dia belum bisa menyuarakan keingintahuannya.

...To be continue......

Tolong yang udah baca sampai disini, absen dulu dan kasih komentarnya ya. Karena, Novel ini perlu dukungan untuk tetap berlanjut. 🙏🙏🙏🙏🙏

1
Syarifah Syarifah
Luar biasa
Henny Aprilaz
bagus ceritanya
Henny Aprilaz
keren thor🥰
Henny Aprilaz
nah lho...gaskeun arthur🤣
Henny Aprilaz
wkwkwkw...cing garong🤣🤣🤣🤣
Henny Aprilaz
Haha ketemu c arthur...jodo yaaaa
Henny Aprilaz
loading otak c Arthur...tak menyadari bahwa dia mencintai c Bri....😇😇😇
Henny Aprilaz
semangat Bri🥰
Henny Aprilaz
kampret lo Arthur 😡😡😡
Henny Aprilaz
apakah Brianna mendapat pelecehan dari Arthur...d masa lalu
Henny Aprilaz
kayaknya waktu masa kuliah juga Arthur sudah menyukai Brianna dengan cara membully Brianna...menurut qu yaaaaa🤭
ncapkin
Luar biasa
Sry Handayani
flo bener" perempuan tulus
Lilis Ernawati
ceritanya bagusss... tp yg like kok ga byk yaaa
Sri Udaningsih Widjaya
Bagus ceritanya thor
Sry Handayani
bisa tur bisa
Lilis Ernawati
baguuuss bgt ceritanyaaa...
Sry Handayani
Luar biasa
Naruto Kurama
maksdnya 🫣 tiba2 the end,😁
sakura
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!